"Bapak sama ibu datang kesini kok ngga bilang-bilang?" Ucapku kaget menatap sepasang malaikatku tengah berdiri di depan pintu."Iya kami sengaja mau memberi kejutan buat kamu," jawab ibu sembari tersenyum manis.Aku merindukan dua sosok ini. Dua malaikat yang tak pernah berhenti menyayangiku. Juga doa mustajabnya tak pernah putus mereka lantunkan untukku."Kejutan dari ibu dan bapak sukses bikin aku shok saking senangnya. Yaudah ayo masuk pak, buk pasti kalian lelah menempuh perjalanan jauh!"Aku menyuguhkan dua cangkir teh manis untuk orang tuaku beserta stoples kue kering."Ayo diminum tehnya biar badannya enakkan!""Iya terimakasih nduk."Entah mengapa ada perasaan senang bercampur was-was pada kunjungan orang tuaku saat ini.Terlebih lagi aku belum mengirim uang untuk kedua mereka, ah bagaimana mau mengirim untuk orang tua, untuk mencukupi kebutuhan rumah saja aku harus berfikir keras. Beruntung aku masih punya tabungan meski entah bisa menutup kebutuhan rumah sampai kapan."Ndu
Mas Danu menarik kasar tanganku menuju kamar dan menutup pintunya dari dari dalam."Kamu apa-apaan sih mas? Narik-narik tangan aku, sakit tau!"Dia menatap nyalang kearahku, bisa dipastikan emosinya saat ini sedang naik. Membuat nyaliku sedikit menciut."Apa maksud kamu ngomong yang enggak-enggak sama bapak kamu?" Giginya gemelutuk."Apaan sih mas aku nggak ngomong aneh-aneh sama bapak kok mas.""Jangan bohong! Kalau kamu nggak ngadu yang enggak-enggak mana mungkin bapak ngomong kaya gitu sama aku. Pake ngomong siap nerima kamu lagi dirumahnya segala, emang dia pikir aku mau menceraikan kamu? Jujur aja kamu ngomong apa sama orang tua kamu tadi?""Aku hanya mengatakan pada mereka bahwa sekarang aku bukan satu-satunya wanita yang menjadi istri kamu," ucapku sambil membuang pandangan kesembarang arah guna meringankan beban berat yang menghimpit dada.Bukan tanpa sebab jika mata kami bersirobok sudah pasti akan ada air mata yang mengalir dari kedua sudut mataku."Kenapa kamu harus ngomong
Akhirnya aku bungkam walau hati terasa dongkol terlebih melihat senyum kemenangan yang terbit diwajah Viola. "Memangnya kamu ini siapa nak, temannya Nilam ya?" tanya ibu lembut kepada Viola."Oh bukan Bu. Mana mungkin saya berteman dengan mbak Nilam. Kenalkan nama saya Viola istrinya mas Danu," ucap Viola dengan bangga.Seketika ekspresi wajah bapak dan ibu berubah menjadi masam."Oh jadi kamu istri kedua Danu yang tiba-tiba masuk kedalam rumah tangga anak saya?" tanya ibu dengan sinis."Ibu jangan sembarangan bicara ya saya ini lebih dulu mengenal mas Danu daripada mbak Nilam. Jadi saya yang lebih lama hadir dihidup mas Danu," jawab Viola dengan geram."Sudahlah Bu, harusnya ibu yang sudah tua bisa menghormati yang lebih muda. Sekarang status Viola sama dengan Nilam, jadi saya mohon jangan menyudutkan Viola!" ucap mas Danu tegas."Ini suami yang kamu pertahankan nduk? Melihat sikapnya kepada orang tua seperti itu apakah yakin tetap ingin bertahan?" Kini bapak yang bersuara lantang.
