All Chapters of Nafkah Nasi Aking : Chapter 71 - Chapter 80
98 Chapters
Bab 71 Main Hakim Sendiri
(POV Risa)Empat bulan sepuluh hari telah berlalu. Masa Iddahku setelah bercerai dengan mas Rendi sudah selesai. Kini aku sudah tidak terikat lagi dan bebas untuk menjalin hubungan dengan lelaki lain. Namun nyatanya lelaki yang aku harapkan menjadi bagian dalam hidupku, dia sama sekali tak menampakkan batang hidungnya lagi.Berbulan-bulan lamanya Jona tak pernah menghubungiku lagi apalagi menemuiku. Apakah Jona mengingkari janjinya? Tapi kenapa?Ingin rasanya aku berteriak, kenapa disaat aku bisa membuka hati aku untuk lelaki itu, justru dia menghilang tak ada kabar sama sekali.Hari ini aku memutuskan untuk tidak berjualan. Aku ingin menemui Jona di rumahnya. Walaupun beberapa kali aku kesana namun tak ada, tapi kaki ini tetap ingin melangkah kesana.Di depan rumah Jona, aku berdiri menatap pintu yang tertutup rapat dan teras yang sudah sangat berdebu.Kenapa Jona meninggalkanku disaat aku menyadari aku mencintai dia. Jika harus begitu, sebaiknya dia tidak usah memberi harapan palsu
Read more
Bab 72 Kabur
(POV Risa)“Ponselku … ponselku nggak ada, tapi tadi ada kok,” ujarku masih terus meraba saku celanaku.“Kok bisa? Coba ingat-ingat lagi, apa mungkin ponsel kamu jatuh saat kamu dikeroyok massa tadi?” tanya pria itu.“Entahlah, saya tidak tahu. Karena sebelum dikeroyok, saya sempat ditabrak oleh copet yang tadi menjatuhkan dompet bapak di hadapan saya. Saya sempat terjatuh tertimpa tubuhnya,” jawabku.“Em … ada dua kemungkinan sih, bisa jadi ponsel kamu dicopet sama wanita itu saat tubuh kamu tertimpa tubuhnya tanpa kamu sadari, atau bisa juga saat kamu sedang dikeroyok massa, ponsel kamu jatuh,” tuturnya.“Iya, Pak, ya sudah tidak apa-apa. Yang penting saya selamat dan bisa kembali pulang ke rumah saya,” imbuhku.“Iya, kamu benar, kamu yang sabar ya, sebentar lagi kita akan segera sampai ke rumah sakit. Oh iya, nama kamu siapa? Tinggal dimana?” tanya pria itu.“Saya Risa, Pak, tinggal di … aw, tolong lebih cepat lagi, Pak. Dada saya sakit sekali,” pekikku.“Kamu tahan dulu ya, Risa.
Read more
Bab 73 Haus
(POV Bu Imah)Sebenarnya aku tidak tega mengatakan ini semua kepada Risa. Tapi jika aku tidak mengatakannya, mungkin selamanya Risa akan terus berharap Jona akan kembali dan menikahinya. Tapi nyatanya Jona sedang menggandeng tangan wanita lain, keluar dari butik pakaian pengantin. Apa lagi jika mereka bukan mau menikah?“Sayang, aku senang sekali akhirnya kita akan menikah. Ibu kamu juga terlihat sangat bahagia melihat kita bersatu seperti ini.” Aku tidak sengaja mendengar percakapan wanita itu dengan Jona, saat aku sedang sibuk mencari Risa.Kata-kata wanita itu masih terngiang-ngiang sampai sekarang. Aku menatap Risa yang tengah duduk di sofa, mulai mengeluarkan air mata. Sungguh aku tidak tega melihatnya. Aku tidak rela melihat orang sebaik Risa tersakiti seperti ini.Aku memeluknya berusaha menenangkannya.“Jangan menangis, disaat orang-orang pergi meninggalkanmu, tapi tidak dengan Ibu. Ibu ada disini, kamu tidak sendirian, Nak!” imbuhku.“Tapi kenapa, Bu? Kenapa dia tega melakuka
Read more
Bab 74 Pria Berwajah Tegas
