Pagi ini hujan turun, membuat udah yang masuk kedalam kamar Leon sangatlah dingin. Naya sudah mematikan ac di kamar Leon namun dirinya dan Leon masih enggan bangun meninggalkan kasur yang sangat membuat keduanya nyaman. Posisi keduanya masih saling berpelukan, seperti posisi saling peluk adalah posisi yang membuat keduanya nyaman.
Naya membukannya matanya perlahan, karena ingat dia harus pergi kuliah sebum jam 9. Saat mngerjapkan matanya dia melihat Leon yang masih tertidur menghadap dirinya, bentuk wajah Leon sangat indah ternyata, membuat Naya terpesona.
"Sudah bangun?" suara berat yang selalu Naya dengar saat bangun tidur adalah suara Leon yang masih memejamkan matanya namun ternyata dia telah bangun.
"Hmmm sudah," ucap Naya sambil mengulet. "Pergi mandi sana, sekarang jadwal membersihkan luka di perut mu."
"Engga mau mandi, malas, dingin," ucap Leon sambil ngedusel ke bahu Naya seperti anak kecil.
Hara masuk kedalam Lab, smeua mata tertuju kepada dirinya, membuat Hara gugup dia merasa teman-temannya tau kalau Naya pergi di bawa oleh seseorang.TRING!!Hara terkejut ponselnya berbunyi, dia mengambil ponslenya melihat nama yang muncul dari ponselnya. Dia adalah Eliana."Halo nyonya aku te--"'Cepat pergi dari sana! Bersembunyilah, Leon dan yang lain sedang menuju kampus!'"Hah?! Lalu bagaiman ini, aku akan ke apartemen mu saja ya?"'Tidak! Aku sedang dalam perjalan menuju Eropa, kau urus lah diri mu sendiri lagi, terimasih telah menjadi budak ku."Titt....Sambungan terputus, Hara panik bukan main, dia tidak tau harus bersembunyi dimana sekarang. Dengan cepat dia membereskan smeua barang-barangnya lalu berlari kearah parkiran. Dia akan pergi jauh ketempat kampung orang tua yang sangat terpencing. Hara yang sudah panik tidak menghubungi adiknya terlebih dahul
"Leon bagaimana ini ada 2 lokasi yang harus kita lihat, dan jarahnya cukup jauh keduanya," ucap Kenzo menatap machbooknya. Ada dua titik lokasi antara ponsel Darma dan titik lokasi jam tangan Naya."Makasud mu apa?!""Kita mengikuti jam tangan Naya atau lokasi ponsel ayah mu? Ada dua kemungkinan yang terjadi di sin--""Aku pilih jam tangan Naya, aku yakin Naya masih menggunakan jam tangannya cuman telah tersenggol lagi dengan yang lain mungkin mengakibatkan jamnya sudah tidak menghasilkan suara lagi.""Kalau mengikuti jam tangan Naya artinya Naya berada di hotel bintang lima itu, jaraknya hanya 3 kilo dari sini."Leon melepaskan pengamannya saat tau helikopter yang dia naiki akan turun di salah satu kantor milik sepupu Kenzo. Leon mengambil pistol miliknya yanga dia rakit sendiri lalu di sembunyikannya di balik kaosnya."Apa pun yang terjadi di hotel nanti ntah Naya berpakaian atau
"Leon..." panggil seorang dari pintu, Leon menoleh kebelakang, itu adalah Naya yang sedang menatapnya membawa selimut untuk menutupi badannya padahal dia telah memakai pakaian. Dia berjalan kearah Leon sekarang dengan rasa takut dan ragu. Leon yang paham mengeserkan duduknya hingga mentok di pinggir pegangan pinggir kursi, agar dia menjaga jarak dari Naya. Naya duduk di samping Leon , menutup badannya."Ada apa hmm?" tanya Leon dengan lembut sambil menatap Naya, namun Naya tidak menatap dirinya."Aku takut..." lirih Naya sambil menatap bintang."Dia sudah mati, jangan takut.""Kau sudah melihat tubuhku, apa kau akan jadikan aku sebagai budak nafsu mu dan teman-teman mu?""Apa maksud mu Naya?""Aku takut... Akuu takut hikss... Leon... Aku takut..." Naya mulai menangis lagi."Naya dengarkan aku, aku mungkin laki-laki sama seperti penjahat itu, tapi aku tidak sebejat dirinya, bukannya sudah ku katakan?
