Semua Bab KUSERAHKAN SUAMIKU PADA IBUNYA : Bab 21 - Bab 30
50 Bab
21. POV Hadi
"Ibu, apa-apaan, sih?" Karena mendengar keributan. Aku yang baru saja keluar dari kamar mandi segera menuju ke ruangan depan. Dan benar saja. Di depan pintu aku mendapati ibuku sudah berada di depan sana dengan raut wajah yang tidak bersahabat. Aku juga melihat Mira yang terduduk di atas lantai. Apa ini karena ulah ibuku?Ibuku tidak henti-hentinya mengumpat di depan istriku. Aku tahu masalah Manda yang kabur dari rumah yang mendasari emosi ibuku juga karena desakan adik bungsuku tentunya.Ibu terus menyalahkan Mira tanpa sebab. Ibu mengklaim jika perginya Manda dari rumah itu karena disebabkan oleh Mira yang tidak mau mengalah. Mengalah mempergunakan uang tabungannya untuk terlebih dahulu dipergunakan merenovasi rumah yang saat ini di tempati oleh ibu dan juga adikku. Aku seperti berada di tengah tebing. Mundur jurang, maju pun jurang. Tidak ada pilihan yang bisa menyatukan istriku dan juga ibuku. Alasan tidak masuk akal yang aku kira yang membuat ibuku tidak menyukai kehadiran ist
Baca selengkapnya
22. Harus tegas
Kamu yang sabar, Mir. Aku tahu, kamu pasti sakit karena ini. Kamu sudah banyak berkorban tapi apa yang kamu dapatkan? Justru mereka berbuat untuk menusuk kami dari belakang." Di penghujung desa aku tidak sengaja bertemu dengan mbak Siti yang sepertinya ia baru pulang dari tempat kerjanya. Sore ini kami berpapasan sedang kan mbak Siti yang membawa sepeda angin sengaja menghentikan aku. "Ini, Kamu minum dulu biar tenang." Segelas es teh manis ia sodorkan di depanku. Kami sengaja berhenti dan menepi di kedai es teh yang menjamur akhir-akhir ini.Karena menang haus, tidak terasa hampir setengah bagian minuman berwarna sedikit kecoklatan itu sudah berpindah tempat di tenggorokan ku.Aku mengusap jejak air mataku dengan tisu yang sengaja aku bawa di dalam tas selempang yang aku kenakan."Aku kecewa, Mbak. Aku juga nggak nyangka banget sama mas Hadi. Tenyata ucapan pria itu lain di mulut dan lain juga di hati. Sewaktu ibunya belum menyambangi rumah orang tuaku, hubungan kami baik-baik saja
Baca selengkapnya
23. Jalan berdua
Aku akhirnya memutuskan pulang kembali ke rumah ibuku. Tapi tujuan ku tetap satu, yakni tidak lain agar hati Mira berubah luluh. Aku berharap ia menyusul ku dan memintaku agar kembali bersamanya dengan apa pun syaratnya. Dan tentu saja syarat tersebut tidak lain adalah ia harus merelakan uang tabungannya terlebih dahulu untuk perbaikan rumah ibu."Bagus, Hadi. Akhirnya kamu mau mendengarkan ibumu ini juga. Ibu melakukan ini juga demi kalian." Kepulangan ku disambut dengan raut bahagia oleh wanita yang sudah melahirkan ku ini."Kamu harus mengikuti rencana ibumu ini. Jangan biarkan istrimu itu egois. Perempuan kok mau menangnya sendiri. Istrimu itu belum pernah hamil jadi belum tahu bagaimana rasanya hamil dan ngidam. Ibu itu jadi curiga apa jangan-jangan si Mira itu mandul. Tapi nggak apa-apa, beneran kalau dia mandul. Kamu bisa punya kesempatan cari istri baru. Si Yuni juga masih sendiri. Kamu cocok malah lebih cocok sama Yuni dari pada sama Mira. Kamu guru si Yuni bidan." Aku pusing
Baca selengkapnya
24. Datang untuk membuat kekacauan
