Semua Bab Istri Rahasia Kesayangan CEO Duda: Bab 61 - Bab 70
70 Bab
S2 - Antagonist Wife : 02. Aku Hamil
"Hei, lepaskan aku! Lepaskan aku, sialan!" Naya menarik tangannya yang sedari tadi dicengkeram oleh Neo.Setelah menemukannya di halte tadi, pria sipit itu menyeret Naya kembali ke hotel. Begitu sampai di tempat mereka semalam, Neo melepas cekalannya pada pergelangan tangan Naya."Kau gila?!" teriak Naya sebal sambil mendelik tajam pada sahabatnya sejak duduk di bangku SMP tersebut."Kau yang gila, Naya! Bagaimana bisa kau meninggalkanku setelah kejadian semalam?! Maksudku ... m-maksudku ...." Neo mendadak kehilangan kata.Naya menggigit bibir bawahnya gusar. Pipinya perlahan bersemu karena malu. Mengingat kejadian semalam, membuat Naya ingin mengutuk dirinya sendiri.Semalam, Naya ingat jelas bagaimana dirinya memohon pada Neo, menginginkan lebih, juga menikmati kegiatan panas mereka. Sepanjang hidupnya, dia bahkan tidak pernah berpikir akan melakukan hal tersebut dengan orang yang sudah sangat ia ketahui mencintai adiknya sendiri."Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu siapa ya
Baca selengkapnya
S2: Antagonist Wife - 03. Hanya Mencintai Nara
'Aku tidak mau bertanggung jawab. Lagipula, aku hanya akan menikah dengan Nara!'Mengingat kalimat terakhir Neo sebelum meninggalkannya tadi, Naya terkekeh getir. Bagas sudah mendengar tentang kehamilannya. Sebentar lagi, dia pasti akan dikeluarkan dari pelatnas.Karirnya sebagai atlet bulutangkis akan segera hancur. Kabar itu juga pasti akan segera sampai ke telinga Ayahnya. Naya akan melukai perasaan Nara.Awalnya, Naya tidak pernah berpikir bahwa tubuhnya yang terasa aneh beberapa waktu belakangan ini, adalah karena janin yang hidup di rahimnya. Kejadian sebulan yang lalu, membuat Naya melakukan banyak cara agar dia tidak sampai mengandung anak dari Neo.Sayangnya, takdir berkata lain. Ketakutan Naya selama ini akhirnya terjadi. Sebentar lagi, ia juga akan menghancurkan banyak hal. Jika Nara mengetahui ini, Naya tidak yakin perempuan itu akan memaafkannya.Naya sudah mengkhianati adiknya sendiri."Tapi bukan aku yang menginginkan hal itu terjadi," gumam Naya sambil menggigit kuku j
Baca selengkapnya
04. Jika Kau Bersedia Menikah
Naya memandangi gerbang tinggi rumahnya dengan helaan napas berat. Begitu pintu gerbang dibukakan oleh satpam, perempuan itu segera berjalan masuk. Tadi, dia memang pulang dengan mengggunakan taksi. Perempuan itu juga memejamkan mata sejenak guna menetralisir rasa gugup.“Non Naya tumben pulang tidak dijemput Non Nara,” sapa satpam yang selalu berjaga di pos dekat gerbang rumahnya ramah.Naya memberikan senyum tipis sambil menjawab, “aku memang tidak mengabarinya kalau aku akan pulang, Pak.”Mendengar jawaban dari putri sulung sang majikan, satpam dengan nama Pak Samsul itu mengangguk-angguk. “Kalau begitu, silakan masuk, Non. Kebetulan Pak Bintang juga sedang ada di rumah,” sahut satpam dengan pakaian serba hitam itu.Naya mengernyit heran. Kenapa Ayahnya ada di rumah di siang hari saat jam kerja begini? Biasanya pria itu akan sibuk di kantornya. “Memangnya Ayah tidak bekerja, Pak?” tanya Naya kebingungan.“Tidak, Non. Ada tamu di dalam, Nak Neo, pria yang sepertinya pacar Non Nara i
