Semua Bab Takdir Istri Pengganti: Bab 21 - Bab 30
142 Bab
21. Rencana Ibu Airin dan Pak Arya
Selesai makan malam, Ibu Airin membawa Risa duduk di gazebo yang terletak di pinggir taman di samping rumah. Mereka bersantai sambil menikmati suasana malam, ditemani sinar rembulan yang terlihat malu-malu menampakkan dirinya di balik awan. Secangkir teh dan beberapa cemilan yang tadi siang Risa buat bersama ibu mertuanya, menambah suasana malam menjadi lebih hangat. *** Keesokan harinya, Risa terbangun seperti biasa dan segera melaksanakan ibadah shalat subuh setelah mendengar suara adzan berkumandang. Ia bersyukur karena tidak ada satu orang pun yang mengetahui jika malam ini dia tidur di kamar tamu. Usai shalat, Risa buru-buru keluar dari kamar itu setelah merapikan tempat tidur terlebih dahulu. Ia ingin kembali ke apartemen lebih pagi agar bisa menyiapkan sarapan untuk Adi. Meskipun pria itu tidak menganggapnya sebagai istri, Risa tetap merasa berdosa jika mengabaikan tanggung jawabnya sebagai istri. “Nyonya Muda sudah bangun?” tanya Bi Ratih saat melihat Risa berjalan ke
Baca selengkapnya
22. Khawatir
Risa masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu bersiap-siap pergi ke sekolah, tetapi ia terus kepikiran dengan ucapan Mia.“Apa mungkin terjadi sesuatu padanya? Tidak biasanya dia seperti itu,” gumam Risa sambil merapikan penampilannya lalu keluar dari kamar.“Nyonya Muda sudah mau berangkat kerja, ya?” tanya Mia.“Iya, Mbak. Saya sudah terlambat ini,” ujar Ris sambil melirik jam di pergelangan tangannya.“Pak Dodi ... tolong antarkan Nyonya Muda!” teriak Mia ke arah balkon. Risa menutup telinga mendengar teriakannya.“Nyonya Muda sudah siap?” tanya Pak Dodi.“Iya, Pak. Bisa cepat sedikit nggak, Pak? Kasian anak-anak pasti nungguin saya,” ujar Risa.“Siap, Nyonya Muda!” sahut Pak Dodi dengan tegas dan terkesan membentak. Risa dan Mia sampai terkejut mendengarnya.“Nggak usah ngegas juga kali, Pak!” cicit Mia.“Bukan ngegas, Iyem. Itu namanya tegas,” sahut Pak Dodi, tak mau disalahkan.“Iyem pala lu peang? Nama saya bagus-bagus gini malah Bapak ganti dengan nama jelek begitu
Baca selengkapnya
23. Dokter Wina
Risa kembali ke kamar dengan membawa mangkuk berisi air di tangannya. Sementara Pak Dodi masih menunggu kedatangan dokter yang akan memeriksa kesehatan Adi.“Nyonya Muda, apa perlu kita bawa Tuan Muda ke Rumah Sakit?” tanya Pak Dodi.Risa terdiam sejenak sambil memeriksa suhu tubuh Adi, untuk memastikan apakah panasnya sudah turun atau belum.“Tidak perlu, Pak. Setelah dikompres panasnya berangsur turun. Ini sudah tidak terlalu panas lagi, kok. Kita tunggu saja sampai dia sadar,” ujar Risa sambil menempelkan handuk basah di kening Adi.Dokter yang sedang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Pak Dodi langsung memintanya untuk segera mengecek kesehatan Adi.Dengan cekatan, wanita muda itu mengeluarkan peralatan medis dari dalam tasnya lalu memeriksa keadaan Adi. “Maaf, Ibu. Sejak kapan Pak Adi demam?” tanya dokter itu sambil menatap Risa.“Ada apa, Dok?” Pak Dodi mengajukan pertanyaan balik pada dokter itu.“Sejak semalam, Dokter. Apa ada sesuatu yang mengkhawatirkan?” Risa pun me
