Share

Kehadiran Fandi

Hari ini hari kedua aku mengikuti kegiatan MOS disekolah, sedikit bosan rasanya karena selama kegiatan hanya ada perkenalan dan permainan. Ingin rasanya kupercepat waktu agar aku bisa mengikuti sekolah seperti biasa.

Sejak kegiatan MOS ini berlangsung, hampir satu Minggu lamanya, aku menjadi lebih dekat dengan Aris, Yana, Reni dan Anjar. Hampir setiap hari aku pulang bareng sama mereka. Kecuali Aris, kita bareng hanya sampai gerbang sekolah saja, karena kita beda arah.

Semakin lama hubunganku dengan Aris mulai semakin dekat, bahkan tulisan kami bisa dibilang hampir sama. Jadi kalau aku ketinggalan pelajaran, biasanya Aris yang menuliskan nya untukku, begitu pula sebaliknya.

Banyak teman-teman mengira kalau aku dan Aris pacaran, padahal sebenarnya tidak, ato lebih tepatnya belum pacaran. Aku hanya menganggap Aris sebagai sahabat tidak lebih dari itu, kalau Aris?? Ntahlah dia menganggap ku sebagai apa, aku pun tak pernah memperdulikan nya.

Ketika pulang sekolah aku ijin kepada ibuku, aku mau pergi kerumahnya Ika, rumahnya tidak jauh dari rumahku hanya berjarak beberapa meter saja. Bosan rasanya dirumah terus.

" Dewi ya? ni Ajeng." ucap temanku yang kebetulan bertemu di jalan.

"Kamu sekolah di SMP Z kan? kenal ma Fandi gak??" Kalau kenal tolong sampaikan salam ku buat dia ya, bilang aja Ajeng kangen, gitu ya." Ucapnya tanpa memberikan aku kesempatan untuk menjawab pertanyaan nya.

"Kayaknya temen sekelas ku gak ada yang namanya Fandi Jeng, tapi nanti q tanya ke Ika dan Ninik ya." Jawab ku padanya sambil berlalu meninggalkan nya.

Gak terasa hari sudah semakin sore, waktunya aku untuk pamit pulang.

"Ik, aku pulang dulu ya, kapan-kapan aku main kesini lagi." ucapku pada Ika.

"Ok Lan, ati-ati ya." Jawab Ika.

"Aduh gawat, aku lupa tanya tentang Fandi ke Ika." gumamku dalam hati.

"Biarlah, besok pagi aja disekolah." Ucapku sambil terus berjalan pulang.

Besok paginya disekolah aku langsung berjalan menuju kelasnya Ninik dan bertanya tentang Fandi.

"Nik, di kelasmu ada yang namanya Fandi gak?" Tanyaku pada Ninik.

"Fandi?? Kayaknya gak ada deh Lan." Jawabnya.

"Oh, ya udah, aku tanya Ika dulu, mungkin Ika kenal." Ucapku, sambil berlalu meninggalkan Ninik.

Sesampainya di kelasnya Ika, aku langsung bertanya tentang Fandi dan Ika menjawab ada, kebetulan Fandi teman sekelasnya Ika.

Dan aku langsung menyampaikan salamnya Ajeng untuk Fandi kepada Ika.

Setelah selesai menyampaikan salamnya Ajeng, aku kembali menuju kelasku sendiri, kebetulan bel telah berbunyi, tanda untuk semua siswa masuk ke kelasnya masing masing.

Jam menunjukkan pukul 9 siang, waktunya untuk semua siswa istirahat. Seperti biasa, aku hanya menghabiskan waktu istirahat ku didalam kelas sembari bercanda dengan Aris dan Yana.

Tiba-tiba dari luar pintu ada seseorang yang menunjuk-nunjuk ke arahku sambil berbisik kepada temannya. Aku juga tidak mengenal anak itu, dan aku juga masa bodoh dengannya. Gak penting bagiku.

Bel sekolah kembali berbunyi, tanda jam istirahat telah habis. Waktunya untuk melanjutkan kembali jam pelajaran, aku melihat Ika sedang asyik mengobrol dengan anak yang telah menunjuk ku tadi pas jam istirahat.

"Itu siapa ya? Kok akrab banget ma Ika?" Ucapku dari dalam hati.

Aku semakin penasaran dengan anak itu, siapa dia sebenarnya? Apa maksudnya menunjukku? Semakin banyak pertanyaan yang menumpuk di otakku.

"Ah sudahlah, nanti aja kalau sudah pulang sekolah aku langsung bertanya kepada Ika". ucapku.

Bel pulang pun berbunyi bertanda bahwa semua siswa sudah boleh pulang kerumahnya masing-masing.

"Aris, aku pulang dulu ya, ada urusan penting nih." ucapku pada Aris sambil berlalu meninggalkan kelas.

"Ika, tunggu!" Teriakku sambil berlari mengejar Ika yang sudah ada dipintu gerbang.

