All Chapters of 30 Hari Bersama Ceo Angkuh: Chapter 21 - Chapter 30
254 Chapters
21. Dia Ayahmu?
Dominic benar-benar terkejut ketika melihat kondisi Anna. Gadis itu berbaring meringkuk di lantai toilet, dengan wajah pucat seperti tidak dialiri darah lagi. "Anna, kau kenapa?" tanya Dominic. Dia berjongkok dan menepuk pipi Anna yang sudah terasa dingin. Dominic terlihat panik. Pria itu segera memeriksa tubuh Anna, dan betapa terkejutnya dia ketika mendapati luka goresan di sepanjang tangan gadis itu. "Oh, shit! Kau mau coba bunuh diri?" Mata Dominic jelas memancarkan kekhawatiran, meski mulutnya terus saja mengumpat. Dia segera merogoh ponsel di dalam sakunya, dan menghubungi ambulans. Tidak butuh waktu lama, ambulans datang dan langsung membawa Anna ke rumah sakit. Dominic menginjak pedal gas mobilnya dengan kencang. Dia berusaha mengejar ambulans yang membawa Anna di depan sana. Berbagai macam jenis pertanyaan muncul di dalam benaknya. Kenapa Anna melakukan ini? Sosok Anna yang ceria, dan cerewet membuat Dominic sama sekali tidak mengerti, mengapa gadis itu bisa melakukan
Read more
22. Gadis tanpa Perasaan.
"Aku ingin pulang!" Anna berusaha turun dari ranjang. Dia tidak sanggup melihat kemarahan yang terpancar jelas di wajah Dominic. "Kau tidak boleh pergi!" Dominic menyentuh bahu Anna, dan menyuruhnya untuk kembali duduk. "Dokter belum memperbolehkannya.""Aku baik-baik saja, Dom." Anna tersenyum tipis. Dia mencoba membuat Dominic lupa dengan pembahasan tadi. Anna tidak terlalu menyukainya. Dia tidak suka jika Dominic mengorek semua tentang kehidupannya yang menyedihkan. Anna tidak mau dikasihi dengan cara seperti itu. "Kau belum menjawab pertanyaanku tadi.""Aku tidak ingin melakukan apa pun," jawab Anna pada akhirnya. Suaranya terdengar lirih. "Jadi, kau ingin hidup seperti ini--""Aku baik-baik saja." Anna mendongakkan kepalanya, dan tersenyum lembut kepada Dominic. Tangannya menyentuh lengan pria itu. Dia berusaha menenangkan amarah Dominic yang sedang menggebu. Dan, sebenarnya Anna tidak tahu mengapa Dominic bisa semarah itu. Apa mungkin karena Anna hampir mati tadi? Ya, jela
Read more
23. Ide yang Bagus!
Pagi ini cuaca sedikit cerah setelah hampir semalaman Vermont di landa hujan salju. Salju-salju di sepanjang jalanan juga sudah tebal. Anna bangun dengan tubuh terasa lebih segar. Malam tadi dia bisa tidur dengan nyenyak, mungkin saja karena pengaruh obat yang diberikan oleh dokter. Gadis itu bangun dengan perasaan senang, dan segera bergegas ke kabin Dominic. Anna harus melupakan kejadian kemarin. Dia sudah bersusah payah menjalani hidup dengan baik sampai sejauh ini, maka Anna tidak akan membiarkan kehadiran Frank mengubah semuanya. Ceklek!Anna membuka pintu kabin Dominic dan segera masuk. Udara dingin di luar hampir membuatnya membeku, dan dia merasa hangat ketika sudah masuk ke dalam kabin. "Dom!" panggil Anna. Suasana kabin sangat sepi. Hanya ada api menyala di perapian dengan tumpukan kayu yang masih terlihat baru. Anna berjalan menuju dapur dan berusaha mencari keberadaan Dominic, tetapi sepertinya Dominic tidak ada di kabin. Sebenarnya pria itu pergi ke mana? Saat An
