All Chapters of Gara-Gara Mengumrohkan Ibu: Chapter 31 - Chapter 40
48 Chapters
Tegar
#31Alma tampak masih menggelengkan kepalanya. Seolah-olah apa yang barusan dikatakan dokter bukanlah kenyataan."Dokter … anda gak salah, kan? Apa mungkin dokter salah diagnosa? Saya kemarin sempat kehujanan, saya pasti cuma masuk angin, Dok," ratap Alma, wanita itu sangat syok dan enggan menerima kenyataan."Nggak, Bu. Saya yakin, saya nggak salah saat memeriksa Ibu." Dokter kesehatan yang disediakan oleh pihak pabrik pun tetap bersikukuh jika dia tak mungkin salah memeriksa.Alma tampak sangat tertekan. Pikirannya entah melayang ke mana-mana. Berbagai macam kekhawatiran terlintas di kepalanya.Rafael yang hendak masuk ke ruangan untuk mengetahui kondisi Alma pun tak sengaja mendengar racauan Alma tentang ketidaksiapannya menerima kehamilannya itu. Pria itu merasa iba, dan tahu bagaimana kondisi rumah tangga Alma. Hamil di saat seperti ini tentu membuat Alma jadi bimbang."Kamu pasti kuat dan bisa melalui semuanya, Alma. Aku pastikan akan berada di sisimu." Rafael berucap pelan, men
Read more
Disuruh Nikah Lagi
#32Alma berusaha menunjukkan wajah tenang terutama di hadapan Lily. Meskipun hatinya terus dihantui rasa khawatir atas kabar kehamilan yang baru diketahuinya itu. Sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya. Ternyata itu adalah pesan dari salah satu rombongan jamaah umroh yang berangkat bersama Bu Hasna. Alma sempat bertukar nomor ponsel dengan beliau saat mengantarkan Bu Hasna beberapa hari yang lalu.Rupanya, Bu Wirda mengirimkan beberapa foto Bu Hasna ke ponsel Alma dan sekaligus mengabari kalau Bu Hasna baik-baik saja di sana.[Neng Alma, ini tadi Bu Hasna sempat saya fotoin. Jadi saya kirimin semuanya ke Neng Alma. Alhamdulillah … kita semua di sini sehat wal afiat, Neng. Tunggu kami kembali ya.]"Ibu …," lirih Alma sembari memandangi foto Bu Hasna cukup lama.Tak terasa air mata menitik perlahan dari kedua kelopak matanya. Alma sungguh merasakan kesedihan saat ini, dan dia sungguh merindukan Bu Hasna yang kini menjadi satu-satunya tempat bersandar."Mama, kenapa nangis?" tanya Lil
Read more
Prasangka
#33"Gimana? Kamu udah ketemu kan sama anaknya Tante Kamila? Ganteng, kan?" cecar Bu Rasti ketika Sofia baru saja pulang."Iya, ganteng kok, Ma," sahut Sofia malas-malasan."Kalau ganteng kenapa ekspresimu kayak gitu sih?""Ya, nggak kenapa-napa, Ma. Aku capek aja, dari tempat kerja langsung mampir ke rumah temen Mama," tutur Sofia. Ia enggan menceritakan pada sang mama kalau tadi dia bahkan tak sempat untuk berkenalan secara layak dengan Reno, karena Bu Rasti pasti akan mengomelinya habis-habisan."Ya sudah, pokoknya kamu udah tau kan, gimana gantengnya si Reno anaknya Tante Kamila itu, kerjaan dia juga udah lumayan lho, gajinya tetap," ucap Bu Rasti terkesan mempromosikan anak dari teman arisannya itu.Sofia menghela napasnya berat. "Kayaknya ini yang kedua puluh kali mama bilang gitu deh." "Eh, iya kah? Sebanyak itu ya?""Kayaknya si Reno juga belum cerai sama istrinya kan, Ma?" "Iya sih, tapi kan bakalan cerai juga! Jadi, kamu harus pepetin terus, biar nanti kalau udah sah cera
Read more
Saling Menguatkan