(POV Bu Imah)“Lari … ayo cepat lari!” Orang-orang yang berlari itu semakin dekat. Karena penasaran, aku pun nekat bertanya pada salah satu dari mereka yang melintas di depanku.“Ada apa, Dek? Kenapa lari-lari?” tanyaku.“Itu, huh … huh, ada satpol PP. Cepat lari, sebelum barang jualan ibu diangkut sama mereka,” jawabnya dengan nafas ngos-ngosan.Mendengar itu, aku pun segera mendorong gerobak ku dengan cepat mengikuti anak muda itu.Walaupun tubuhku masih lemas karena haus, aku memaksakan diri untuk berlari menjauh dari tempat itu.Berkali-kali aku menoleh ke belakang, memastikan para satpol PP itu tidak lagi mengejar kami. Tapi sayangnya mereka masih terus mengejar, sehingga pantang bagiku untuk berhenti.Sampai di jalan pertigaan, aku memutuskan mengambil jalan di jalur kanan. Semoga saja mereka tidak menemukanku disini.Aku kembali menoleh ke belakang sambil terus berlari, namun ….Tin ….Saat aku kembali menatap jalanan di depanku, sebuah mobil mewah hampir saja menabrak gerobakk
Read more
Bab 75 Rencana Pertunangan
(POV Risa)Bosan rasanya selama sepekan lebih aku hanya berdiam diri di rumah. Aku ingin berjualan lagi, namun bu Imah melarangku karena khawatir jika aku masih belum sembuh total.Di dalam rumah, aku menyibukkan diri dengan aktivitas yang aku bisa. Aku menyapu rumah, dan menyiram tanaman bunga kesayanganku.Tin ….Suara klakson mobil terdengar tepat di jalan depan rumahku. Aku menoleh ke arah sana, dan aku melihat mobil Dela hendak masuk ke pekarangan rumahku.“Dela!” panggilku. Aku meninggalkan tanaman bungaku, dan beralih mendekati Dela.Pintu mobil Dela terbuka, memperlihatkan kedua kaki putih mulus yang baru saja turun dari dalam mobil itu.“Risa, hai apa kabar kamu? Sudah lumayan lama juga kita nggak ketemu. Bahkan kita juga jarang komunikasi. Sekarang kamu makin cantik saja, Ris. Tapi … kok seperti ada bekas luka di wajah kamu,” sapa Dela.Kami berdua saling berpelukan melepas rindu dengan sahabat lama.“Aku baik, aku senang kamu datang kesini. Kamu sendiri gimana kabarnya? Ah
Read more
Bab 76 Memuji
(POV Risa)Di hadapan kami berdiri lelaki yang pernah menorehkan luka di hatiku. Rendi berdiri berkacak pinggang setelah keluar dari dalam lift.“Bukan urusan kamu,” jawabku ketus.“Jelas ini adalah urusanku, mau apa kalian datang kesini? Siapa yang mengundang kalian semua? Saya bertanggung jawab dalam acara ini. Saya rasa di agenda hari ini tidak ada daftar nama kalian yang diundang,” cetus Rendi.“Oh ya? Orang yang bertanggung jawab, ya? Kalau begitu kami permisi mau naik ke lantai 5, sesuai permintaan dari Pak Willy. Awas jangan halangi langkah kami,” ujarku.“Hei ….”“Maaf Pak Rendi, mereka memang tamu undangan Pak Willy sekaligus orang-orang yang bertanggung jawab untuk catering disini!” potong satpam yang mengantar kami.Rendi menganga, apa mungkin Rendi tidak tahu jika kami diundang? Tapi aku benar-benar tidak peduli. Urusanku hanya dengan pak Willy bukan Rendi.“Nah loh … sebelum koar-koar, tanya dulu dong,” imbuh pak Yanto sebelum masuk ke dalam lift.Kami semua masuk ke dala
Read more
Bab 77 Sorot Mata
(POV Risa)Acara pun dimulai dengan sambutan demi sambutan yang disampaikan oleh pak Willy. Namun yang membuat orang-orang penasaran, kenapa pak Willy hanya datang seorang diri. Bukankah tadi aku mendengar seseorang memberitahu, bahwa pak Willy datang beserta keluarganya.“Mohon maaf, Pak. Mana anak dan istri Bapak? Apakah mereka tidak ikut kesini? Karena acara ini kan dikhususkan untuk menyambut anak Bapak untuk menjadi pemimpin perusahaan disini?” tanya lelaki bernama Hasan.“Ada, anak dan istri saya juga datang. Tapi tadi istri saya penyakit maagnya kambuh saat sudah sampai parkiran, dan sekarang dia sedang pergi ke klinik sebentar diantar anak saya, paling juga tidak akan lama. Mohon maaf membuat kalian menunggu. Kalau begitu, bagaimana sambil menunggu kedatangan mereka, kita semua makan-makan terlebih dahulu. Oh iya, saya juga ingin merekomendasikan makanan buatan Risa ….” Pak Willy menunjukku, kemudian orang-orang yang menghalangiku bergeser ke samping, memberi ruang supaya aku
