Share

Perasaan Fandi

Setelah makan, makanan yang disediakan Ulfa, aku dan Ulfa memutuskan untuk langsung kembali ke sekolah untuk mengikuti kegiatan Pramuka.

Sesampainya di sekolah, aku langsung menunggu Ulfa memarkirkan sepeda ontelnya. Sepertinya sudah banyak anak yang datang, karena sudah banyak sepeda yang terparkir ditempat parkir.

"Wulan." Teriak Aris kepadaku.

"Lho Aris, kamu ikut Pramuka juga?" tanyaku padanya.

"Y dong, aku kan suka sama Pramuka." Jawabnya.

Aris ternyata juga gak pulang kerumahnya. Dia sengaja menunggu di sekolah karena memang jarak antara sekolah dengan rumahnya bisa dibilang cukup jauh.

"Besok aku disekolah sama kamu aja ya ko Ris, aku gak enak soalnya kalau ikut Ulfa terus tiap hari." Ucapku pada Aris.

"Boleh." Jawabnya.

Selain Aku, Aris dan Ulfa, ternyata masih banyak anak lain yang ikut kegiatan Pramuka termasuk Fandi.

Setelah hampir 10 menit menunggu, akhirnya pembina Pramuka datang juga, kegiatan pun langsung dimulai dengan perkenalan anggota terlebih dahulu.

Aris dan Fandi terlihat sudah saling kenal, mereka terlihat sedang asyik mengobrol, entah apa yang di obrolkannya.

Aku dan Ulfa juga mulai mengobrol, tak lupa aku bilang padanya kalau mulai besok aku nunggu di sekolah saja, gak enak soalnya kalau harus ngrepotin dia terus, Ulfa pun tidak keberatan.

Ketika aku dan Ulfa ingin pergi ke kantin, aku melihat Aris dan Fandi sedang berdiri didepan Mading, aku dan Ulfa lewat dibelakang Aris dan Fandi.

"Wulan, dicariin Fandi nih." Ucap Aris.

Aku pun berlalu tanpa menghiraukan ucapan Aris. Sebenarnya aku berharap kalau Aris lah yang mencari ku bukan Fandi.

Aris tiba-tiba menyusul aku dan Ulfa ke kantin, dia terus saja bilang kalau aku dicariin oleh Fandi. 

"Aku dari tadi di sini, ngapain di cariin? Emang aku anak kecil?" Ucapku pada Aris.

"Kayaknya Fandi suka sama kamu Wulan, kamu suka gak sama Fandi?" Tanya Aris.

"Apaan sih RIS, udah ah, aku mau kembali ke lapangan aja!" Ucapku pada Aris sambil berlalu meninggalkan nya.

Sebenarnya aku pingin Aris yang bilang suka sama aku, bukan Fandi, andai kamu tau RIS, aku tu suka sama kamu, bukan sama Fandi. Ucapku dalam hati.

"Wulan, kamu sama Aris Deket banget ya? sejak kapan kamu deket sama Aris?" Tanya Ulfa padaku.

"Kayaknya sejak MOS deh Ul, soalnya dia kan duduk di depan bangkuku jadi hampir tiap hari kita ngobrol bareng, lama-lama ya semakin akrab, emang kenapa Ul?" Tanyaku pada Ulfa.

"Ah, gak papa kok Wulan, ayo kita kumpul, takut ditunggu kakak pembina." Ucap Ulfa.

Entah mengapa, aku merasa ada yang aneh dengan Ulfa. Aku merasa kalau Ulfa suka sama Aris, ah, mungkin hanya perasaan ku aja.

Ada sedikit perasaan canggung ketika aku berpapasan dengan Fandi. Entahlah, aku merasa malu ketika ada dia.

Aku dan Ulfa sibuk membuat tali simpul, sementara Aris dan Fandi sibuk memasang bendera regu. Kebetulan Aris dan Fandi masuk dalam satu regu, sedangkan aku satu regu dengan Ulfa.

Ulfa terlihat sangat senang ketika aku dijodoh-jodohkan dengan Fandi. Tiba-tiba ada cewek yang datang menghampiri ku. Dia mengaku kalau dia pacarnya Fandi, dan dia menyuruhku untuk menjauhi Fandi.

Entah apa maksud cewek itu, aku gak seberapa menghiraukannya. Bagiku gak penting banget berurusan sama cewek itu. Toh, aku dan Fandi memang tidak ada hubungan apa-apa.

