All Chapters of Iparku Yang Menggoda: Chapter 21 - Chapter 30
55 Chapters
21 Mengganggu Kesenangannya
Lauren lalu beranjak dari duduk nya dan meremas rambut nya tanpa sadar, Ia sedang dilanda rasa panik karena suaminya berada di luar, sedangkan Ia berduaan dengan Matthias di dalam ruangan. "Bagaimana ini? Kalau Matthew tahu aku di ruang kerja Kakak, dia pasti bakalan mikir aneh-aneh," ucap nya dengan bibir bawah Ia gigit. Matthias pun ikut berdiri dan membawa kedua tangan Lauren untuk digenggam. "Hei tenang lah, jangan terlalu dipikirkan. Kita bersikap biasa saja, kamu juga jangan kelihatan gugup begitu karena malah akan buat dia salah paham. Sekarang duduk lah, tenang, oke?" ucap nya berusaha menenangkan, Lauren pun mengangguk menurut. Sedangkan Matthias segera ke arah pintu, sebelum membuka nya Ia sempat merapihkan pakaiannya karena khawatir berantakan. Setelah membuka pintu itu, terlihat adiknya tersenyum lebar ke arah nya lalu melenggang masuk begitu saja. Matthias tanpa sadar mendengus melihat kelancangan Matthew, sepertinya nanti harus Ia tegur supaya tidak kebiasaan. Langkah
Read more
22 Mengenalkan Sebagai Kekasih
"Tidak papa!" jawab Matthias ketus. Lalu berdiri lagi dengan gaya keren seraya merapihkan jasnya. Sempat Ia melirik ke arah Lauren, dan wanita itu menatapnya tidak enak karena mungkin tadi sudah mendorongnya. Sepertinya Matthias harus memberikan hukuman nanti.Matthias lalu memerintahkan adiknya itu untuk segera membawa dokumennya yang tertinggal. Matthew yang tidak curiga pun segera mencarinya lalu berpamitan keluar lagi. Pria itu bahkan tidak melirik sedikitpun pun sang istri. Mungkin masih ngambek.Grep! Merasakan tangannya ditarik mendekat, membuat Lauren gelisah, apalagi melihat ekspresi wajah dingin Matthias. "Maaf Kak aku gak sengaja dorong, aku beneran kaget tadi pas pintunya ke buka, apalagi ternyata itu Matthew," ucapnya segera membela diri. Matthias mendekatkan wajahnya lalu berbisik di telinganya. "Dasar nakal!"Untungnya pria itu tidak melakukan hal aneh-aneh lagi dan menariknya duduk di sofa untuk mulai makan. Melihat betapa perhatiannya pria itu menyiapkan semua makana
Read more
23 Terlihat Perduli
Untungnya klien kerja Matthias percaya saja mendengar itu, membuat Lauren dapat bernafas lega sejenak. Ia pun bisa menduga jika sepertinya mereka baru kenal satu sama lain karena obrolan pun sangat serius. Saat makanan tiba, mereka pun mulai menyantap hidangan dan tetap di iringi obrolan.Trak! "Aduh!" pekik Lauren meringis melihat garpu di atas meja tidak sengaja Ia jatuhkan. Sempat tersenyum canggung pada semua orang, lalu membungkukan badannya untuk membawa benda itu. Tetapi saat akan kembali duduk tegak, matanya malah tidak sengaja melihat sesuatu yang kurang pantas di depannya.Terlihat tangan besar dan keriput Arnold bertengger di paha sekertaris wanita nya, mengelus nya naik turun membuat Lauren mengernyit menahan jijik. Tidak mau ketahuan sedang menangkap basah, Lauren segera menegakkan posisi duduk nya dan menyantap lagi makannya dengan gaya santai seolah tidak terjadi apa-apa.Namun matanya sesekali memperhatikan ekspresi wajah dua orang di depannya. Arnold memang masih men
Read more
24 Merasa Paling Benar
