Semua Bab Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan: Bab 21 - Bab 30
114 Bab
21. Lepas Perawan
“Ah ....”Tubuh Valerie tersentak saat Sean menyentuhnya tepat di titik ternikmatnya, membuat pria itu tersenyum puas. Akhirnya dia menemukannya.“Apakah di sini?” tanyanya semakin menekan jarinya lebih kuat lagi. Valerie hanya bisa menggeliat untuk merespons pertanyaan itu. Saat getaran itu semakin kuat terasa, Sean menyadari tangannya menjadi lebih basah. Selesai membuat wanita itu merasakan kenikmatan yang luar biasa, Sean langsung mengangkat tubuh Valerie ke dalam gendongannya. Ia sudah tidak tahan lagi, tubuhnya di bawah sana sudah mengeras sejak tadi.Sean membawa tubuh Valerie ke kamar dan dengan kasar membaringkannya di atas ranjang dalam kondisi bugil. Valerie tak bisa berkata apa-apa lagi, menolak pun tak mampu. Karena pengaruh obat itu, dia hanya bisa menggeliat-geliat menunggu Sean menyentuhnya kembali.Melihat perempuan itu yang sudah tak sabaran, dengan terburu-buru Sean menanggalkan kaos yang dikenaka
Baca selengkapnya
22. Pagi yang Kelam
Sinar mentari menerobos masuk melalui celah-celah gorden kamar yang tertutup rapat. Bersiap mengganggu tidur nyenyak dua orang insan yang masih terlelap di atas ranjang dengan selimut tebal yang menutupi tubuh keduanya.Tampak ada pergerakan, Valerie mulai terganggu dalam tidurnya. Dengan kedua mata yang masih terpejam, Valerie menarik selimut untuk semakin menghangatkan tubuhnya. Rasa kantuk masih meraja dengan hebat, membuatnya tak berniat untuk terbangun dari tidurnya.Saat tangannya bergerak, dia baru sadar dengan rasa lelah dan pegal di seluruh tubuhnya. Tenaganya seakan tak bersisa meski untuk menarik selimut tersebut.‘Apa yang terjadi pada tubuhnya?’Merasa tak mengerti dengan keadaan tubuhnya sendiri, Valerie segera membuka matanya dan mencari tahu penyebabnya. Dan betapa terkejut ia saat mengetahui apa penyebab selimut itu terasa berat. Ternyata ada tangan kekar dengan urat menonjol yang berada di atas tubuhnya dan mengimpit seli
Baca selengkapnya
23. Perasaan Kecewa
Valerie sama sekali tak bergerak dari tempatnya. Ia masih memilih menangis di antara selimut dan bantal setelah kepergian Sean.Entah berapa lama ia menangis, yang Valerie tahu kepalanya sangat pusing dan seluruh tubuhnya masih sakit luar biasa. Belum lagi tenggorokannya yang terasa sakit dan kering, seakan mencukupi semua penderitaannya pagi ini.Seakan dunia tengah mengejek penderitaannya pagi ini, sinar matahari justru bersinar terang menyapa dibalik gorden. Hembusan tipis angin masuk ke sela gorden berembus menyapa kulit pucatnya.“Pagi yang buruk,” cicit Valerie serak.Lalu kembali merapatkan lagi selimut, menenggelamkan kembali dirinya ke kasur empuk. Dia tidak sanggup walau untuk sekedar beranjak walaupun ia sangat butuh air saat ini.Tak lama kemudian suara pintu kamar terbuka, Valerie sama sekali tak berniat untuk menoleh sekedar mencari tahu siapa yang masuk. Palingan Sean yang datang dan kembali meneriakkan kemarahann
Baca selengkapnya
24. Jatuh Pingsan