Baca selengkapnya
05. Menggugurkan Apa?
"Kak Naya sudah pulang, Yah?" Nara bertanya begitu melihat sang Ayah melewati kamar Kakaknya.Dia baru saja pulang menemui Neo. Pria itu ... entah kenapa tiba-tiba malah meminta putus darinya. Nara tidak tahu ini memang waktu untuk bercanda atau tidak.Tapi, Neo mengatakan akan segera menikah dalam waktu dekat dengan wajah kelewat serius. Hal yang membuat Nara sedikit takut tapi mencoba tidak percaya.Selama ini, Neo tidak memiliki banyak teman perempuan. Pria itu juga tidak terlihat dekat dengan siapapun selain Nara. Sikapnya masih sama seperti hari biasanya, bahkan akhir-akhir ini malah semakin manis.Hal yang membuat Nara lebih bertanya-tanya ... siapa perempuan yang dimaksud Neo? Kenapa Nara tidak memiliki gambaran sama sekali?"Kakakmu ada di dalam. Tapi ... sepertinya dia lelah sekali, makanya mengunci pintu sebelum tidur. Supaya tidak ada yang mengganggu," jelas Bintang yang dibalas Nara dengan kernyitan heran."Sejak kapan dia senang mengunci pintu begini? Biasanya tidak. Kak
Baca selengkapnya
06. Aku Ingin Mati
Setelah mengetahui tentang Nara, Bintang segera bergegas menuju rumah sakit. Sampai di sana, pria itu malah melihat pertengkaran serius putri sulungnya dengan sang calon suami.Bintang yang bingung tentu saja segera mendekat. Dia juga berniat melerai pertengkaran mereka apapun alasannya begitu melihat Naya mendorong Neo hingga terjengkang.Pasti Naya menyalahkan Neo atas dropnya sang adik. Hal ini lah yang Bintang ketahui menjadi kekhawatiran utama Naya sejak beberapa hari lalu.Sejak tanggal pernikahannya dengan Neo sudah diputuskan. Dengan kesepakatan tidak ada yang boleh membocorkan tentang berita itu pada Nara kecuali Naya sendiri nantinya.Tapi, sepertinya Neo tidak tahan dan menceritakannya pada Nara. Oleh karena itulah putri bungsunya berada di sini saat ini.Tapi, begitu mendekat dan menangkap beberapa obrolan aneh yang diperdebatkan Neo dan Naya, pria itu mendadak kebingungan. Neo dan Naya terus menyebut kehamilan, menggugurkan, dan pernikahan mereka yang harus dibatalkan.Ap
Baca selengkapnya
07. Jangan Meninggalkan Ayah
Setelah menyelesaikan administrasi, Nara dan Bintang pulang ke rumah. Karena merasa muak di rumah sakit dan bilang sudah merasa lebih baik, Bintang setuju untuk membawa perempuan itu pulang."Kak Naya ke mana, Yah? Kenapa dia tidak pernah menjengukku?" tanya Nara begitu teringat sang Kakak tidak pernah menemuinya sejak dua hari yang lalu."Ayah juga tidak tahu," jawab Bintang jujur tanpa berani menatap wajah sang putri.Sejujurnya, perasaan bersalah menyusup di dasar hatinya begitu menyadari apa yang sudah ia lakukan pada putrinya. Tanpa memikirkan hal lain dan terbawa emosi, Bintang menampar Naya. Tanpa mau mendengarkan alasan putrinya, Bintang memukul perempuan itu. Sekarang, bagaimana Bintang harus memasang wajahnya di depan Naya? Dia benar-benar merasa bersalah dan malu."Apa Kak Naya tidak berani menemuiku karena merasa bersalah atas pernikahannya dengan Neo?" tanya Nara murung."Mungkin saja, selama ini dia juga menentang keras orang-orang memberitahumu tentang ini. Dia takut k
Baca selengkapnya
08. Pindah Rumah
Pernikahan Naya dan Neo benar-benar diadakan hari ini. Kabar tersebut tentu saja menggemparkan banyak orang. Tak terkecuali para pecinta bulutangkis sekaligus penggemar berat Naya.Sudah bukan rahasia lagi kalau perempuan dengan nama 'L. Kanaya' di jersey kebanggaannya itu adalah atlet yang berbakat. Dia terkenal brilian dan punya masa depan cemerlang.Siapa sangka di usianya yang terbilang masih sangat muda itu, Naya memutuskan untuk menikah. Tentu saja itu baru kejutan awalnya, hal paling parahnya, perempuan itu mengundurkan diri dari pelatnas."Wartawan terus memaksa masuk dan meneleponku dari kemarin. Sejak berita tentang pernikahan kita tersebar, entah mereka mendapat nomor teleponku dari mana." Neo bercerita setengah mengeluh.Pengantin baru yang kini terjebak di dalam kamar hotel bernuansa romantis itu, duduk bersisian. Tidak tampak canggung atau berniat melakukan sesuatu. Mereka hanya duduk dan berbincang selayaknya sahabat."Maaf, seharusnya pernikahan ini memang tidak dipubl
