All Chapters of Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling: Chapter 31 - Chapter 40
84 Chapters
Bab 31. Menyimpan Bukti Rekaman
Tanganku gemetaran saat menerima pesan dari Mas Angga. Dia bilang ingin memesan catering makanan rumahan untuk papanya yang sedang sakit. "Semoga ini menjadi awal yang baik." Doaku dalam hati. Cita-cita ingin membuka restoran yang menyajikan menu masakan rumahan sepertinya mendapatkan jalan kemudahan. Dengan orderan pertama dari Mas Angga, aku berharap ini akan membuka peluang usaha bagiku. Orang kaya seperti Mas Angga pasti punya banyak koneksi dan jaringan. Tak banyak permintaan papanya Mas Angga. Hanya beberapa menu masakan simpel yang berhasil aku masak dalam waktu tak kurang dari satu setengah jam. Hari ini aku mematikan aplikasi warung online. Mas Angga memintaku untuk mengantarnya sendiri ke kantor tempatnya bekerja. Kebetulan kulihat alamatnya juga tak jauh dari kampung tempat tinggalku. "Loh, mie tek-teknya libur, May?" Mbak Titin yang baru saja datang menatapku heran karena aku sudah berpakaian rapi dan menenteng tas kresek putih. Oh iya.. aku sampai melupakan Mbak Ti
Read more
Bab 32. Makar Apalagi Ini?
Susah payah berpura-pura tak melihatnya, ternyata ia masih mengenaliku juga. "Hai, calon mantan kakak ipar, kenapa kamu ada disini?" Ia langsung menghadang jalanku dan tak membiarkanku masuk kedalam lobby. Heh, kenapa harus menyebutku dengan sebutan calon mantan kakak ipar? Detik ini juga suruh abangmu talak aku! Aku sudah siap kok menjadi mantan iparmu. Tak usah sindir-sindir pakai kata calon lagi! Tapi aku hanya diam saja karena tak ingin menjawab pertanyaan orang yang punya andil besar dalam rusaknya rumah tanggaku. "Hm, pasti kamu mau nyari kerjaan disini, kan? Aku beritahu kamu sebelum kecewa, disini gak ada lowongan buat emak-emak! Semua karyawan disini itu masih muda-muda dan penampilannya modis, cantik, wangi, dan terawat, gak kayak kamu yang kusam dan kucel mirip gembel." Kali ini Irfan mulai menyerangku dengan hinaannya. Hahaha, mungkin dia salah mengira aku sedang melamar pekerjaan disini karena aku memang membawa sebuah map berisi file penawaran harga catering. Bisa ja
Read more
Bab 33. Talak
"Nyo-nyonya? Nyonya ada di sini?" Raut wajah Mas Angga keheranan melihat Bu Rosmala berbincang denganku di ruang tunggu. Mungkin ia baru sempat melihat pesanku yang mengabarkan bahwa aku sudah sampai di parkiran motor. Wanita tua bernama Rosmala itu sama sekali tak menjawab pertanyaan Mas Angga dan malah mengalihkan perhatiannya padaku. "Besok saya kabari lagi kalau cocok dengan menunya." Aku mengangguk dengan mengukir sebuah senyuman canggung. Jujur aku merasa ada sesuatu yang tak beres disini. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana wanita tua tadi membodohiku dengan berpura-pura melihat menu pesanan Mas Angga tapi di sela-sela jarinya menyembunyikan bubuk yang dibungkus seperti resep obat puyer dari puskesmas dan menaburkannya ke atas masakanku. Kalau ada apa-apa dengan Papanya Mas Angga, otomatis akulah yang menjadi tersangka utama. "Terima kasih, Bu Maya, saya pamit dulu ke ruangan. Masih banyak dokumen yang harus saya tanda tangani." Ia tak mau bersalaman denganku karena mas
Read more
Bab 34. Teori Konspirasi
