Semua Bab Jerat Cinta Sang CEO Berdarah Dingin: Bab 41 - Bab 50
56 Bab
Menyimpan Rahasia
Damian dengan sigap menangkap tubuh Alisha sebelum perempuan itu jatuh menyentuh lantai. Beruntung, refleks si pria cukup tangkas hingga masih sempat menangkap tubuh si perempuan. Pelan, pria itu menepuk pipi Alisha yang tak sadarkan diri. "Alisha! Alisha!" panggil Damian berulang-ulang. Namun, tak juga ada respon dari si perempuan. Damian baru saja berniat membaringkan tubuh Alisha di atas lantai dan hendak melakukan tindakan darurat ketika seruan terdengar dari arah pintu. "Apa yang kau lakukan?!" seru laki-laki itu dengan nada tajam. Di saat bersamaan, Arlan muncul dari balik pintu ruangan sang atasan. Sigap ia menyingkirkan tangan Damian yang hendak memberikan tindakan darurat pada Alisha. "Bukan urusanmu! Minggir sekarang!" bantah sang pria menghalangi Arlan agar tidak ikut campur dengan urusannya. "Harusnya kau yang minggir! Biar aku yang membawa Alisha ke rumah sakit!" Arlan tak mau kalah. Sebisa mungkin, ia menghalangi Damian agar tidak menyentuh Alisha seujung kuku pu
Baca selengkapnya
Siapa Ayahnya?
Alisha mendapati Arlan tengah duduk di sampingnya ketika ia membuka mata. Kepalanya masih terasa pusing dengan pandangan mengabur. Namun, Alisha tak salah mengenali wajah muram lelaki itu. Seakan ada yang tengah ia pikirkan dengan serius hingga tak menyadari bahwa Alisha telah siuman. Kalau saja Alisha tak menyentuh punggung tangan lelaki yang berada di sampingnya itu, mungkin Arlan tak juga menyadarinya. "Hei, Sha. Kamu udah siuman?" tanya Arlan begitu sadar bahwa Alisha telah membuka mata. Lelaki itu dengan sigap bangkit dari tempat duduknya dan membantu Alisha yang berusaha menegakkan punggung. "Kalau masih terasa pusing, lebih baik kamu tiduran aja dulu," imbuhnya sambil menahan bobot tubuh Alisha yang hendak bangun. "Nggak apa-apa. Aku kuat kok.""Jangan dipaksakan kalau memang belum benar-benar kuat. Kepala kamu pasti masih pusing banget kan?"Hanya segaris senyum tipis yang membingkai wajah Alisha begitu mendengar ucapan Arlan. Lelaki itu terlalu memahaminya hingga membua
Baca selengkapnya
Perhatian Sang Senior
Dokter mengizinkan Alisha pulang pada hari itu juga. Arlan yang mengantarnya sampai apartemen perempuan itu, meski Alisha sudah menolaknya. Dengan dalih ia masih cukup kuat pulang seorang diri. "Ini bukan perkara kuat atau nggak kuat, tapi tanggung jawabku sebagai laki-laki!" Begitu ucap Arlan ketika sang junior bersikeras hendak pulang sendirian. Daripada perdebatan semakin panjang, Alisha mengalah. Dan, di sinilah mereka sekarang. Di apartemen Alisha yang mendadak terasa sunyi. Suasana canggung melingkupi mereka. Baik Alisha ataupun Arlan tiba-tiba menjadi pendiam. Bahkan tak saling bicara sedikit pun. Hingga Arlan yang tak betah berlama-lama diam, membuka percakapan lebih dulu. "Kamu belum makan. Mau kubuatkan sesuatu?" tawar Arlan setelah meminta sang junior untuk berbaring di kamar. "Nggak perlu repot-repot, Ar. Aku masih bisa bikin mie instan kalau lapar.""Sha, kamu lupa apa kata dokter? Kondisi kamu sedang nggak baik-baik saja dan janin dalam perut kamu butuh nutrisi. "
Baca selengkapnya
Ancaman