Read more
24. Bermain Bersama
"Kalian di sini?" Dominic menghembuskan napasnya dengan gusar ketika melihat Anna sedang berdiri di depannya, dengan senyum lebar. Sepertinya gadis itu masih belum mau menyerah tentang permainan ski yang selalu dia bicarakan. "Anna, kau ada di sini? Ada apa?" cecar Austin ketika melihat Anna. Sebelumnya, Anna tidak mengabari jika akan kemari. "Dom, kau belum bilang pada mereka?"Harry dan Austin kompak menaikkan alis mereka dengan heran. Apa yang belum Dominic beritahu kepada mereka? "Kau saja yang beritahu, 'kan kau juga sudah ada di sini." Dominic segera pergi meninggalkan Anna bersama dengan kedua temannya. Mendadak dia merasa malas. "Apa? Apa yang kalian bicarakan?""Iya, kalian merencanakan sesuatu?" Harry ikut bertanya. Anna menatap kepergian Dominic dengan sedikit dongkol. Mood pria itu benar-benar tidak bisa diprediksi. Kadang menyenangkan, dan kadang menyebalkan seperti sekarang. "Anna!" panggil Austin ketika melihat gadis itu diam saja. "Cepat katakan, ada apa?""Ah,
Read more
25. Permainan Ski
"Kau yakin akan bermain ski lagi?" Austin bertanya-tanya dengan wajah heran, setelah mendengar dengan telinganya sendiri bahwa Dominic akan ikut dengan mereka. Dominic mengangguk tanpa keraguan sama sekali. "Sepertinya tubuhku butuh olahraga berat."Anna terlihat girang. Setelah itu, mereka berempat segera pergi dari sana dan mengunjungi arena permainan ski di ujung pegunungan. Di sini lah mereka berada, di salah satu punggung pegunungan yang memiliki lembah tidak terlalu curam. Saat mereka melihat ke bawah hanya tampak hitam pinus dan cemara, selain itu kabin-kabin Sky Crystal juga terlihat cukup jelas dari atas sini. Mereka berempat setuju untuk memilih lereng gunung yang tidak terlalu terjal, dan cukup kosong dari para pengunjung lain. Mengingat jika ini adalah kali pertama Dominic kembali bermain ski setelah bertahun-tahun. "Jadi apa peraturan dalam permainan kita?" tanya Dominic dengan semangat. Matanya berbinar menggambarkan gairah yang menggebu-gebu. Akhirnya setelah be
Read more
26. Suasana yang Berbeda
Anna menatap langit di atasnya yang mulai menggelap, mungkin karena pepohonan di sekitar mereka yang cukup lebat, atau bisa jadi karena langit yang kembali mendung. Harry dan Austin belum kembali. Begitu pula dengan Dominic yang belum sadarkan diri. Anna berusaha untuk tidak terlihat panik. Namun, tetap saja dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri yang hampir menangis karena rasa bersalah. "Pastikan Dominic tetap hangat!" perkataan Harry kembali terngiang, dan membuat Anna bergegas duduk di samping Dominic. Anna menyentuh pipi Dominic yang sudah sangat dingin. Suhu udara di Vermont sudah turun drastis, disertai dengan hujan salju yang kembali turun. "Dom, kau benar-benar membuatku takut," bisik Anna dengan bibir bergetar. Jauh di lubuk hatinya, dia takut Dominic akan mengalami masalah serius. Dia takut Dominic tidak akan membuka matanya lagi. Akan tetapi, Anna cepat-cepat mengenyahkan pikiran buruknya itu. Dia harus bisa tegar untuk bisa membantu Dominic. Untuk itu, Anna harus