Valerie tiba di perusahaan Kyler Group tepat jam menunjukkan pukul 8 lewat. Dahinya seketika mengerut saat menyadari keterlambatannya yang sangat parah. “Pasti satu masalah kembali menunggu,” ucapnya saat berlarian mengejar lift yang bersiap tertutup.Dan benar saja, setibanya Valerie di ruang divisinya, ia benar-benar menjadi sasaran tatapan dari teman-temannya, bahkan Grace yang juga menyadari kedatangannya langsung berdiri menghampiri.Grace segera mendatangi Valerie dengan penuh kekhawatiran. “Kenapa terlambat?” Meneliti keadaan sahabatnya, ia lalu menyentuh kening Valerie yang memang terasa hangat di sana. “Kamu terlihat sangat pucat, Vale. Kamu sakit, ya?”Valerie menggeleng dan mengulas senyum tipis. “Aku tidak apa-apa, Grace. Tadi aku ketinggalan bus yang membuatku harus menunggu bus selanjutnya, itu mengapa aku bisa terlambat.”Valerie sengaja berbohong pada sahabatnya, tidak mungkin ia mengatakan dengan jujur bahwa ia
Baca selengkapnya
25. Kekhawatiran Sean
“Jatuh pingsan?”Sean setengah berteriak pada Andre yang menyampaikan kabar itu padanya.“Iya, Tuan Sean. Di baru saja jatuh pingsan.”“Di mana? Dan kapan itu terjadi?” Sean mulai berdiri dari balik meja kerjanya.Andre yang duduk santai di dalam ruangan Sean kembali menjawab kekhawatiran yang terlihat jelas dari raut wajahnya. “Tadi dalam perjalanan ke sini. Kebetulan aku habis mengambil arsip di sebelah klinik dan ada keributan di luar. Ternyata gadis itu sudah tidak sadarkan diri dan sedang digendong seorang pria dan di antar beberapa rekan kerjanya ke klinik.”“Digendong?” Kali ini wajah Sean menegang marah. “Siapa? Seorang pria?”Andre tiba-tiba saja tak bisa menahan tawanya. “Istri keduamu pingsan dan kau malah meributkan siapa yang menggendongnya?”Tawa Andre seketika menggelegar, tidak peduli pada wajah Sean yang menunjukkan amarahnya. “Tentu saja pria, dan mana mungkin perempuan.”Sean m
Baca selengkapnya
26. Apa Dia Cemburu?
Pintu terbuka dan seorang laki-laki masuk, rekan kerja Valerie tetapi Sean tidak tahu namanya itu masuk membawa tas Valerie yang tertinggal di ruangannya. Di susul oleh Jessica dan Andre di belakangnya.‘Apa pria ini yang menggendong Valerie? Istri keduanya?’Seketika ada perasaan kesal yang dirasakan oleh Sean membayangkan jika Valerie pernah disentuh oleh pria itu. Sial!Sedangkan rekan kerja Valerie itu begitu terkejut mengetahui Sean, CEO di perusahaan ini yang hanya pernah dia liat di foto kini berdiri langsung di hadapannya. Wajahnya seketika berubah pucat pasi.“A—Anda ....” Pria itu bahkan tak bisa mengeluarkan kalimatnya saking kagetnya.Sean yang mendapati ekspresi terkejut itu hanya menatap sekilas seolah tak peduli. “Ya, saya memang Sean,” ucapnya dan langsung memasang ekspresi paling dingin. “Saya ada urusan dengan dokter Jessica, tetapi silakan selesaikan urusan Anda dulu, saya bisa menunggu.”“Rio hanya
Baca selengkapnya
27. Berakhir Kecewa
Suami?Apa sekarang Sean sudah menganggap dirinya sebagai istri?Valerie tertegun di tempatnya, seketika perasaan hangat menyebar di hatinya, tanpa bisa ditahan suara detakan jantungnya semakin keras terdengar.Jika kalau begini Sean tidak menganggapnya wanita murahan lagi, bukan? Tidak akan memanggilnya lagi jalang? Menyadari hal tersebut, perasaan senang begitu membuncah dirasakan. Dengan cepat dia menarik selimut untuk menutupi wajahnya yang sudah pasti sudah berubah kemerahan bak kepiting rebus, namun dengan cepat ditahan oleh Sean.“Apa yang kau lakukan?” tanya Sean dengan kebingungan dan bersamaan dengan itu Sean tak sengaja memegang tangan mungil Valerie.Seketika suasana berubah akward, keduanya kompak terdiam akibat sengatan dari sentuhan lembut itu. Bersamaan dengan itu, mereka serempak melepas selimut dan saling berjauhan.Sean menolehkan kepalanya ke arah lain sambil berdeham pelan untuk menetr