#34"Karena itu gak akan pernah mengubah keputusanku dan Mas Reno untuk tetap bercerai, Mbak."Alma menjawab keingintahuan Dewi dengan jawaban lugas. Akhirnya, Dewi pun memilih tidak bertanya lagi dan mencoba mengerti keputusan berat yang sudah diambil Alma untuk berpisah dengan Reno."Kamu yang sabar ya, Al. Apa pun masalah kamu sama Reno, Mbak cuma bisa doain kamu supaya bahagia walaupun nantinya harus berjuang sendiri," ucap Dewi. Sebagai sesama wanita, Dewi memberikan supportnya terhadap Alma. Dia memilih tidak lagi menghakimi keputusan Alma dan justru memberikan rekan kerjanya itu semangat. Dewi menepuk-nepuk pelan pundak Alma untuk menyalurkan semangat baginya."Makasih, Mbak." Alma menyahut singkat, sembari memegang tangan Dewi. “Kamu pasti kuat, Alma. Mbak yakin.”Alma hanya mengangguk samar. Ia merasa bersyukur, sedikit beban di dadanya telah sedikit berkurang meski belum sepenuhnya. Namun, Alma bisa sedikit bernapas lega.'Sekarang giliranku harus memastikan sesuatu sama P
Read more
Reuni Tak Terduga
#35 "Mama, kita jadi ke pasar malamnya kan nanti malam?" tanya Lily pagi itu ketika mereka bertiga tengah menikmati sarapan."Lily mau ke pasar malam ya?" tanya Bu Hasna."Iya, Nek. Mama udah janji mau ngajak Lily ke sana. Sekarang kan nenek udah pulang jadi kita bisa kan pergi ke pasar malamnya?" Lily bertanya dengan nada antusias.Bu Hasna menatap Alma. "Ehm, kalau Ibu masih capek, nanti aku sama Lily aja yang pergi. Ibu istirahat di rumah aja," ucap Alma merasa tak enak hati jika memaksakan kemauan putrinya."Nggak kok, Nduk. Ibu udah cukup istirahatnya semalem, jadi kita bisa main ke pasar malam sesuai kemauan Lily," ucap Bu Hasna seraya menoel pipi cucunya."Beneran, Nek? Asyiikkk …." Lily bersorak bahagia. Tawa kecilnya itu pun mampu menularkan senyum tipis di wajah Alma. Melihat Lily dan sang ibu saja sudah cukup untuk menyemangati Alma. Ketiganya melanjutkan sarapan pagi, hingga Alma kembali mengalami mual."Huoekkk…!" Alma berlari kecil meninggalkan meja makan menuju ke ka
Read more
Pertikaian
#36 Hari itu menjadi hari yang begitu membahagiakan bagi keluarga kecil Bu Hasna. Canda tawa segera tercipta di rumah sederhana itu oleh celotehan Lily yang entah mengapa begitu cepat akrab dengan Rafael dan sang mama.Menjelang sore, Mama Arum dan Rafael akhirnya berpamitan untuk pulang. Bu Hasna bahkan memberikan buah tangan dari tanah suci yang tidak seberapa untuk Mama Arum."Tolong diterima ya, Bu. Ini memang nggak seberapa," ucap Bu Hasna sambil menyodorkan sebuah kantong ke Mama Arum."Ya ampun, Bu, malah jadi ngerepotin begini sih. Ini buat tetangganya Bu Hasna aja," ucap Mama Arum enggan menerima pemberian Bu Hasna."Mereka sudah saya kasih kemarin, Bu. Jadi ini buat Bu Arum aja, ya. Tolong diterima," ucap Bu Hasna lagi."Makasih banyak ya, Bu Hasna, Alma. Sekali lagi saya dan Rafael pamit pulang dulu, kapan-kapan bolehlah kalian berkunjung ke rumah saya," ucap Mama Arum tulus."Lily boleh main air di sana, Oma?" tanya Lily tiba-tiba menimbrung.Mama Arum memang menyuruh Li
Read more
Kehilangan
#37Suasana di halaman depan rumah  Bu Hasna seketika ricuh. Mereka tampak begitu panik melihat darah yang keluar dari sela kaki Alma."Panggil ambulance!" Salah seorang tetangga Alma berteriak agar mereka segera memanggil pertolongan untuk Alma."Alma … huhuhu. Maafin ibu, Nak," ucap Bu Hasna pilu seraya memeluk Alma yang tengah kesakitan di area perutnya."Sakit, Bu." Alma berucap lirih. Air mata tampak menggenang di kelopak matanya.Bu Kamila yang melihat keributan itu sama sekali tidak merasa bersalah dan hendak berlalu pergi, namun langkahnya urung seketika saat melihat Reno berlari menyusup di antara kerumunan."Reno? Ngapain dia ke sini? Siapa juga yang menghubungi dia!" ucap Bu Kamila geram."Alma, Alma. Kamu kenapa?" tanya Reno saat akhirnya dia berada di hadapan Alma yang tengah kesakitan."Mas Reno …," lirih Alma memanggil lelaki yang se