Read more
27. Dia terluka?
Harry membantu menyangga tubuh besar Dominic ketika mereka berjalan memasuki kabin. Dominic bersikeras ingin pulang dan tidak mau dirawat di rumah sakit. Setelah dokter memastikan jika tidak ada cedera serius di kaki dan kepala Dominic, Harry akhirnya menuruti kemauan sahabatnya itu untuk segera pulang. "Huh, tubuhmu berat sekali, Dom," keluh Harry. Namun, Dominic hanya diam saja. Dia sama sekali tidak berniat menjawab perkataan Harry. "Mari aku bantu." Austin membantu Dominic duduk di atas sofa, lalu setelah itu terdengar helaan napas panjang dari Harry. "Oke, thanks." Dominic sesekali mengernyit ketika pergelangan kakinya masih terasa sedikit sakit, dan hal itu tidak luput dari pandangan Anna. Untung saja tidak ada luka serius, dan hanya memar sedikit sehingga dia tidak harus dirawat. Dominic tidak terlalu suka dengan bau rumah sakit. "Akan kubuatkan coklat hangat sebentar," ujar Anna setelah memastikan Dominic duduk. Dia segera bergegas ke dapur untuk membuat minuman untuk me
Read more
28. Kehidupan Dominic
Anna menatap pintu kamar Dominic dengan rasa cemas. Dominic terlihat tidak baik-baik saja, bahkan pria itu masuk dan meninggalkan makan malamnya begitu saja. Beberapa hari bekerja bersama Dominic, Anna hapal betul jika pria itu tidak pernah melewatkan jam makannya sekali pun. Selelah apa pun, Dominic selalu menghabiskan makanan yang dimasak Anna dengan lahap. Meskipun terkadang pria itu masih sering mencela apa yang Anna masak. "Anna!" panggil Austin. "Kau melamun?" Pria itu terlihat sedikit khawatir. Tidak biasanya Anna mengabaikan panggilannya sejak tadi. Anna tersentak. Dia tersenyum tipis dan mengabaikan perasaan khawatirnya kepada Dominic. "Eh, tidak. Oh, ya, kalian makan malam dulu sebelum pulang. Aku sudah memasak untuk empat porsi."Harry mengangguk pelan setelah menatap pintu kamar Dominic sekilas. "Ya, kurasa tidak masalah jika kita makan malam dulu. Ayo, Austin!"Austin berjalan mengikuti Harry. Dia juga sama dengan Harry, rasanya begitu prihatin melihat hidup Dominic y
Read more
29. Jangan Pergi!
Sementara itu, di dalam kamar Dominic berusaha keras memejamkan matanya dan berusaha menutup telinga dari semua pembicaraan di luar sana. Dia mendengar dengan jelas apa saja yang Harry dan Austin bicarakan. Austin benar. Hampir seumur hidupnya, Dominic merasa jika dia hanyalah boneka keluarga Williams saja. “Hah, apa wajahku terlihat menyedihkan hingga mereka masih mengasihaniku seperti itu?” Dominic tersenyum getir. Pria itu menatap butiran salju yang turun di luar melalui kaca jendela. Indah. Dulu dia selalu merasa senang jika libur musim dingin tiba. Dominic bisa menghabiskan masa liburannya dengan bermain ski dan membuat boneka salju. Namun, sejak ibunya melarang dan membuat Dominic terus belajar tanpa kenal waktu, Dominic tidak suka musim dingin, dan musim lainnya. Menurutnya semua musim itu saja tidak ada bedanya. “Mereka sudah pulang?” Dominic menajamkan pendengarnya, dan dia tidak salah setelah mendengar suara pintu tertutup. Harry dan Austin sudah pulang, dan mungki
Read more
30. Dasar Pencuri!
Anna terpaku mendengar permintaan Dominic yang terdengar aneh. "Kau mengatakan apa tadi, Dom?"Dominic langsung menghentakkan tangan Anna yang tidak dia lepaskan sejak tadi. Pria itu terlihat gugup sebentar, sebelum kembali menghembuskan napas dengan kasar. Kenapa dia bisa berkata seperti itu tadi? Dominic benar-benar tidak habis pikir pada dirinya sendiri. "Dominic!""Tidak. Sudah sana, kau pulang saja! Aku hanya sedang berbaik hati padamu saja tadi, tapi sekarang aku cabut kembali perkataanku. Sepertinya kau salah paham dengan maksudnya," tutur Dominic dengan wajah kesal. Dia berusaha untuk tidak menatap Anna. "Dasar tidak jelas!" "Hei, apa katamu?" Dominic melotot tidak percaya mendengar perkataan Anna yang berani sekali. "Kau berani sekali, ya! Aku menyuruhmu tetap tinggal karena aku kasihan padamu. Kau lihat diluar sana!" Dominic menunjuk ke arah jendela kaca di dalam kamarnya, "kau tidak lihat jika di luar salju turun dengan lebat? Cih, dasar tidak tau diri!"Bukannya menja
Read more
PREV
123456
...
26
DMCA.com Protection Status