Baca selengkapnya
28. Terus Terbayang
Sean turun dari mobilnya setelah mengantar Valerie kembali ke apartemennya. Wanita itu sendiri yang memaksa pulang, dengan alasan tidak ingin berlama-lama di klinik tersebut. Karena hal tersebut, Sean sadar di balik wajah teduh yang polos itu ternyata aslinya sangat keras kepala.Dia tidak menginap di tempat Valerie dengan alasan dia takut kejadian semalam terulang kembali. Memang tidak masalah, toh semakin sering ia meniduri Valerie maka cepat pula wanita itu hamil.Namun, Sean tidak mau semakin membuat Valerie kelelahan dan sakitnya tambah parah. Jadi dia lebih memilih pulang ke apartemennya, meskipun ia tahu Amora tidak ada di sana.Menghela napas pelan, Sean memasuki lift menuju penthouse miliknya. Sejujurnya ia merasa tidak enak hati telah meninggalkan Valerie yang masih terbaring sakit.Sean merasa bersalah karena dialah penyebab utama Valerie sampai jatuh sakit seperti ini. Memilih mengesampingkan rasa bersalahnya, Sean
Baca selengkapnya
29. Bodoh Karena Cinta
“Aku sudah tidur dengan Valerie, Amora,” ucap Sean yang membuat Amora langsung terdiam.Sesungguhnya Amora tidak terkejut mendengar kejujuran itu karena dia sudah mendengar lebih dulu dari Lidya bahwa Sean dan Valerie sudah tidur bersama. Tetapi tentu saja dia harus bersikap tidak tahu apa-apa di hadapan Sean, agar pria itu tidak curiga padanya.Sedangkan Sean merasa tenggorokannya begitu kering, ia merasa sangat bersalah kepada istrinya itu. Pasti perkataannya barusan sudah membuat Amora bersedih, seharusnya ia tak mengatakan ini saat mereka baru saja bertemu. Seharusnya Sean lebih memikirkan perasaan Amora.Tetapi perasaan bersalah itu langsung sirna, setelah Sean melihat senyum lebar milik Amora. Giliran dia yang terdiam sekarang saat Amora malah menunjukkan raut wajah bahagia, alih-alih menunjukkan rasa sedihnya.“Sayang, kamu serius? Kau benar-benar sudah tidur sama wanita itu?” tanya Amora lagi dengan nada semringah.Lalu tanpa membutuhkan jawaban dari Sean, Amora langsung berg
Baca selengkapnya
30. Perhatian Terpendam
Sean memegang kepalanya yang terus berdenyut tanpa henti. Pikiran tentang keanehan Amora terus mengganggunya, terlebih lagi ia bingung dengan sikap istrinya itu yang terus menolaknya.Seperti kejadian semalam saat Sean menginginkan Amora, tetapi istrinya itu menolak dengan alasan lelah. Jika sebelumnya Amora beralasan lelah, Sean bisa memakluminya. Akan tetapi, sekarang alasan itu terlalu sering didengarnya dan membuatnya jengah sendiri. ‘Apa Amora benar-benar kelelahan atau justru dia tidak mencintainya lagi?’Seketika pemikiran itu mengganggunya, membuat Sean menggeleng dengan cepat. Tidak mungkin Amora tidak mencintainya lagi, dia tahu sekali bagaimana perasaan Amora kepadanya. Jadi, mungkin saja semalam Amora memang kelelahan sehingga tidak mau menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri.Kalau seperti ini, apa harus Sean membeli agensi Amora? Karena dengan begitu dia bisa mengontrol pekerjaan istrinya dan tidak membuatnya terus-men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status