Mataku terbelalak melihat nominal yang tertera dalam layar mesin ATM. Terdapat angka dua dengan tujuh angka bulat berjejer di belakangnya.Itu uang yang selama ini aku kirimkan ke kampung tapi kini telah diserahkan kembali kepadaku oleh orang tuaku. Ah betapa hati mereka seperti malaikat.Jika ditambah dengan tabungan yang ada di ATM pribadiku yang berjumlah lima belas juta sepertinya aku bisa membuat usaha kecil-kecilan.Untuk menutup biaya rumah bisalah dengan uang hasil jualanku. Satu bulan aku bergabung menjadi reseller produk kecantikan, keuntungan bersih yang mengalir di ATM baruku sudah mencapai tiga juta setengah. Nominal yang fantastis bagi seorang pemula, meski perjuangannya begitu menguras pikiran.Aku sudah berfikir dengan matang mengenai usaha yang akan aku rintis. Dalam benakku saat ini adalah bisnis hijab. Mengingat saat ini trend hijab dengan berbagai model tengah menjamur. Kebetulan aku mempunyai teman yang memiliki usaha konveksi skala kecil. Dia bersedia untuk beke
"Eh mbak Nilam disini juga ternyata. Tapi inikan restoran mahal, pasti disini cuma numpang nongkrong dan persen segelas air putih aja kan?" Benar-benar mulutnya selalu saja digunakan hanya untuk merendahkan orang lain."Terserah aku dong, lagian aku juga nggak minta dibayarin sama kamu kan?" jawabku ketus."Kalau mbak mau aku bisa bayarin makanan kamu kok. Buruan deh pesan apa yang mbak mau mumpung aku lagi baik hati. Jarang-jarang loh bisa makan makanan mahal gratis pula.""Nggak perlu! Aku masih mampu jika hanya makan di restoran ini.""Aduh mbak ini sombong ya mau ditraktir juga pake nolak segala. Yasudahlah ayo mas kita pesen makanan udah lapar aku seharian keliling mall," ajak Viola kepada mas Danu."Maaf ya dek aku belum pulang ke rumah," ucap mas Danu lirih."Nggak papa kok mas, aku sudah mulai terbiasa. Mungkin kamu besok juga harus bisa membiasakan diri tanpa aku.""Apa maksud kamu bicara seperti itu dek?""Bukan apa-apa. Hanya saja sesuatu yang ada di dunia ini pasti akan
Aku membaca huruf demi huruf pada surat pemeriksaan dari dokter tadi siang. Ternyata dua bulan yang lalu sebelum mas Danu melangsungkan pernikahan, sudah ada malaikat kecil yang singgah di rahimku.Andai saja aku tau lebih awal pasti kami berdua telah berbahagia. Hanya berdua, tanpa ada adik madu yang mengusik kebahagiaan kami.Sayangnya Sang Perancang takdir membuat skenario yang begitu apik dalam hidupku. Dia mengujiku dengan rasa sakit, rasa cemburu hingga aku termotivasi bangkit dan menjadi wanita mandiri.'Nak mungkin nanti kasih sayang yang papa beri untukmu tidaklah utuh, tapi yakinlah mama tak akan pernah membiarkanmu kekurangan kasih sayang,' gumamku pada malaikat kecilku, sambil mengelus-elus perut yang masih rata.Deru mobil mas Danu terdengar berhenti di depan rumah. Akhirnya ingat juga dengan istri pertamanya ini."Dek, mas boleh minta tolong sama kamu nggak?""Minta tolong apa mas?""Anu, itu. Kemarin katanya Viola lihat kamu makan salad buah, dia mau minta tapi nggak di
"Aku ingin melanjutkan kuliahku di Amerika. Oleh karena itu aku ingin mengakhiri hubungan kita," ucap Viola, kekasihku."Loh kenapa mesti putus? Aku rela kok nunggu kamu sampai kuliah kamu selesai.""Tapi aku nggak bisa LDR-an. Siapa yang menjamin kamu akan tetap setia selama aku pergi, nggak ada kan?""Tapi aku sayang banget sama kamu, nggak mungkinlah aku menghianati kamu. Kamu harus percaya itu, aku lelaki yang setia!""Tapi maaf keputusanku sudah bulat, besok aku akan pergi. Jangan pernah hubungi aku lagi karena kini hubungan kita telah berakhir!"Dia berlalu pergi dari hadapanku. Saat itu hatiku benar-benar patah. Bukan hal mudah bagiku untuk menjatuhkan hati kepada seorang wanita. Maka ketika cinta itu datang aku rela melakukan apapun untuk pujaan hatiku, bisa dibilang aku ini tipe pria bucin.Selepas kepergian Viola hidupku terasa hampa, hingga aku bertemu dengan seorang wanita pelayan restoran yang membuat hatiku sedikit bergetar.Awalnya aku mengabaikan rasa itu, mungkin aku
"Oke jika kamu bersikeras untuk pisah, keluar dari rumahku! Aku beri waktu sampai besok untuk berkemas. Kita lihat berapa lama kamu bisa hidup tanpa uangku."Ucapan mas Danu seakan mengisyaratkan bahwa dimatanya aku adalah wanita lemah yang bergantung hidup dengannya.Sayangnya Nilam yang lemah dan penurut telah kamu lukai perasaanya, Mas dan kini berubah menjadi Nilam yang mandiri tanpa bantuan seorang suami."Fir, boleh nggak kalau aku nginep beberapa hari di rumah kamu?" Ucapku kepada Fira melalui sambungan telepon."Wah kebetulan nih suami aku beberapa hari kedepan ada tugas diluar kota. Bisalah nemenin aku disini, malah seneng kalau ada temannya.""Eh tapi aku bawa banyak barang dagangan tapi," ucapku tak enak."Tenang aja, paviliun belakang rumahku kosong nanti bisa taruh disana. Eh tapi kenapa nih kok tiba-tiba mau pindahan?""Aku minta cerai sama mas Danu. Eh bukannya ditalak malah diusir.""Hahaha... Sadar juga sekarang, mestinya dari bulan kemarin kamu minta cerai. Tenang a