"Ik, tadi pas mau masuk, ada anak cowok yang ngobrol sama kamu, itu siapa?" tanyaku pada Ika.

"Oh, itu lugi temennya Fandi, emang ada apa Lan?" Ika berbalik bertanya kepada ku.

"G papa sih, cuma tadi pas jam istirahat dia nunjuk-nunjuk ke arah ku gitu, aku juga gak tau aku salah apa ke dia, sampai dia nunjuk-nunjuk aku gitu." Jawabku pada Ika seraya menceritakan apa yang terjadi ketika jam istirahat.

"Mungkin Fandi mau tau kamu, soalnya salamnya tadi udah aku sampaikan dan Fandi tanya tentang kamu, ya aku jawab aja Dewi kelas 1D." Ucap Ika.

"Oh, begitu." Ucapku.

Sesampainya di rumah, aku terus saja memikirkan ucapan Ika tentang Fandi, untuk apa dia ingin tau tentang aku, padahal aku kan cuma menyampaikan salam dari Ajeng buat dia. Lagian aku juga gak kenal sama dia.

"Aduh Wulan, ngapain sih kamu mikirin itu, udah mendingan tidur aja, gak penting tau gak sih." ucapku dari dalam hati sambil berusaha mengalihkan pikiranku tentang Fandi.

"Hmmm,, udah pagi, waktunya berangkat sekolah lagi, ayo Wulan semangat, bentar lagi mau ujian." Ucapku pada diriku sendiri

Hari ini aku sengaja berangkat lebih pagi, supaya tidak bertemu dengan temannya Fandi.

"Males banget ketemu anak itu, kenal aja gak udah nunjuk-nunjuk." ucapku dalam hati.

"Hey Wulan, ngelamun aja kamu kerjaannya, mikirin apa sih? Mikirin aku ya??? Hayooo ngakuu.." Ucap Aris yang tiba-tiba muncul di belakangku.

"Apaan sih kamu, siapa juga yang mikirin kamu." Ucapku.

Ketika aku berjalan didepan kelasnya Ika, aku melihat temannya Fandi, ia juga sedang melihat ke arahku,

"Aduh sialan, udah bela-belain berangkat pagi biar gak ketemu sama dia, eh malah muncul dihadapan ku." gumamku dalam hati.

Kebetulan kelasku dengan kelasnya Ika bersebelahan, dan kelasku terletak dipaling ujung ruangan.

"Hayo ngelamun aku lagi kan, ngelamun terus kerjaanmu, tugasnya udah selesai blm?" Tanya Aris padaku.

"Hah, tugas?? Tugas apaan? Emang ada tugas?" tanyaku kembali padanya.

"Tuh bener kan blm ngerjain, makanya kalau guru ngasih tugas tu dengerin, jangan ngelamun terus, kemarin kan Bu guru ngasih tugas bahasa Inggris, gimana sih?" Jawabnya.

"Aduh mati aku, kenapa aku bisa lupa sih?? mana aku gak ngerti bahasa Inggris lagi, gimana ini??" gumamku.

"Aris, tolong pinjem tugasnya dong, kamu kan pinter bahasa Inggris, tolong dong Aris, pleasss,,,,,!" pintaku pada Aris.

Aris memang terkenal paling pintar bahasa Inggris dikelasku, sementara aku?? Ah, jangan ditanya, bisa dibilang nol potol, alias gak bisa sama sekali.

"Mesti wes, kamu itu langganan kalau ada tugas bahasa Inggris selalu pinjem, kapan kamu belajar nya."ucapnya sambil berlalu meninggalkan aku.

"Aris tunggu, kok malah ditinggal sih nyebelin banget." Ucapku sambil berlari mengejar Aris kedalam kelas.

Didalam kelas, aku terus saja merayu dan memohon agar Aris meminjamkan tugasnya padaku. Sampai akhirnya dia luluh dan meminjamkan bukunya kepadaku.

"Akhirnya dapat juga contekannya, hehe... Mumpung masih pagi, aku harus cepet-cepet ngerjakan." gumamku dalam hati.

Akhirnya aku selesai juga ngerjain tugas bahasa Inggris nya, pas dengan berbunyinya bel sekolah yang menandakan waktunya masuk ke kelasnya masing-masing.

"Ni Aris, bukunya, makasih banyak ya." ucapku pada Aris.

"Lain kali gantian ya, aku yang nyontek ke kamu." Jawabnya.

"Nyontek apaan? Emang apa yang bisa dicontek dari aku? Bukannya dia lebih pintar dari aku, dia selalu pulang lebih awal karena dia selalu bisa menjawab pertanyaan dari guru dikelas. Ada-ada aja ini anak." gumamku dalam hati.

Sebenarnya aku sangat mengagumi Aris, selain pintar, dia juga anak yang baik, sederhana dan suka menolong temannya. Eits,, cuma kagum bukan suka Lo ya. Hehe..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status