Setelah maa Hadi beberapa waktu lalu mendatangi rumahku ini, hingga saat ini sudah tidak aku dapati lagi kabar darinya. Mungkin pria itu sudah menemukan tambatan hatinya yang baru. Mulai luluh hatinya dan mau menerima permintaan dari Ibunya.'Kamu harus kuat Mira. Tidak boleh cengeng. Sudah tidak ada lagi orang terdekat yang bisa kamu andalkan bahkan suami sebagai pendamping hidup sudah tidak peduli lagi'. Aku menyemangati diriku sendiri. Aku tidak boleh lemah karena perjalanan hidup ku ini masih panjang.Iya, sudah dua hari ini adalah hari di mana pembangunan rumah ku sudah mulai di kerjakan. Untuk sementara waktu aku balik kembali mencari tempat kontrakan untuk sementara waktu. Seluruh pengerjaan aku serahkan pada kontraktor yang memborong pembangunan rumah peninggalan orang tuaku ini.[Mbak Mira maaf, ada beberapa orang yang datang ke rumah mbak Mira dan memaksa untuk mengangkut bahan bangunan.]Dari tadi ponselku bergetar. Iya, karena sedang bekerja ponsel milikku sengaja hanya ak
Baca selengkapnya
25. Pilihan untuk Hadi
Hari Minggu ini rencanaku ingin menemui Mira. Ingin mendatangi rumah istriku dan mengajaknya untuk membahas tentang hubungan kami lagi secara baik-baik. "Hadi masih pagi kamu sudah rapi saja?" Ibu tiba-tiba sudah berada di depan pintu kamarku."Hadi ada acara sebentar di luar, Bu.""Oh kebetulan. Kamu sekalian ajak Yuni biar kalian bisa tambah dekat dan kenal satu sama lain. Tu sudah bilang sama ibu kalau hari ini mau datang ke rumah. Kamu jangan pergi dulu. Tinggi Yuni datang dulu biar sekalian jalan bareng." Apa-apaan ibuku ini. Bisa-bisa gagal rencanaku untuk bertemu dengan Mira. Sudahlah ponsel ku disita. Ini lagi, ibu mengundang orang lain tanpa terlebih dahulu meminta persetujuan dari aku."Tapi Hadi sudah telat, Bu. Ini sudah buru-buru juga mau berangkat," ucapku beralasan."Kamu kok ngeyel banget suruh nunggu sebentar juga. Apa jangan-jangan kamu mau ketemu lagi sama si Mira. Awas saja kalau kamu diam-diam menemui perempuan itu tanpa izin dan sepengetahuan dari ibu. Ibu nggak
Baca selengkapnya
26. Mencari masalah
Sia-sia kedatangan ku menemui Amira. Ternyata istriku tersebut memang kekeh dengan keinginannya tanpa mau mendengarkan pendapat orang lain.Aku kembali ke rumah ibuku dengan membawa kekecewaan. Harapku besar ia memaksa ku agar terus berasa di sisinya. Nyatanya ia sama sekali tidak bisa memikirkan bagaimana dengan perasaan suaminya ini."Kamu dari masa saja, Hadi jam segini baru pulang ke rumah tidak biasanya." Sampai di rumah ibu sudah menungguku di depan teras.Aku mematikan mesin motor dan segera menuntunnya masuk ke dalam ruang tamu setelah terlebih dahulu mengucapkan salam."Hadi ada urusan di luar, Bu. Hadi juga sudah dewasa bukan anak-anak lagi harusnya ibu paham itu, bukannya mengintrogasi setiap gerak-gerik Hadi. Jadi juga butuh kebebasan.""Kamu itu, ya! Ibu cuma tanya kamu dari mana saja. Atau Jangan-jangan kamu memang habis menemui si Mira?" Ibu sudah mulai curiga. Apa boleh buat lebih baik aku katakan terus terang saja."Iya, Hadi habis dari sana. Hadi masih mencoba member
Baca selengkapnya
27. Proses persidangan
"Mir apa kamu serius dengan ucapan mu?" Mbak Siti mempertanyakan kesungguhan ku. Iya, Aku sengaja berbagi cerita dengannya perihal masalah yang kini telah aku hadapi."Mau bagaimana lagi, Mbak, mas Hadi sendiri yang sudah menjatuhkan talaknya kepada ku bahkan disaksikan oleh banyak orang.""Dasar suamimu itu. Ngakunya seorang guru tapi kelakuannya tidak mencerminkan seperti orang yang berpendidikan saja. Pasti itu hasutan dari ibunya juga.""Aku juga nggak mau tahu, Mbak. Yang jelas setelah ini aku harus siap dan menata kembali kehidupanku. Aku harus terbiasa dan mulai membiasakan diri untuk hidup mandiri.""Kamu yang optimis, Mira. Semoga ini petunjuk buat kamu dan semoga ini adalah jalan yang terbaik untuk kamu."***Sudah bulat keputusan ku. Iya, aku berencana akan mengajukan gugatan pada mas Hadi pada pengadilan agama. Sudah ku niat i dan persiapan segala persyaratannya. Dan untungnya saja buku nikah ada di tanganku sehingga aku tidak perlu lagi mencari atau mengambilnya di rumah