Baca selengkapnya
24. Ayo Kita Bercerai!
“Alhamdulillah … akhirnya selesai juga, Mbak.” Risa tersenyum melihat hasil kerja kerasnya bersama sang asisten.“Iya, Nyonya Muda. Apa ini semua nggak kebanyakan, Nyonya?” tanya Mia sembari melihat berbagai macam menu makanan yang telah tersedia di atas meja makan.“Biarkan saja, Mbak. Yang penting kita sudah melakukan sesuai permintaannya,” jawab Risa.“Ya sudahlah. Ayo kita bersantai sejenak, Nyonya Muda. Semua pekerjaan kita sudah selesai,” ujar Mia.“Baiklah, Mbak. Ayo kita menonton televisi!” sahut Risa sambil berjalan ke arah ruang tamu.Mia dengan sigap menyalakan televisi, lalu memilih acara komedi. Mia tahu kalau Risa tidak suka menonton sinetron yang menguras emosi dan air mata. Karena kehidupan rumah tangganya saja sudah seperti sinetron.“Nyonya Muda, saya permisi sebentar,” ucap Mia tiba-tiba.“Mau ke mana, Mbak?” tanya Risa saat melihat asisten rumah tangganya pergi ke arah kamar Adi.“Saya mau melihat keadaan Tuan Muda,” sahut Mia sambil berjalan menaiki tangga. Risa h
Baca selengkapnya
25. Kesepakatan
Sebuah pernikahan tanpa cinta seperti mimpi buruk bagi siapa saja yang menjalaninya, tetapi tidak ada yang pernah tahu bahwa mimpi buruk pun bisa menjadi manis jika takdir berpihak padanya. Namun, sayangnya mimpi buruk itu nyata dan benar-benar terjadi dalam kehidupan Risa.Pada hari itu, tepatnya dua bulan yang lalu. Seorang laki-laki melafalkan ijab kabul dengan menyebut namanya sebagai istri, sialnya suara pria itu terdengar merdu saat ia mengucapkan janji setia di hadapan Tuhan dan para saksi. Seharusnya bukan dia yang duduk dengan jantung berdebar di samping sang pengantin pria. Seharusnya bukan dia yang didandani seperti Putri Raja dan membuat semua tamu undangan takjub saat bertatap muka dengannya.Laki-laki itu yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya, laki-laki yang tadinya adalah calon suami dari wanita lain. Namun, sayangnya, dia harus menelan pil pahit karena kekasihnya pergi meninggalkan dirinya tepat di hari pernikahan mereka akan dilangsungkan. Pria itu sangat memben
Baca selengkapnya
26. Terbongkar
Hari ini masih sama seperti biasa, Risa pergi ke rumah sakit untuk menjaga Ibu Airin yang masih dirawat. Ia kembali ke apartemen hanya untuk mengambil pakaian ganti dan juga membuat makanan untuk dibawa ke rumah sakit. Risa juga membawa makanan dan pakaian ganti untuk Adi. Sesuai dengan perjanjian yang telah mereka sepakati bersama, jika di depan umum mereka akan bersikap layaknya pasangan suami istri yang saling mencintai, meski pada kenyataannya ini hanyalah sandiwara belaka.Sampai di rumah sakit dan saat Risa ingin memasuki ruang rawat Ibu Airin, ia melihat Adi dan ibunya sedang berbincang-bincang. Risa langsung menghentikan langkahnya dan menunggu di luar karena ia tidak ingin mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh ibu dan anak itu. Ya, Ibu Airin baru saja siuman tiga hari yang lalu setelah mengalami koma selama satu bulan. Beliau sangat syok mendengar perdebatan antara Risa dan Adi pada waktu itu sehingga penyakit jantungnya kumat dan ia mengalami koma. Sekarang keadaanny
Baca selengkapnya
27. Perdebatan Antara Ibu dan Anak