Baca selengkapnya
09. Perasaan yang Dangkal
Begitu masuk ke dalam rumah megah Neo, Arya dan Abia, mertuanya menyambut dengan senyum hangat. Tentu saja Naya segera membalas dengan senyuman yang sama lebarnya, meski pasti terlihat canggung dan kaku."Ayo Mama antar ke kamarmu!" ajak Abia tanpa basa-basi sambil menggiring Naya menuju kamar sang putra yang kini menjadi milik mereka berdua."Aku masuk dulu, Om," pamit Naya pada Arya---Ayah mertuanya yang diangguki pria galak itu singkat.Begitu Naya dan Abia perlahan menghilang ke lantai atas, Arya dan Neo saling berpandangan sejenak. Arya yang melihat ekspresi pasrah dan putus asa putranya, kontan mendengkus sebal."Jangan pasang wajah sejelek itu! Ini semua keputusanmu, Daddy tidak pernah memaksamu untuk menikah, kan? Jadi ... sekarang kau hanya harus menerima Naya," tegur Arya apa adanya yang justru semakin membuat wajah Neo bertambah lesu."Aku tahu, Daddy tidak perlu menjelaskannya. Tapi ... setelah anak Naya lahir, kami sudah merencanakan untuk segera bercerai. Jadi aku sediki
Baca selengkapnya
10. Perbedaan Pengantin Baru
Begitu masuk ke kamar, Naya mendapati wajah Neo yang mendadak terlihat murung. Perempuan dengan tangan memegang senampan berisi makan siang itu, tentu saja merasa sedikit kebingungan.Kenapa suaminya terlihat murung secepat itu? Bukankah tadi masih terlihat baik-baik saja? Atau Naya tidak terlalu memperhatikannya?"Kau kenapa? Kelihatannya murung sekali," tanya Naya penasaran sambil meletakkan makan siang milik dia dan Neo di atas nakas."Hah? Tidak apa-apa." Neo menjawab cepat.Pria itu melirik pada nampan berisi makanan di atas nakas. "Itu makan siang, Bunda menyuruhku untuk makan siang bersamamu di kamar saja." Naya berucap cepat, mencoba menjawab pertanyaan di benak Neo yang belum tersampaikan.Neo menjawab dengan oh singkat. Naya menyodorkannya sepiring nasi beserta lauk yang diterima pria itu dengan cepat. Dia memang lumayan lapar sekarang."Mana ponselku? Apa kau pernah melihatnya?" tanya Naya begitu duduk di sisi ranjang yang lain sambil bersiap untuk makan."Itu, di dekat ban
Baca selengkapnya
11. Pembohong
Jam menunjukkan pukul 2 siang saat sang Ayah berkunjung ke rumah Neo. Tepatnya rumah baru Naya juga. Pria itu beralasan ingin bermain catur dengan Arya---sang ayah mertua, dan Naya mempercayai saja.Padahal, nyatanya Bintang datang hanya untuk melihat keadaan sang putri. Apa perempuan itu betah di rumah suaminya juga apakah perempuan itu baik-baik saja. Bintang hanya ingin mengetahui hal tersebut."Kenapa kau tidak mengajakku main catur daritadi?" tanya Bintang heran begitu pria itu hanya menyuguhkan kopi dan makanan ringan di atas meja ruang tengah."Kau tidak perlu terlalu banyak bersandiwara. Jika memang ingin melihat keadaan putrimu, kau bisa datang kapan saja. Jangan gunakan alasan murahan seperti ini lagi!" tegur Arya to the point.Bintang terkekeh kikuk. Memang lumayan susah untuk berbohong pada pria yang juga rekan bisinis sekaligus sahabatnya ini. Pria galak ini terlalu jujur dalam menghujatnya."Aku masih agak malu pada Naya. Setelah menamparnya waktu itu, aku masih merasa b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status