“Maksud Kakak?” Marco menatap Irfan dengan rasa terkejut. Ia masih tak bisa mempercayai ucapan kakaknya. Belasan tahun lamanya, lelaki di hadapannya itu menyimpan sebuah rahasia besar yang tak pernah diketahuinya. Irfan mengibaskan tangannya. “Ah … sudahlah. Lupakan ucapanku barusan,” sahutnya, mengelak dari pertanyaan Marco. “Marco, bantu aku mencari dia. Cassandra harus segera kita temukan!” “Tapi Kak, kemana kita harus mencarinya?” Irfan mengarahkan jari telunjuknya ke kepalanya. “Pikirkan itu, seandainya kamu adalah dia … kemana kamu akan pergi?” Irfan menatap arloji di pergelangan tangannya. “Aku harus segera ke bandara. Aku tidak ingin ketinggalan pesawatku.” Dengan cuek, lelaki setengah baya itu pergi dari ruang kerja Marco. Ia tak peduli dengan berbagai pertanyaan yang masih memenuhi pikiran adik kandungnya itu. Marco mengantarkan kepergian kakaknya dengan tatapan matanya. Ia masih tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Mana mungkin Cassandra bukan putri Kak Irfan?”
Baca selengkapnya