Langkah kaki terdengar angkuh dengan ketukan yang bernada. Tatapan dingin dari sorot mata tajam mampu membuat siapa pun yang melihatnya hanya bisa meneguk ludah dan memilih untuk menundukkan kepala hormat. "Selamat pagi tuan, hari ini tuan ada jadwal rapat bisnis di kantor," ucap seorang pria berambut hitam pekat dengan jas hitam, di depannya yang tidak dilirik sama sekali oleh tuannya itu. "Baik, katakan pada Nara untuk menjaga rumah lewat cctv dan katakan juga kepada Mark untuk mengurus cabang bar di Kanada dengan baik, sepertinya kita akan di sibukkan dengan banyak kerjaan beberapa hari bahkan minggu kedepan," titahnya sambil menyeruput teh yang masih panas tersebut. Prince Leon Aldrich, siapa yang tidak mengenali namanya. Si tampan dengan wajah seperti kartun anime itu dengan sifat dinginya dan memiliki tatapan tajam seperti elang. Dia adalah pengusaha
"Perkenalkan, aku Prince Leon Aldrich, 25 tahun. Pria kaya raya dan baik hati yang akan mengurus semua utang keluargamu dan akan menjaga keluargamu, asalkan kau mau tinggal di rumah ini, untuk menemaniku dan selalu berada di sisiku. Aku merasa kau adalah orang yang tepat untuk mendampingiku di saat aku kesepian." Naya mengerutkan keningnya dan mencibir memandang Leon. Apa yang Leon katakan sangat membuatnya ingin ketawa, pria baik hati? Baik hati dari mana, dari tatapannya dan nada berbicaranya saja sudah sangat bertolak belakang dengan dirinya. Apalagi kelakukannya pasti lebih mengerikan. Leon yang tau kalau Naya sedang menyeringgai sambil menghakiminya pun membuat Leon menyeringgai lebar. Gadis yang di depannya sangat tidak ada takut-takutnya? Kalau Naya tau tentang Leon dalam dunia gelap mungkin dia akan mati ketakutan. "Naya, kau sangat cantik," Leon mengangk
Pagi yang cerah matahari bersinar sangat indah. Naya merasa ada cahaya yang mengganggu penglihatannya, perlahan dia membuka mata. "Hengg..." Naya mengulet ingin merentangkan tangan namun badannya terkunci oleh tangan Leon yang masih berada di pinggangnya. Dia menatap Leon yang masih memejamkan matanya, Leon terlihat begitu tampan dengan rahang yang mengeras dan wajah yang begitu keren, setiap pahatan muka Leon sangat indah. Naya teringat dengan kejadian tadi malam saat Leon menenangkan dirinya. Dia merasa salah menilai Leon, Leon yang dia anggap dingin ternyata tidak, dia sangat hangat. Sepanjang malam Naya benar-benar merasakan kehangatan dari tubuh Leon. "Kau sudah bangun?" tanya Leon yang masih memejamkan matanya. "Sudah, baru saja." "Bagaimana? Apa tadi malam kau mimpi buruk?"
"Luke!!" teriak Leon memanggil Luke. Luke yang merasa di panggil langsung masuk kedalam ruangan Leon dengan cepat bersama Ray.
"Om Gunawan?" "Pria penjual organ dan wanita." Semua mata tertuju kepada Leon. Steffen mulai menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Ini otakku yang ke kecilan atau gimana ya?" tanya Steffen dengan raut wajah binggung. "Sejak kapan kamu punya otak?" celetuk Nara yang berada di samping Haechan. "Punya lah, emang kayak kamu otak di gadain ke shopee." "Enak aja..." "Gue engga paham dengan hubungan om Gunawan, ayahmu dan keluarga Naya," ucap Dery menyengir. "Terimakasih Dery kau sudah mewakiliku," sahut Steffen ikut menyengir. "Jadi gini, ayah Leon itu tau kalau anaknya menyimpan gadis cantik di rumahnya, dan ayah Leon bilang kalau gadis itu adalah anak dari wanita yang pernah menj