Share

ARWAH CINTA PENASARAN
ARWAH CINTA PENASARAN
Author: Rara Shasha

PEMBACAAN DOA BERSAMA

Malam ini acara tiga hari pembacaan doa bersama di rumah H. Bahri. Sejak kematian istri pertama beliau Rosdiana, istri pertama H. Bahri meninggal di kamar mandi entah karena apa. Sebab kematiannya terus di cari oleh pihak yang berwajib. H. Bahri tidak ada di rumah saat itu, beliau sedang berada di rumah istri mudanya. 

Dua hari di rumah istri mudanya, lima hari di rumah istri tuanya. Begitu perjanjian yang akhirnya di sepakati oleh H. Bahri dan Rosdiana. Hingga sepulang dari rumah istri mudanya, H. Bahri mendapati bau busuk dari kamar mandi. Saat dibuka ternyata istrinya sudah terbujur kaku di lantai kamar mandi. H. Bahri meminta bantuan warga untuk membantu mengangkat istrinya sembari ia menghubungi pihak yang berwajib. 

Hari itu juga prosesi pemakaman Rosdiana dilakukan. 

Beberapa keluarga datang melayat. 

Adzan maghrib berkumandang, H. Bahripun bersiap melaksanakan sholat maghrib di musholla mungil namun megah di dalam rumahnya. Air wudhu ia alirkan ke wajahnya. Rakaat pertama ia lalui dengan khusyuk. Rakaat ke dua ia merasakan seseorang mengikuti gerakan sholatnya. Mungkin keponakan atau saudara-saudaranya yang turut berjamaah maghrib bersama. H. Bahri melanjutkan sholatnya namun kali ini tubuhnya meremang. Bulu kuduknya berdiri. Ia mulai tidak khusyuk terlebih saat ia mencium harum kenanga. H. Bahri mempercepat sholatnya. Ia makin tidak khusyuk ketika bayangan mukenah putih itu mengangkat tangannya terlihat dari jam tangan kaca. 

H. Bahri ingin menoleh dan melihat siapa di belakangnya. 

Usai salam ia perlahan membalikkan badan, namun kosong. Tak ada siapapun. Bau kenanga itupun hilang. 

"Astaghfirullah... " desisnya perlahan. 

Ia pun bangkit dari duduknya hendak meninggalkan musholla menuju para tamu yang akan memulai doa bersama. 

Di depan musholla, ada alas kaki Rosdiana. Alas kaki yang biasa ia pakau ke musholla. Alas kaki ini tadinya berada di kamar lalu siapa yang membawanya ke musholla. 

H. Bahri tidak ambil perduli, ia melangkah tegap menuju ruang tamu. Beberapa tamu telah datang. Mereka menjabat tangan H. Bahri sebagian anak muda mencium lengan bersahaja itu. 

H. Bahri masih muda, usianya baru empat puluh dua tahun. Putra seorang pengusaha kaya yang memiliki banyak toko permata dan restaurant ternama di kalimantan selatan ini. Dimana-mana ada tempat usahanya. Itu sebabnya banyak wanita yang menggodanya. Wajahnya juga sangat tampan. 

Ayah H. Bahri juga pengusaha kaya dan disegani. Pernikahannya dengan Rosdiana baru berjalan tujuh tahun dan dari pernikahan itu mereka tidak dikarunia anak. Hingga H. Bahri menikah lagi dengan istri barunya yang cantik jelita. 

Karenina namanya. Wanita yang tinggal di Samarinda itu akhirnya bertekuk lutut pada H. Bahri setelah H. Bahri terus menerus meyakinkan perasaannya. Wanita cantik berkulit putih, bertubuh langsing, tinggi dan berhidung mancung meski bukan golongan wanita kaya, wanita itu cukup menarik perhatian H. Bahri hingga ia pun meminangnya. 

Lantunan doa itu terus terpanjatkan hingga usai dan berakhir dengan makan malam bersama. Beberapa penganan di tata di atas karpet bulu yang indah. 

Mereka pun berpamitan pada H. Bahri dan keluarga.

Saat H. Bahri akan menutup pintu rumah, ia melihat sesosok tubuh sedang duduk di bangku kayu halaman rumahnya. Perawakannya mirip Rosdiana. 

H. Bahri menatap pemandangan itu dengan nanar, mungkinkah istrinya menjadi hantu usai meninggalnya. Bila benar demikian lalu apa penyebabnya? 

H. Bahri nampak bersedih menyaksikan pemandangan tidak nyaman yang terjadi hari ini. Perlahan namun pasti ia menutup pintu rumahnya dan membiarkan wanita itu tetap berada di taman rumahnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
adiwahyubowo
This is one of the best story I've read so far, but I can't seem to find any social media of you, so I can't show you how much I love your work
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status