Lauren lalu melepaskan tangan Matthias yang dari tadi merangkul nya, dan berusaha berdiri tegak. Tatapannya langsung terkunci dengan suaminya yang berdiri hanya beberapa meter di depan nya. "Kamu jangan salah paham, aku sedikit mabuk, kepala aku pusing dan Kak Matthias bantuin aku," ucap nya menjelaskan, berusaha tetap tenang agar Matthew tidak curiga. Kedua mata Matthew terlihat membulat mendengar itu. "Apa? Kalian minum bareng? Hei apa-apaan ini? Kayanya kalian emang beneran ada hub--" Belum sempat Matthew menyelesaikan perkataannya, Matthias dengan cepat menyela. "Aku ajak Lauren ketemu klien, dan di sana kita memang sedikit minum anggur karena tidak enak di tawarkan klien. Kalau kamu gak percaya, bisa tanyakan saja nanti pada sekertaris Kakak." Matthias mengatakannya dengan tegas, tidak ingin di pojokkan. "Jangan menuduh sembarangan Matthew, kamu terlalu banyak nonton drama kayanya sampai nuduh yang enggak-enggak!" Bibir Matthew langsung mengatup mendengar sindiran bernada mele
Read more
25 Menghapus Jejak di Tubuhnya
18+Lauren turun dari ranjang nya tanpa mempedulikan tubuh telanjang nya, Ia lalu membawa kemeja putih yang tergeletak di lantai dan memakai nya. Setelahnya keluar kamar nya, berjalan dengan tatapan kosong menuju salah satu ruangan. Ia tidak tahu kenapa datang kesini, seperti alam bawah sadar nya yang mengatur semua. Tangannya lalu terangkat mengetuk pintu kamar itu beberapa kali, tidak lama terbukalah menunjukkan Matthias dengan wajah bantal nya khas bangun tidur.Setelah pandangan Matthias jelas, Ia terperanjat karena tidak menduga yang mengganggu tidur nya adalah wanita itu. "Lauren ada apa tengah malam kesini?" tanyanya bingung. Melihat Lauren yang hanya diam menatap nya dengan mata berkaca-kaca membuat perasaan Matthias tidak enak. "Lauren, kamu.. Baik-baik saja?"Mendapat pertanyaan bernada khawatir itu, membuat Lauren tidak bisa lagi menahan tangisannya. Untuk pertama kalinya, Ia menangis terisak di depan Matthias. Tidak lama Ia merasakan tubuhnya dipeluk erat, Lauren pun memba
Read more
26 Mudah Cemburu
"Kayanya kamu harus kembali ke kamar sekarang, sebelum pagi dan Matthew lebih dulu bangun," ucap Matthias seraya menatap lekat wajah cantik di dekat nya. Sebenarnya inginnya Lauren tetap di kamar nya, tapi kalau penghuni rumah tahu bukankah rencana mereka pun akan berantakan?Mereka sedang berbaring berpelukan erat, membuat keduanya bisa merasakan kulit hangat satu sama lain. Suasana di dalam kamar sangat panas, aroma percintaan pun tercium cukup kuat di ranjang itu. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul empat pagi, dan keduanya sepertinya tidak akan tidur lagi.Lauren perlahan membuka matanya, membalas tatapan Matthias yang sedang tersenyum manis seraya mengusapi pipi nya dari tadi. "Jangan natap saya begitu, nanti saya lupa diri lagi dan nerkam kamu," kata Matthias lalu mencubit puncak hidung nya. Kalau Matthias sih masih kuat jika mereka bercinta lagi, tapi Lauren terlihat kelelahan dan tidak bisa mengimbangi stamina nya."Dasar mesum!" dengus Lauren dengan senyuman tertahan. Ia l
Read more
27 Memulai Rencana
"Gimana Matthew, kamu sanggup kan ngerjain proyek ini dan kamu jadi penanggung jawab nya?" tanya Matthias terdengar serius. Ya jika sedang di kantor, keduanya memang harus profesional walaupun bersaudara. Saat ini mereka sedang membicarakan hal serius di ruang kerja Matthias.Matthew tidak langsung menjawab dan masih fokus membaca dokumen berisi tulisan tentang perencanaan proyek cukup besar yang Kakak nya berikan untuk nya. "Aku gak tahu, tapi.. Baiklah tidak apa, aku akan coba," jawab Matthew terlihat percaya diri bisa dengan mudah menyelesaikan nya.Tanpa pria itu sadari, seringai tipis terukir di bibir Matthias karena tanpa waktu lama tawaran darinya diterima dengan mudah oleh Matthew. Malang sekali adiknya itu, karena sebenarnya Ia sedang merencanakan sesuatu, ya masih bersangkutan dengan balas dendam Lauren. Matthias yang punya kekuasaan, bisa dengan mudah mengatur semua."Kalau kamu berhasil mengerjakan proyek ini, tentu saja kamu akan dapat hadiah dari perusahaan. Jabatan kamu