“Adi, kau!” Ibu Airin kaget melihat kehadiran putranya.Risa memundurkan langkahnya saat melihat tatapan suaminya yang begitu tajam dan menusuk. Andai bisa dihindari tatapan mematikan itu, maka Risa akan menghindar sejauh mungkin. Tatapan yang begitu tajam melebihi sebilah pisau yang akan menusuk jantungnya“Dia kenapa, Ma? Kenapa dengan Sonya?” Adi kembali bertanya pada Ibu Airin.“Apa yang ingin kamu ketahui dari Mama?” Ibu Airin mengajukan pertanyaan balik pada Adi.“Apa yang Mama ketahui tentang Sonya? Apa yang tadi mau Mama katakan? Tolong katakan sekarang!” pinta Adi dengan nada ketus.“Baik, jika itu yang kamu inginkan. Mama akan ceritakan semuanya,” ujar Ibu Airin.“Mama bahkan tidak begitu mengenal dia selama ini, bagaimana bisa Mama mengetahui kebaikan dan keburukannya? Apa ini akal-akalan Mama saja untuk membuat Adi membenci Sonya?” tanya Adi.“Jadi, kamu lebih percaya perempuan murahan yang telah meninggalkanmu itu daripada Mama?” teriak Ibu Airin.“Cukup, Ma! Jangan terus
Baca selengkapnya
28. Khayalan Risa
Tidak hanya Risa dan Adi, Ibu Airin pun menoleh ke arah orang tersebut. Ternyata, itu adalah Pak Arya yang baru datang ke rumah sakit. Ia berjalan dengan langkah cepat ke arah istrinya.“Papa,” ucap Risa saat melihat kehadiran ayah mertuanya.“Bawa Mama kamu masuk, Risa!” perintah Pak Arya yang langsung dilaksanakan oleh Risa.“Baik, Pa.” Risa membawa Ibu Airin kembali ke kamarnya, lalu membantunya naik ke atas tempat tidur.Setelah membantu ibu mertuanya berbaring, Risa membenarkan selimutnya. Ibu Airin menggenggam tangan Risa sembari menatapnya dengan sendu.“Ri-sa, maafkan Mama,” ucap Ibu Airin dengan suara terbata-bata. Wajahnya terlihat menahan rasa sakit. Melihat itu, Risa jadi khawatir. “Mama … apa Mama merasa sakit? Aku panggilkan dokter, ya?” tawarnya.Ia merasa panik melihat keadaan ibu mertuanya yang seperti itu. Ibu Airin baru saja sadar dari koma, tetapi hari ini beliau sudah mengalami suatu hal yang sangat tidak baik untuk kesehatannya.“Tidak perlu, Risa. Mama cuma mer
Baca selengkapnya
29. Dokter Reyhan
Mendengar dua orang yang sedang berbincang di hadapannya, Risa teringat jika ibu mertuanya saat ini sedang berada di ruang ICU. Dia berpikir apakah orang yang dimaksud oleh dokter wanita itu adalah ibu mertuanya? Itu berarti, pemuda yang yang ada di hadapannya saat ini adalah dokter yang merawat ibu mertuanya selama ini. Risa memang belum pernah bertemu secara langsung dengan dokter yang merawat ibu mertuanya sebelumnya karena dia selalu datang ke rumah sakit saat sore hari jika di hari kerja. Kecuali di hari libur atau akhir pekan, barulah Risa datang di pagi atau siang hari. “Maaf, Dok. Apakah pasien yang Anda maksud adalah Ibu Airin Pratiwi Winata?” tanya Risa memastikan. “Benar, apa Anda mengenalnya?” Dokter wanita bernama Cyntia menatap Risa dengan menautkan alisnya, ia merasa bingung kenapa Risa bisa mengenal Ibu Airin Pratiwi Winata. Ibu Airin adalah ibu kandung dari seorang pengusaha muda yang menjadi idola semua wanita, yaitu Adi Chandra Winata. “Iya, saya mengenalnya,” j
Baca selengkapnya
30. My Little Girl
Severe Three Vessels Coronary Artery Disease adalah penyakit jantung koroner dengan sumbatan di tiga pembuluh darah koroner. Reyhan merogoh saku celana satinnya dan mengeluarkan handphone miliknya. Dia terlihat mengotak-ngatik handphonenya dan menempelkan handphone itu ke telinganya untuk menghubungi seseorang.“Halo, Der. Tolong kamu kumpulkan tim operasi satu dan suruh ke ruangan saya, ita akan melakukan briefing sebelum menjalani operasi siang nanti,” seru Reyhan dan memutuskan kembali sambungan teleponnya.Dia berjalan menuju patung yang berfungsi sebagai gantungan baju, disambarnya jas putih dengan name tag dr. Reyhan Pratama S, dokter spesialis bedah jantung. Dipakainya jas itu dan sedikit dirapikan. Kini terlihat jelas sosok dokter yang tampan dan rupawan.Selang beberapa saat, datanglah empat orang anak manusia memasuki ruangan milik Reyhan. Empat orang itu yang di antaranya dua orang perempuan dan dua orang laki-laki, berdiri di depan pintu yang sudah terbuka.“Permisi, Dokte
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status