Aku Bukan Menantu ImpianPart 26. Tiga tahun kemudian.POV. NoviKuliah sambil bekerja membuat aku hampir tak punya waktu lagi untuk keluarga. Cita-citaku hanya ingin lulus tepat waktu, dengan nilai terbaik. Lalu berkata pada semua orang yang selama ini menghinaku, bahwa aku sudah lulus kuliah. Toh belum lulus pun aku sudah bekerja, di sebuah rumah sakit besar sebagai tenaga asisten apoteker. Tapi suara sumbang dan ejekan dari orang-orang yang tak menyukaiku masih tetap kudengar. Aneh memang, semenjak aku masuk kuliah, sepertinya banyak orang yang begitu membenciku. Padahal dulu tidak begitu."Sekarang sudah jadi tukang obat, ngapain kuliah, nanti juga tetap jualan obat," katanya waktu aku pulang kerumah terakhir kalinya.'Repot amat anda ngurusin saya' aku membatin.Benar kata mama, yang namanya hidup di kampung, 'kentut' pun semua tetangga harus tau. Semua di bahas, semua di nilai menurut sudut pandang mereka sendiri. Entah itu baik apalagi yang buruk.Tapi kak Fara yang selalu me
Aku Bukan Menantu ImpianPart 27. Novi mulai unjuk gigi.Setelah mengambil cuti tiga hari, Novi kembali bekerja. Katanya bos nya sudah WA beberapa kali.Di rumah sakit besar itu, kini Novi bekerja bukan hanya sebagai penjaga apotek. Sekarang Novi sebagai tenaga Apoteker. Kalau kemarin gajinya hanya cukup untuk makan dan sedikit membantu bayar kuliah, kali ini gajinya sudah lumayan besar.Hampir empat juta, lumayan besar untuk Novi yang baru lulus kuliah."Gajiku nanti buat nebus sawah yang di sewakan, supaya kita bisa olah sendiri dan panen banyak. Tidak lagi membeli beras. Kasian Bibi Ipah yang anaknya banyak," kata Novi."Tidak di tebus juga tidak apa, kita tunggu sampai jatuh temponya datang. Nggak nyampe satu tahun lagi sawah akan kembali ke kita," kata Mas Ridwan."Tapi kasian Bi Ipah, Yah. Nanti sawah kita serahkan ke Pak Nur lagi untuk di garap,""Terserah baiknya menurut kamu saja. yang penting tidak memberatkan mu,""Tentu tidak dong yah,,,"Begitulah Novi, dengan semangat d
Aku Bukan Menantu Impian.Part 28. Mas Anton yang pailit.Sebagai menantu, seorang yang cukup berada, Sofi selama ini sudah cukup bergelimang kesenangan. Setelah lulus kuliah Sarjana Perbankkan, ia tidak pernah bekerja. Ia langsung menerima lamaran kekasihnya. Iwan putra seorang Kepsek Sebuah SMA Negeri dan ibunya seorang pegawai negri di kantor Kecamatan, telah berhasil memikat hatinya. Walau pada saat itu sebenarnya Sofi ingin bekerja dulu, mempraktekkan ilmu yang sudah di pelajari di bangku kuliah. Tapi ayahnya menolak keinginan Sofi untuk langsung bekerja. Anton ingin anaknya kawin saja dengan seorang yang cukup terpandang di mata Anton."Iwan itu anak orang kaya Sof, sayang kalau kamu menolak dia. Bapak ibunya pegawai negeri, kontrakannya banyak. Buat apa kamu capek-capek kerja?" kata Anton waktu itu. "Memangnya Fara, anaknya Ridwan. Lulus SMK langsung kerja. dia juga nggak bakal mampu untuk kuliah. Memang kuliah bayarannya dikit, mana mampu dia cuma buruh kandang ayam.""Ayah.