Read more
28 Suaminya Yang Aneh
"Masalah apa?" tanya Lauren membuat Matthew mati kutu merasa bingung harus menjelaskan apa. Pria itu berdehem pelan seraya melonggarkan dasi yang terasa mencekik leher nya. "Masalah kecil sih, tapi sudah selesai sekarang," jawab Matthew tanpa melunturkan senyuman, berusaha bersikap tenang. Matthew lalu mengangkat tangannya memanggil pelayan, Ia pun akan memesan makanan karena perut nya lapar. Melihat Lauren kembali melanjutkan makan, membuat nya tanpa sadar menghela nafas lega. Namun tanpa Matthew sadari, ekspresi gugup nya sangat terbaca oleh Matthias yang hanya bisa tersenyum sinis. Dasar bajingan, batin Matthias. "Oh iya sayang aku mau ngasih tahu sesuatu sama kamu, ya bisa dibilang kabar bahagia sih. Aku dapat tanggung jawab ngurusin proyek besar dari Kak Matthias," kata Matthew menceritakan dengan mata berbinar nya, tapi tanggapan Lauren malah membuat pria itu melunturkan senyuman. "Aku sudah tahu, tadi Kak Matthias cerita. Tapi aku belum ngerti proyek apa, dia bilang cukup s
Read more
29 Merasa Tersaingi
"Lauren, kamu dipanggil Pak Matthias ke ruangannya!" Seruan teman nya membuat fokus Lauren dari komputer teralihkan. Merasa bingung untuk apa Bos nya itu memanggil nya, karena ini masih jam kantor mungkin saja kan tentang pekerjaan? Lauren lalu pamit pada salah satu teman nya yang duduk di sebelah nya, dengan semua juga dekat, tapi paling dekat dengan Tissa. Berjalan dengan percaya diri menuju lantai atas, ada beberapa karyawan yang melewati nya menyapa dan Ia balas ramah. Lauren dibuat tersenyum sendiri karena mereka terlalu hormat padanya, seperti pada atasan saja. Tok tok! "Permisi Pak, Bu Lauren sudah sampai!" panggil sekertaris nya meminta izin. Mendengar suara dari dalam yang mempersilahkan masuk, sekertaris itu pun bergeser membiarkan Lauren masuk, tidak lupa menutup pintu nya lagi. Lauren berdiri kaku di tempat nya, merasa bingung tidak tahu harus bagaimana. Ia malah asik memperhatikan Matthias yang terlihat sangat fokus dengan pekerjaan nya, membuat nya jadi canggung taku
Read more
30 Dibuat Cemburu
"Sekarang mau kemana lagi?" Mendapat pertanyaan itu, membuat Lauren segera menggeleng. "Sudah cukup Kak, ini sudah banyak," tolak nya cepat.Entah sudah berapa lama keduanya di Mall ini, berkeliling masuk dan keluar toko-toko bermerk terkenal hanya untuk mencari barang yang dirasa Lauren menyukai nya. Sungguh, Ia benar-benar dibuat speechless dengan sikap Matthias yang dirasanya terlalu berlebihan, bahkan terkesan memaksanya untuk harus belanja."Sebelum pulang, kita makan dulu yuk. Di sini ada Kafe milik teman saya, makanan khas Italia," ajak Matthias seraya menggenggam lagi tangannya. Tadi Ia sudah menyuruh seseorang menyimpan barang belanjaan Lauren di bagasi mobil nya, jadi tidak akan kerepotan.Lauren pun menurut saja mengikuti kemana dirinya akan dibawa lagi. Walaupun memang kencan ini dadakan, tapi Lauren cukup menikmati, apalagi Matthias sangat memanjakan nya. Kafe itu ada di lantai dua, terbilang cukup mewah dengan gaya khas Eropa. Seorang pelayan pun langsung menyiapkan meja
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status