All Chapters of Menjadi Istri Penebus Hutang Tuan Presdir: Chapter 21 - Chapter 30
118 Chapters
Raka Berbuat Ulah
"Diana menikah dengan siapa? Jelas-jelas waktu itu dia bilang kalau dia masih single-- argghhhh ini gila! Ini gila sumpah!" Raka menjerit sambil menjambak rambutnya. Pria itu merasa tertipu dengan kepolosan yang Diana miliki selama ini. Dia tidak menyangka gadis yang terlihat polos seperti Diana tega membohonginya seperti itu."Tenang dulu Rak! Masalah ini biar nanti aku yang tanyakan pada Diana secara langsung. Mana tahu ini hanya salah paham," ujar Doni berusaha menenangkan pria itu.Sepertinya Raka sudah terlanjur cinta berat pada Diana. Namun Raka lupa kalau Diana masih tergolong perempuan bocah. Bagaimanapun juga pemikiran anak 19 tahun tidak bisa disandingkan dengan Raka yang sudah berumur matang. Andai Diana memang membohongi Raka pun itu sudah tidak aneh bagi Doni. Anak seusia Diana memang sedang menjajaki arus-arus kehidupan yang menurut Doni termasuk hal wajar."Apa jangan-jangan Diana adalah istri Abian?" tebak Raka sembari tertawa getir.“Jangan sembarangan menuduh. Jika A
Read more
Raka Hampir Gila
Diana tertunduk dalam-dalam sembari meremas apron berbahan dasar kain katun. Dia masih belum tahu apa yang terjadi. Tapi pikirannya berusaha menebak-nebak apa yang terjadi sampai dua manusia di hadapannya terlihat bersitegang dan menatap Diana tanpa henti."Diana masih karyawanku, jadi biar aku saja yang bicara!" ucap Doni menghardik Raka supaya diam. Raka terlihat mengedikkan bahu pertanda pria itu mempersilakan Doni untuk bicara."Sebelumnya aku minta maaf Diana. Jujur aku tidak mau ikut campur urusan pribadi kalian berdua, tapi tadi aku tidak sengaja melihat data diri yang kamu berikan kemarin." Doni membalik laptopnya menghadapi Diana.Kemarin memang Doni menyuruh manajernya untuk mengirim foto scan ktp Diana kepadanya, tapi ia baru melihat keanehannya pada hari ini."Di KTP ini statusmu sudah menikah! Apa benar kamu memang sudah menikah?" tanya Doni. Diana termenung menatapi scan ktp miliknya yang tertera pada layar laptop Doni. Dia memang tidak pernah membahas soal status dengan
Read more
Miranda Datang Ke Kantor
"Masih perawan?" Gumaman pelan itu keluar dari mulut kering Raka begitu saja. Ia beberapa kali menggeleng tidak percaya dengan penuturan Diana yang terkesan aneh di telinga."Sial. Kenapa otakku malah jadi mikir ke arah sana terus?" rutuknya dalam hati karena terus membayangkan pernyataan Diana.Sayangnya Raka adalah tipe pria yang jika sekali dibohongi tidak akan mudah menaruh kepercayaan lagi dengan orang tersebut. Sekalipun orang itu adalah pujaan hatinya sendiri, dia tetap tidak mudah percaya. Dan juga, memangnya ada orang yang menikahi wanita secantik Diana tapi tidak bernafsu menyentuhnya? Andai itu Raka mungkin ia akan mengurung Diana di kamar supaya hanya dirinya saja yang bisa menikmati kecantikan Diana. Sebagai laki-laki normal jelas Raka merasa janggal dengan kejujuran Diana barusan.Raka kembali ke kantor setelah berhasil mengintrogasi Diana. Dia sengaja membawa satu cup kopi kesukaan Abian untuk mendekati pria itu. Niatnya Raka akan minta maaf, juga menyelidiki sesuatu.