Damian mondar-mandir di dalam apartemen mewahnya. Ruangan bernuansa hitam dan abu-abu itu, semakin tampak sendu seperti halnya sang penghuni. Raut muka pria itu gelisah. Ia menggigit ujung kuku dan terus mondar-mandir di dalam apartemennya. Sesekali, ia menggumam tak jelas yang hanya ditujukan untuk dirinya sendiri. "Sial! Aku benar-benar nggak bisa berpikir!" umpat pria itu gusar. Peristiwa pingsannya Alisha siang tadi, masih membekas dalam ingatan pria itu. Harusnya ia tak peduli, tapi entah sejak kapan, Damian tak bisa mengabaikan Alisha begitu saja. Diam-diam perempuan itu sudah mengendalikan sebagian pikiran Damian yang tak pernah tertarik pada perempuan mana pun. Sebenarnya, hal itu didorong oleh kecurigaan Damian yang beranggapan bahwa Alisha tengah mengandung anaknya. Entah teori dari mana. Hanya saja, pikiran itu menguat meski Alisha menolak mengakui. "Damn!" umpat Damian semakin tak bisa mengendalikan diri. Apa jadinya jika benar Alisha hamil anaknya?! Begitu pikir Da
Baca selengkapnya
Gangguan Tengah Malam
Brakk!!! Suara yang berasal dari luar pintu apartemen Alisha membuat perempuan yang tengah terlelap itu, terbangun seketika. Suara yang ditimbulkan cukup keras hingga membuatnya terkejut. Tubuhnya refleks menegak diikuti rasa nyeri yang muncul di perut bagian kiri. Mungkin akibat gerakan yang cukup tiba-tiba. Setelah beberapa waktu, bunyi itu kembali terdengar. Kali ini lebih intens dari yang sebelumnya. "Siapa sih bikin kekacauan tengah malam gini?" bisik perempuan itu. Tak ayal ia tetap saja gemetar ketakutan. Bisa saja, itu bukan hanya orang iseng, tapi memang orang yang bermaksud jahat padanya. Seharusnya memang itulah yang dipikirkan Alisha. Jika tahu akan begini jadinya, Alisha tak akan menolak keinginan Arlan untuk menemaninya malam ini. Pria itu sempat menawarkan diri untuk menemani Alisha malam ini, sebelum pulang. Sialnya, ia juga tak punya nomor penjaga keamanan gedung, meski sudah beberapa kali bertegur sapa. Alisha menganggap hal itu tak perlu dan tidak beranggapan
Baca selengkapnya
Rumor Sang Atasan
Kepala Damian terasa berat. Tak hanya itu, ia juga merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Sayup-sayup indra pendengaran pria itu menangkap suara-suara yang berasal dari dapur. Ia meyakini itu sebab mendengar bunyi spatula yang beradu dengan penggorengan. Juga aroma yang kemudian menguar memenuhi ruangan. Memaksa kesadarannya kembali lebih cepat tanpa ia duga. Lantas semua itu menjadi jelas ketika ia membuka mata dan menyadari bahwa dirinya saat ini sedang tidak berada di apartemennya. Baik apartemen yang sebelumnya ia tinggali ataupun apartemen yang baru saja ia huni beberapa saat lalu. Bersebelahan dengan apartemen Alisha. Ah, mengingat nama perempuan itu, menarik kesadaran Damian sepenuhnya. Benar, saat ini dirinya sedang berada di apartemen perempuan itu. Tapi, bagaimana bisa? Damian tak ingat jelas apa yang terjadi. Samar-samar ingatannya hanya sebatas ketika ia pergi ke club malam dan tiba-tiba mendapat serangan dari orang tidak dikenal [?]. Damian tidak yakin akan hal itu, tap
Baca selengkapnya
Wajah Muram Damian
Rumor tentang Damian bahwa sebelumnya ia pernah terlibat pembunuhan tersebar dengan cepat. Hampir semua divisi membicarakan hal yang sama setiap kali Alisha pergi ke bagian lain di kantor ini. Bahkan ketika ia harus mengambil desain brief dari tim perencanaan, sang direktur kreatif menjadi perbincangan semua orang. Tidak hanya itu saja, sebagian besar orang-orang itu juga menjadikan Alisha sebagai sumber informasi. Seperti halnya ketika ia diminta Erika untuk mengambil kertas ke bagian perlengkapan. Seroja, sang kepala bagian yang mengurus perlengkapan kantor, melontarkan pertanyaan yang selalu berhasil membuat Alisha tegang. "Memang bener kalau Pak Damian sebelumnya pernah terlibat pembunuhan, Sha?" tanya wanita awal tiga puluh tahunan itu. "Eh, saya nggak tahu, Mbak. Lagian namanya juga rumor. Bisa saja itu ya ... sebatas omong kosong aja sih. Iya nggak sih?" Alisha balik bertanya dengan nada ragu-ragu. Bukan urusannya juga jika seandainya memang benar Damian pernah terlibat p