Baca selengkapnya
28. Emosi berujung penyesalan
Aku mengikuti apa kata ibuku. Akhirnya aku, ibu dan juga mobil bak terbuka sampailah tepat di depan halaman rumah orang tua Amira yang sedang dalam tahap pembangunan. Sampai di sana, kami tidak langsung mengeksekusi bahan bangunan untuk dipindahkan ke atas mobil bak terbuka yang telah kami sewa. Aku, ibu dan juga pengawas yang memborong pembangunan rumah Amira beradu mulut hingga akhirnya berujung pihak tukang bangunan yang kalah dengan kami karena aku adalah suami Amira yang sekaligus menjadi kepala keluarga.Hingga tanpa sepengetahuan dan diluar dugaan kami."Hei! Apa yang kalian lakukan!" teriak ku dan aku masih berada di atas motor yang aku kendarai. Aku baru saja sampai di depan rumah. Dari jalan depan rumah aku melihat ibu mertua sedang mengomando beberapa orang untuk mengangkut material bangunan bahkan sebagian sudah tertata di atas mobil bak terbuka. Mungkin mas Hadi dan ibunya yang sudah sengaja menyewa mobil tersebut. Tidak tahu malu sekali.Aku segera mematikan mesin motor
Baca selengkapnya
29. Keegoisan Hadi
Hingga suatu ketika tiba-tiba aku mendapati surat panggilan dari pengadilan agama. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba hati dan hariku berubah mendung. Apakah Mira benar-benar sudah nekat melakukan semuanya ini. Mira nekat mengajukan gugatan cerainya pada pengadilan agama? Apa mungkin Mira menganggap serius ucapan talak ku itu? Aku tidak ada niat untuk melakukan itu padanya semua di luar kendali ku karena emosi yang menguasai."Kamu kenapa Hadi? Emangnya itu surat apa yang kamu baca?" Ibu baru saja keluar dari kamarnya langsung menghampiri aku yang terduduk di ruang tamu dengan kertas yang baru aku terima dari pengadilan agama yang masih ada digenggaman ku. Ibu memposisikan diri tepat disebelah ku."Ini surat panggilan dari pengadilan agama." Ibu menautkan kedua alisnya menatap ke arahku."Maksud kamu surat panggilan dari pengadilan agama yang bagaimana?" Ibu masih belum paham dengan kondisi saat ini."Surat panggilan dari pengadilan agama untuk sudah pertama Hadi dan Mira. Mir
Baca selengkapnya
30. Dia yang salah dia yang marah
"Hadi, kamu kok pulang cepat? Apa kamu nggak enak badan?" Seperti biasanya. Aku akan terlebih dulu pulang ke rumah ibuku sendiri dan setelah itu baru pulang ke rumah istri keduaku, Yuni. Semenjak kami dinikahkan paksa oleh warga. Malam itu juga dan sampai detik ini aku tinggal di sana. Antara nyaman dan juga tidak nyaman karena aku tinggal satu atap bersama dengan orang yang tidak atau belum bisa aku cintai.Aku menyandarkan punggungku pada sandaran sofa yang ada di ruang tamu. Aku ingat, sofa yang empuk dan nyaman ini adalah salah peninggalan dari Mira yang sengaja ia hadiahkan pada ibuku. Aku tahu sebenarnya Mira ada istri sekaligus menantu yang perhatian akan keadaan dari ibu mertuanya. Karena demi mencukupi kebutuhan hidup dan biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga membuat orang tuaku tidak fokus pada keadaan rumah mereka termasuk perabotan yang ada di rumah ini. Kursi tua peninggalan dari orang tua ibuku yang selama belum kedatangan Mira yang menghiasai ruang tamu ini. Kur
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status