Aku Bukan Menantu ImpianPart 29. Perusahaan Anton bangkrut.Sejak di rumahkan, kini secara otomatis, Anton nganggur di rumah. Tak ada lagi mata pencarian.Terpaksa menggunakan uang pesangonnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sedianya uang itu untuk persiapan Clara masuk kuliah. Tapi nyatanya, sulit bagi Anton yang sudah berumur untuk mendapatkan pekerjaan lagi. Akhirnya dengan terpaksa uang persiapan untuk Clara di gunakan dulu untuk keperluan sehari hari. Clara mundur satu tahun untuk daftar kuliah sambil menunggu ayahnya bekerja lagi.Keuangan semakin menipis, dan bahkan hampir habis. Akhirnya mereka hanya bisa mengandalkan bantuan Sofi yang bersuamikan orang kaya.'Rugilah punya menantu orang kaya, kalau tidak bisa membantu orang tua. Walau selama ini Sofi selalu menolak kalau dikatakan suaminya orang kaya, hanya karena suaminya bekerja sebagai guru pelatihan bahasa Inggris. Gajinya juga sama dengan karyawan biasa lainnya. Tapi, setiap bulan Sofi menabung lebih dari sepuluh
Aku Bukan Menantu ImpianPart 30. Sofi bekerja.Sore harinya, Iwan mendatangi rumah mertuanya lagi sepulang kerja. Jam lima sore, Bayu masih di gendong sang nenek. Nampaknya ia rewel. Iwan segera memeluk putranya. Dan Bayu pun terdiam dalam gendongan sang ayah."Sofi belum pulang, Ma?" Iwan bertanya."Belum," Rani menjawab dengan agak kawatir.Pada saat yang bersamaan, motor matik yang di kendarai Clara dan Sofi memasuki halaman. Sofi terkejut, tak menyangka suaminya akan menyusul. Apalagi, ia dan Clara mengenakan setelan hitam putih, khas anak yang sedang melamar kerja.Iwan sendiri tak kalah terkejutnya. Walau tadi mertuanya mengatakan kalau Sofi hanya mengantar Clara, tapi Iwan yakin kalau Sofi juga sedang melamar kerja. Atau bahkan sudah bekerja, mengingat mereka pulang menjelang magrib jamnya para pekerja pulang."Kamu dari mana Dek?" tak sabar Iwan bertanya."Aku, aku,,,dari ,,,, pulang kerja," jawabnya gugup dan tak bisa bohong lagi.Iwan lemas mendengar jawaban istri nya. Tak
Aku Bukan Menantu ImpianPart 31. Kembalinya Sofi.Iwan tertegun menatap dua wanita yang berjalan cepat ke arahnya. Nampaknya Sofi dan Clara.Setelah terima gaji di akhir jam kerja, mereka pulang dengan gembira sambil mengaktifkan ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dan sebuah pesan masuk yang mengabarkan Bayu masuk rumah sakit, dari Mama. Mereka segera pulang, menuju rumah sakit. Ingin terbang saja rasanya. Perjalanan yang agak macet di awal bulan, bukanlah pemandangan yang aneh. Keduanya nampak takut-takut mendekati Iwan yang duduk di kursi tunggu."Mas,,,,"Sofi menyapa suaminya dengan ragu."Masuklah, temui Bayu," perintah Iwan tanpa menoleh. Susah payah Ia menahan emosi agar tak mengeluarkan ucapan kasar, karena tak ingin melukai hati Sofi, wanita yang telah melahirkan anaknya, yang sebenarnya telah membuatnya benar-benar kecewa.Sofi dan Clara masuk. Melihat kedatangan Sofi, pecah kembali tangis Bayu. "Mamaaaaa,"Sofi memeluk erat tubuh putranya. Air matanya luruh."M
Aku Bukan Menantu ImpianPart 32. Keluarga Iwan jatuh bangkrut.Iwan menghampiri, seseorang yang berseragam sebuah bank. "Ada apa ini Pak?" Iwan bertanya."Anda siapa?" tanya seorang berpakaian polisi yang ada di samping petugas bank itu."Saya Iwan, anak pemilik rumah ini,""Oh ya, maaf Pak Iwan, rumah ini sudah di sita bank. Anda tidak di ijinkan masuk,""Ada apa ini Pak? Kenapa harus di sita?""Ada tindakan korupsi yang di lakukan ibu Wahyuni. Ibu Wahyuni sudah di tangkap, dan sekarang ada di kantor polisi. Silahkan bapak datang ke kantor polisi untuk menemui ibu anda."Iwan terkejut. "Korupsi? Tidak mungkin Ibu saya melakukan itu pak,""untuk lebih jelasnya, silakan bapak mendatangi kantor polisi di mana ibu Wahyuni di tahan."Sofi ketakutan, sementara Bayu menangis karena takut melihat banyak orang yang berkerumun."Ini bagaimana, Mas?" Sofi panik.Walau agak panik juga, Iwan segera mengambil keputusan. Ia segera menggamit dua orang tukang ojek yang kebetulan ikut berkerumun. S
Aku Bukan Menantu ImpianPart 33, Fara jatuh cinta.Kabar tentang Mas Anton yang sekarang sudah tak bekerja hinggap di telinga keluargaku. Bahkan keadaan keluarga Sofi yang ayah mertuanya meninggal, dan ibu mertuanya di penjara karena menjadi calo CPNS bodong, sudah beredar juga di telingaku. Mas Heru yang menceritakan pada mas Ridwan dan aku kebetulan mendengar kabar itu langsung saat aku mencuri dengar obrolan Mas Ridwan dan Mas Heru lewat telfon."Bagus tuh, Mas Anton nggak bisa sombong lagi membanggakan menantunya yang kaya. Sekarang hidup Sofi sudah sangat sederhana. Biasa aja kayak kita nggak bisa ngasih duit banyak pada bapaknya yang sombong itu!" sahutku bersemangat ketika Mas Ridwan dan Mas Heru mengakhiri sambungan telfonnya."Nggak baik, Dek, bahagia di atas kesusahan orang," Mas Ridwan mengingatkanku." Ya, Mas maaf, aku masih sakit hati mendengar hinaannya waktu kita mau pinjam uang buat Novi bayar semesteran, Mas. Dia bilang kita nggak akan mampu biayai Novi kuliah,