Baca selengkapnya
Ikut Denganku
Pada faktanya wajah muram sang atasan sangat mengganggu Alisha. Perempuan itu sudah berada di depan lift yang hendak membawanya ke lantai satu, tapi niat itu ia urungkan tepat saat pintu lift di depannya terbuka. Alisha memilih berbalik dan berjalan kembali ke ruangan Departemen Kreatif berada. Ada bagian kecil dalam hatinya yang menggelitik hingga menimbulkan tanya dalam benak si perempuan. Sebenarnya ini bukan kali pertama ia memergoki Damian memasang wajah muram dengan tatapan kosong seperti beberapa saat lalu. Bukan, Alisha tak berpikiran bahwa Damian tengah kesurupan. Jelas alasannya bukan itu. Hanya saja, Alisha merasa jika pria itu sedang menanggung berat yang tak ia ketahui penyebabnya. Jelas pula, itu bukan urusan pekerjaan. Apalagi uang. Damian cukup kaya dan Alisha tahu tentang hal itu. Pria itu bukan dirinya yang bahkan rela berbohong menutupi kehamilannya hanya agar tetap bisa bertahan di tempat kerjanya yang sekarang. Toh, tak banyak yang dikerjakan oleh sang direkt
Baca selengkapnya
Senyum di Wajah Damian
Orang waras mana yang mau mengikuti ajakan Damian untuk turun dari mobil, ketika suasana di luar sana sangat gelap. Hampir tanpa cahaya selain berasal dari sinar rembulan di langit malam. Mungkin Alisha cukup gila hingga ia mau mengikuti ajakan Damian. Lebih dari itu, sang atasan telah berdiri di samping pintu penumpang dan meminta Alisha untuk turun. Ya, Alisha mungkin cukup gila hingga ia mau mengikuti permintaan Damian. Padahal rumor tentang pria itu sedang santer dibicarakan. Bahwa Damian pernah terlibat dalam pembunuhan. Mengapa Alisha masih dengan mudahnya percaya pada pria itu begitu saja? Apalagi suasana tempat yang mereka kunjungi benar-benar mencekam. Bisa saja tempat itu menjadi tempat eksekusi mati. 'Memang apa untungnya dengan membunuhku? Aku bahkan nggak seberharga itu sampai dia mesti mengotori tangannya buat melenyapkan nyawaku kan?!' suara hati Alisha mematahkan ketakutan dalam diri perempuan itu. Lagipula, ia penasaran, tempat apa yang sebenarnya akan mereka tuj
Baca selengkapnya
Bersitegang
Damian mengalihkan pandangan. Ia tak menyadari jika Alisha tengah memperhatikannya sekarang. Pria itu berdeham demi menghilangkan perasaan salah tingkah yang ia rasakan. "Padahal Pak Damian lebih terlihat manusiawi kalau senyum gitu," komentar Alisha terdengar tak tahu malu. Perempuan itu pun kaget mengapa ia berani-beraninya mengatakan hal itu pada sang atasan. Ia sedikit menyesal dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Jadi, kau pikir aku tidak terlihat seperti manusia?" tanya Damian ketika menemukan kembali jati dirinya yang sempat hilang akibat melihat ulah Alisha. "Maaf, Pak. Bukan berarti begitu. Pak Damian terlihat seperti manusia, tapi tidak punya ekspresi."Harusnya Alisha diam saja ketika Damian bertanya, tapi kenapa ini malah mengatakan hal yang tidak perlu? Perempuan itu kembali menutup mulutnya dengan kedua tangan. Kali ini ia tak boleh ngomong sembarangan. Siapa yang menduga, Damian justru mengembangkan senyum lebih lebar. "Jadi, kalau aku seperti ini, aku baru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status