Read more
Maaf dan Terima Kasih
#38Hari sudah menjelang malam. Alma sudah selesai dikuret dan saat ini telah dipindahkan ke ruang rawat inap. Reno tidak kembali ke kantornya dan terus menunggui Alma di rumah sakit. Ia bahkan tidak sadar jika sempat menangis hingga akhirnya tertidur dengan posisi duduk."Nak Reno …," panggil Bu Hasna lembut seolah membangunkan mantan menantunya."E–eh, Ibu," sahutnya gelagapan. Pria itu tampak celingukan ke kanan dan ke kiri sambil mengumpulkan kesadarannya. "Alma udah selesai dikuret, Bu?" lanjutnya bertanya."Iya, Nak. Tadi Ibu juga nganterin Lily ke ruangan Alma," jawab Bu Hasna apa adanya."Oh syukurlah, Bu." Reno menggumam lega. Mengetahui jika Alma kini sudah baik-baik saja sudah cukup membuatnya tenang."Kamu mau nungguin sampai Alma bangun?"Reno menggeleng ragu. "Apa saya masih boleh bertemu dengan Alma, Bu. Saya gak pantas menemui Alma," ucapnya merasa bersalah."Kamu tetap boleh bertemu dengan Alma, Reno. Mungkin ada beberapa hal yang mau kalian bicarakan," ucap Bu Hasna
Read more
Diusir
#39Cklek!Reno membuka pintu rumahnya malam itu, dan langsung mendapati tatapan sinis dari Bu Kamila."Cih, masih berani juga kamu pulang ke sini!" sindir Bu Kamila ketus sambil membuang mukanya, seolah tak sudi menatap putranya lagi.Reno menghela napas pelan. Saat ini dia sedang tidak ingin berdebat dengan sang mama. Reno lantas hanya melanjutkan langkah kakinya saja menuju ke lantai atas."Kamu itu pasti udah dipengaruhi sama Alma, kan! Makanya kamu jadi ngelawan gini sama Mama!" seru Bu Kamila penuh kekesalan. Wanita paruh baya itu berdiri seraya berkacak pinggang."Plis, Ma! Aku lelah, aku ingin istirahat," pinta Reno dengan suara pelan, berharap agar Bu Kamila tidak memprovokasinya lagi."Kenapa, hah? Bukannya kamu udah merasa hebat karena tadi berani membangkang perintah mama!" hardiknya kian menjadi.Reno mengepalkan tangannya erat-erat, seakan tengah menahan amarah yang berkecamuk dalam dirinya."Cukup, Ma! Terserah Mama mau bilang apa ke aku, aku udah capek!" "Alma pasti p
Read more
Pedekate
#40Setelah Reno pulang, Bu Hasna dan Lily kembali ke ruangan tempat Alma dirawat. Bu Hasna mendapati Alma tengah duduk sambil termangu. Tatapannya lurus ke depan.Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya."Mamaaa …," panggil Lily setengah berteriak sambil berlari kecil ke arah ranjang Alma.Alma tersadar dari lamunannya lalu menoleh ke arah pintu. Ia berusaha menetralkan wajah sendunya dan mengulas senyum tipis."Lily jajan apa aja tadi?" tanya Alma begitu putri kecilnya sudah duduk di kursi yang berada di sisi ranjang."Banyak, Ma. Tadi Lily beli es krim, ini Lily beliin juga buat Mama," jawab bocah itu sembari menyodorkan sebuah es krim cone. "Makasih ya, Sayang." Alma mengelus lembut rambut Lily yang dikuncir itu. Wanita itu menyesap es krim yang diberikan oleh Lily. Jika dulu Alma akan mual, kali ini semua kembali seperti biasa sebelum Alma hamil. "Reno ke mana, Nduk?" Bu Hasna bertanya usai tak mendapati Reno di ruangan itu."Mas Reno udah pulang, Bu, mungkin sekitar 15 menita
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status