Kegiatan Pramuka telah selesai, Aku dan Aris pulang bersama tapi hanya sampai pintu gerbang saja, selebihnya aku pulang sendirian. Biasanya aku pulang dengan Ika dan Ninik tapi mereka gak ikut kegiatan Pramuka. Begitu juga dengan Yana, jadi terpaksa deh aku pulang sendirian.

Tanpa aku sadari ternyata Fandi dan temannya ada dibelakang ku. Aku berusaha untuk mempercepat langkahku. Tapi Fandi tetap saja bisa mengimbanginya.

"Aduh gimana ini, aku harus gimana?" Tanyaku dari dalam hati.

Aku, Fandi dan temannya ternyata satu angkot. Rumah Fandi dan temannya ternyata satu jurusan dengan rumahku.

Didalam angkot, aku hanya diam seribu bahasa. Begitupun dengan fandi, tidak ada di antara kita yang saling berbicara maupun bertatap muka.

Sampai akhirnya dia turun duluan, ada perasaan lega dalam hatiku.

Sesampainya di rumah, aku terus memikirkan tentang omongannya Aris, sebenarnya bukan Fandi yang sedang aku fikirkan, tapi tentang perasaan Aris, gimana sebenarnya perasaan Aris kepadaku? Apakah ia juga suka kepadaku? Atau ia hanya menganggap ku sebagai sahabat nya saja?

"Aduh, entahlah mending aku makan dulu terus tidur." Ucapku dari dalam hati.

Sulit sekali bagiku untuk memejamkan mata, seandainya Aris tau kalau aku suka padanya, aku takut dia akan menjauhiku, aku takut hubungan persahabatan ku dengannya akan berakhir.

Biarlah ku pendam saja perasaan suka ku pada Aris, yang penting aku masih tetep bisa dekat dengannya, aku masih tetap bisa bersahabat dengannya, itu sudah lebih dari cukup buatku. Biar aku simpan saja perasaan ini tanpa ada seorang pun yang tau akan perasaan ku.

Sementara Fandi? Aku sama sekali gak peduli dengan perasaan nya terhadap ku. Toh, aku juga sebenarnya gak kenal ma dia, aku kenal sama Fandi juga gara-gara Ajeng yang nitip salam buat Fandi.

Kalau tau gini mending aku gak usah sampaikan salamnya Ajeng buat Fandi. Aduh Wulan, kok jadi kayak gini sih, kayak cerita di film-film aja hidupmu.

"Wulan, ada telepon." Ucap Ibuku membuyarkan semua hayalanku.

"Siapa sih malam-malam begini telepon? Ganggu orang lagi ngelamun aja." Gumamku dalam hati.

Akupun mengangkat telepon tersebut, ternyata telepon itu dari Aris, Ia terus saja menanyaiku tentang perasaan ku ke Fandi.

"Aku harus bilang berapa kali, aku gak kenal yang namanya Fandi dan aku gak ada perasaan apa-apa ke dia, kalau kamu telepon aku hanya untuk menanyakan hal yang gak penting kayak gini, mendingan aku tutup aja teleponnya ya." Ucapku padanya.

Aku sedikit kesal memang pada Aris, semenjak dia mengenal Fandi, dia jadi lebih sering bertanya perasaanku pada Fandi. Tapi dia sekalipun gak pernah menanyakan gimana perasaan ku terhadapnya. Andai dia tau kalau aku hanya suka padanya. Bukan pada Fandi atau orang lainapndj

"Maaf Lan, aku cuma disuruh Fandi untuk tanya ke kamu. Y udah kalau gitu, aku tutup dulu teleponnya ya, sampai ketemu besok di sekolah ya." Ucap Aris sambil menutup teleponnya.

Bela-belain telepon malam-malam hanya untuk menanyakan hal yang gak penting kayak gitu, nyebelin banget sih. Emang gak bisa apa bahas masalah lain? Gumamku dari dalam hati.

Akupun menutup teleponnya dan kembali menuju ke tempat tidurku, tempat yang paling nyaman buatku, di tempat ini aku bisa melamun sepuasnya tanpa ada gangguan dari orang lain. Kecuali dari Ibuku, ibu ku yang biasanya suka teriak-teriak kalau aku bangun kesiangan.

Tak terasa hari sudah terlalu larut, kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ku coba untuk memejamkan mata kembali, aku ingin segera tidur agar besok bisa bangun pagi dan memulai aktivitas ku seperti biasa yaitu berangkat ke sekolah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status