Read more
Debat
"Belum kawin?" Raka sedikit mengerutkan alisnya. Namun beberapa saat kemudian pria itu menarik napas lega karena berpikir kecurigaannya tidak benar.Padahal Abian memang sengaja belum mengganti statusnyai di KTP. Kemarin saat mereka mendaftarkan pernikahannya di catatan sipil hanya Diana seorang yang statusnya berubah. Sementara Abina menolak status perubahan KTP tanpa sepengetahuan Diana.Raka kemudian menaruh benda itu ke tempat asalnya. Pria itu memggeleng dengan suara lemah. "Bisa-bisanya aku mencurigai temanku sendiri. Padahal aku tahu persis bagaimana watak Abian. Maafkan aku Bian ... aku terpaksa melakukan ini," gumam Raka.Setelah itu dia pura-pura menghubungi Abian untuk memberi tahu pria itu kalau dompetnya terjatuh di depan pintu tadi."Biar aku saja yang antar. Kau tunggu saja di lobi!" ucap Raka gegas turun menggunakan lift saat Abian bilang akan ke atas mengambil dompetnya.Tak lama kemudian Raka keluar dari pintu lift. Dia berlari kecil lalu menyerahkan dompet Abian pad
Read more
Ponsel Untuk Diana
Abian hanya menatap datar saat melihat Miranda tersenyum senang dengan ponsel baru yang ada di tangan. Gadis itu terlihat bahagia dengan ponsel limited seharga 50 juta yang baru saja dibelikan oleh Abian."Suka?" celetuk pria itu. Masih dengan tatapan yang datar karena Abian tak tahu harus memberi reaksi apa atas sikap Miranda yang menurutnya sangat berlebihan."Jelas suka banget. Ponsel ini udah aku incer dari bulan lalu. Makasih ya!""Hmmm," jawab Abian dengan dehaman. Spontan perempuan itu mendongak tidak senang. "Kok cuma hmm doang? Kamu nyesel beliin aku hape mahal ini?" kesal gadis itu."Apaan si, Mir? Terus aku harus kasih reaksi apaan?" Abian menarik gelas mix jus di depannya. Sekarang mereka sedang ada di sebuah restoran dan menikmati makan siang bersama."Terserah kamu! Yang penting jangan cemberut. Aku jadi ngerasa kamu gak rela beliin aku hape!""Kalau nggak rela aku gak bakalan ada di sini buat nurutin permintaan kamu,," balas Abian logis."Hmmm. Terus aja ketus sama aku!
Read more
Cemburu?
"Kamu berani nolak pemberian aku?" tanya Abian geram.Diana menatap pria itu dengan berani. "Iya. Soalnya aku nggak mau tinggal di apartemen Mas Abian lagi! Aku nggak betah tinggal di sana!""Alasannya?" Pria bertubuh jangkung itu menaikkan sebelah alis. Entah sejak kapan Diana pintar bicara dengan bahasa non formal, tapi menurut Abian lebih baik Diana menggunakan bahasa santai seperti ini agar pembicaraan mereka tidak terlalu kaku seperti biasanya."Harus berapa kali aku bilang alasannya? Aku nggak mau mata aku yang suci ternodai karena kemesuman kalian! Pokoknya selama Mbak Miranda masih sering nginap di apartemen itu aku nggak mau ikutan tinggal di sana!""Ngomong saja cemburu," cibir Abian. Dia kembali melajukan mobilnya tanpa memedulikan wajah Diana yang berubah kesal karena mendengar tuduhannya."Siapa yang cemburu? Aku bahkan tidak peduli Mas Abian mau dekat dengan siapa pun. Andai Mas Abian punya pacar 10 pun aku tidak peduli," balasnya dengan suara sewot.Mendapat jawaban sep
Read more
Di Kamar
Sesampainya di kamar mereka, Abian menyeret tangan gadis itu dengan kasar lalu mendorongnya ke tengah ranjang."Kenapa kamu mau nerima tawaran Kakek? Harusnya kamu bicarakan dulu padaku sebelum menjawab iya!" Pria itu menyentak Diana dengan tatapan marah."Maaf Mas! Aku juga bingung mau jawab apa," kilah Diana. Padahal dia memang berminat menerima tawaran itu sejak awal. "Kalau sudah begini sekarang aku yang repot. Kamu pikir masuk universitas gampang?""Aku akan berusaha Mas," jawab Diana dengan polosnya.Abian memandang remeh gadis di depannya ini. "Kamu cuma tamatan SMP. Mau usaha sampai jungkir balik pun percuma. Kemungkinan kamu diterima di universitas sangat kecil.""Meskipun kecil tapi masih ada kemungkinan kan Mas? Aku janji aku akan berusaha memanfaatkan kemungkinan kecil itu supaya aku tidak mengecewakan Mas Abian. Aku janji akan berusaha semaksimal mungkin," tekadnya.Abian membuang napas kasar. Karena capek berdebat dia gegas ke kamar mandi untuk mandi dan mendinginkan pik