Read more
Bab 78 Rekaman
(POV Risa)Jona? Apakah aku tidak salah lihat? Orang yang selama ini menghilang, kini muncul lagi dihadapanku, sebagai pemilik baru perusahaan ini.“Risa!” Aku melihat gerak bibirnya seperti menyebut namaku.Dari samping, bu Imah menyentuh lenganku. Seolah memberi kode jika aku harus tetap tenang.Aku menoleh ke arah bu Imah, dan mengangguk mengerti.“Ayah, bisa kita bicara sebentar?” tanya Jona kepada pak Willy.“Boleh, bicara saja. Apa yang mau kamu bicarakan?” sahut pak Willy.“Tapi bukan disini, kita bicara di ruangan Ayah saja, berdua,” pungkas Jona.Pak Willy mengangguk, kemudian berjalan ke ruangan pak Willy, dan Jona pun berjalan mengikutinya.“Lah … Ibu nggak nyangka loh kalau Jona itu ternyata anaknya pak Willy. Benar-benar kebetulan sekali,” bisik bu Imah.“Aku juga, Bu. Baru tahu kalau ternyata Jona anaknya pak Willy,” sahutku berbisik pula.“Risa, ternyata Jona itu anak orang kaya. Bapak baru tahu, loh!” pungkas Pak Yanto mendekati kami.“Iya, Ibu Lela juga nggak nyangka
Read more
Bab 79 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
(POV Rendi)“Cukup, Pak Rendi! Saya benar-benar sudah tidak mau mendengar penjelasan anda. Pokoknya saya minta ganti rugi, atau anda akan saya laporkan kepada polisi!” berang pak Willy.“Pak saya mohon, beri saya kesempatan. Saya benar-benar khilaf, maafkan saya!” ucapku memohon.“Maaf, Pak Rendi. Bagi saya tidak ada kesempatan bagi orang yang culas seperti anda. Sekarang saya hanya bisa memberikan anda dua pilihan, ganti rugi atau masuk penjara?” imbuhnya.Aku bingung harus bagaimana lagi. Jona si*lan, Jona yang aku kira tukang ojek, ternyata anak pak Willy, dan kenapa juga aku tidak sadar jika ada Jona yang menguping pembicaraanku dengan Bams. Sungguh hari ini benar-benar hari si*l bagiku.“Baiklah, Pak. Saya akan mengganti semua kerugian. Tapi kasih saya waktu,” ujarku akhirnya memberi keputusan. Sebab aku tidak mau jika harus mendekam di penjara.“Baik, Pak Rendi. Saya tunggu itikad baik Pak Rendi.”Aku sangat malu, maka aku putuskan untuk pergi saja dari kantor ini. Semua karyawa
Read more
Bab 80 Perjodohan
(POV Jona)Berat rasanya aku harus menghadapi kehidupanku yang rumit ini. Terlebih jika aku harus meninggalkan Risa dan menikahi Adya. Rasanya aku tidak sanggup jika harus begini.“Tolonglah, Yah … aku mohon, aku mau meneruskan perusahaan Ayah, tapi dengan syarat aku tidak mau menikahi Adya. Aku sudah punya pilihan sendiri, Yah!” Aku menangis di hadapan Ayah. Terlihat konyol karena aku laki-laki, tapi perasaan ini tidak bisa dibohongi, bahwa aku memang sakit jika harus menikahi wanita pilihan Ibu.“Jona, Ayah mengerti, tapi bagaimana dengan sikap Ibumu, Nak. Dia sangat keras kepala, dia sangat menginginkan kamu bersatu dengan anak sahabatnya itu. Ayah bisa saja membantah perjodohan itu, tapi penyakit Ibumu yang Ayah khawatirkan. Tentu kamu mengerti, Ayah berada di situasi terhimpit seperti ini,” sahut Ayah.Aku mengacak kasar rambutku, Ibu benar-benar keterlaluan. Kenapa aku mesti bertemu dengan Ibu, saat aku hendak janjian pergi ke makam Kania. Ibu memaksaku ikut dengannya, bahkan po
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status