Read more
Tingkah Diana
Diana mematung di depan lemari sambil memilah baju yang akan dipakai nanti. Tak ada baju yang menurutnya cocok. Baju-baju yang ada di lemari terlalu bagus untuk Diana yang menurutnya B aja."Aku pakai baju yang mana?"Anak remaja itu iseng mengambil satu baju yang bahannya mirip saringan santen di kampungnya. Warnanya pink, dan terdapat dua pita gemoy di bagian pinggang. "Baju beginian siapa yang mau pakai?" Gadis itu terkekeh geli saat menempelkan baju itu ke tubuhnya yang masih dibalut handuk. "Kok ada orang berpikiran pengin pakai baju model begini?"Saat Diana sedang mematut-matut baju itu ke tubuhnya, tiba-tiba pintu terbuka. Diana mendongak hingga tatapannya saling bertemu dengan Abian. "Kenapa tidak dikunci?" tanya Abian dengan alis meninggi satu. Tadi bajunya kena tumpahan kopi, dan ia berniat mengambil kaos bersih yang baru. Sungguh ia tidak berpikir ada Diana karena pintunya tidak dikunci."Memang harus dikunci?" Diana menunduk malu. Tanpa sadar tangannya memeluk pakain be
Read more
Obat Perangsang
Di jamuan makan malam, Abian sedikit merasa aneh dengan reaksi tubuhnya sendiri yang tidak seperti biasanya. Entah salah makan atau apa, yang jelas sejak tadi duduk lelaki itu tidak tenang. Dia terus bergeser ke sana ke mari sembari membenarkan posisi duduknya yang selalu dirasa salah.Diana sampai mengernyit heran mendengar tingkah Abian yang tidak biasa. Ia ingin bertanya, tapi sepertinya Diana tidak seakrab itu dengan Abian sampai berani menanyakan hal yang menurutnya kurang penting.Abian tiba-tiba berdiri sambil mengibas-ngibaskan tangan. Wajah lelaki itu memerah seperti orang kepanasan."Mas Abian kenapa?" tegur Diana sok perhatian. Lebih tepatnya ia pura-pura perhatian supaya terkesan seperti seorang istri sungguhan di depan Kakek Bram."Aku nggak papa! Karena sudah selesai makan aku mau pamit istirahat duluan!" Buru-buru Abian melangkah menuju kamar. Pria itu masih terus mengibaskan tangan seperti orang kepanasan.Diana yang sudah selesai makan hendak menyusul, tapi Kakek Bram
Read more
Abian Gilaaaaaaa ....!
"Cepat bantu aku sebelum aku hilang kendali dan memperkosamu! Kau tidak mau hal itu sampai terjadi kan?""A a aku harus gimana?" Diana menatap takut-takut. Dia bersiap lari ke luar jika Abian sampai berani melakukan hal yang tidak-tidak."Ikuti perintahku!' seru Abian lalu terduduk. Dengan gerakan cepat lelaki itu membuka celana dan mengeluarkan senjata nuklir yang sejat tadi meronta-ronta minta dilepaskan. Sontak Diana membeliak saat melihat pemandangan itu. Samar-samar matanya menangkap batang menjijikan yang tampak seperti monster hidup. Benda itu mengacung dengan tegak dan bergerak dengan cara mengerikan."Mas Abian mau ngapain?" Diana langsung memalingkan wajah. Dia jijik melihat kepemilikin seorang pria untuk pertama kalinya.Sambil memegang senjatanya Abian menarik tangan Diana dengan tatapan mengiba. "Masukan ini ke mulutmu!""Apa? Mas Abian sudah gila?"Diana yang masih sangat polos jelas terkejut mendengarnya. Permintaan Abian terlalu menjijikan dan di luar jangkauan otak po
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status