POV Indra Laksmana Rasanya nyaman banget tinggal di rumah orang tua. Segala macam disiapin, apa-apa diturutin, pokoknya enak deh. Gak kayak di rumah sendiri, setiap hari harus diomelin Maya, setiap hari harus mendengar keluhan masalah uang kurang, dan yang paling bikin gak betah tuh suara berisik anak-anak. Sangat mengganggu sekali! Aku gak tau kenapa rasanya benci sekali melihat kedua putri kembarku itu. Karena impian terbesarku adalah memiliki anak laki-laki yang kelak akan menjadi penerusku. Jadi, mau seperti apapun orang memuji kelucuan putri kembarku, aku tak merasa bangga sama sekali memiliki mereka. "Ndra, ini sudah tiga bulan lho kamu tinggal disini? Kamu gak mau pulang?" Ibu sempat bertanya padaku. Mungkin beliau lama-lama risih juga karena aku menambah beban hidupnya. Memang sudah tiga bulan ini aku kembali ke rumah ibuku. Setelah pertengkaran itu terjadi, aku jadi semakin malas bertemu dengan Maya. Aku masih merasa kesal dengan sikap Maya yang selalu menomor duakan orang
Read more
Bab 35. Adikku Sayang, Adikku Malang
POV Indra LaksmanaPucuk dicinta ulam pun tiba! Kesempatan bagus ini tak boleh terlewatkan begitu saja.Sudah lama aku mendambakan naik jabatan ke atas. Kapan lagi aku yang hanya seorang lulusan SMA bisa kerja kantoran dengan jabatan mentereng sebagai asisten manager."Aku mau, aku mau, Mon! Aku sudah bosan jadi pengawas bagian. Pengen ngerasain jadi orang penting di perusahaan." Jawabku tanpa malu-malu lagi. Bukankah tadi Mona sendiri yang menawarkannya padaku?Mona mendekat ke tempat aku duduk lalu berbisik dengan mesra di telingaku, "Mona mau bantuin Mas Indra, asalkan… Mas Indra mau jadi pacar Mona. Gimana?"Hatiku berdebar tak karuan. Jarak yang terlalu dekat diantara kita membuat pikiranku melayang entah kemana. Bau harum tubuh Mona membuat aku lupa diri. Ah, Mona… sudah dari dulu aku ngefans sama kamu. Gak nyangka hari ini dapat rejeki nomplok ditembak sama Mona."Ma-mau banget, Mon!!" Sudah pasti aku terima. Siapa yang bisa menolak pesona wanita secantik Mona?Urusan Maya bisa
Read more
Bab 36. Lewat Jalur Orang Dalam
"Mas Indra, tolong ikut saya ke ruangan Pak Doni sebentar, yuk!" Nah belum juga kucari, eh malah dia duluan yang datang mencariku. "Ada apa memangnya?" Tanyaku penasaran. Kira-kira kenapa ya orang penting nomor dua di perusahaan ini memintaku menemuinya. "Masalah promosi naik jabatan." Mona mengucapkannya dengan suara yang lirih, takut orang lain mendengarnya. Mataku langsung bersinar cerah. Masalah Irfan bisa aku urus nanti saja lah. Yang ini jauh lebih penting! Asisten manager, sebentar lagi jabatan itu pasti jadi milikku. "Ayok!!" Kali ini aku sangat bersemangat. Bahkan aku lupa jika saat ini lututku masih bergetar hebat karena habis dibawa ngebut sama tukang ojek yang beralih profesi jadi pembalap jalanan. Tok-tok… Sampai di depan ruangan Pak Doni, jari lentik dan indah milik Mona mengetuk perlahan pintu ruangan Pak Doni. Ah, aku kagum sekali! Wanitaku ini benar-benar memiliki attitude yang sangat bagus, masuk ke ruangan atasannya saja pakai ketuk pintu dengan sopan sega
Read more
Bab 37. Fakta Baru
POV Raden Angga WijayaSetelah berpisah dengan Maya, aku segera ke ruanganku untuk mengambil kunci mobil yang masih tertinggal di atas meja. Aku melewati Rosmala yang masih saja berdiri dengan angkuh di samping meja resepsionis. "Hei mau kemana kamu, Angga?!" Tanya Rosmala saat melihat aku hendak pergi meninggalkan kantor.Ku angkat tas kresek bungkusan dari Maya tadi dan menunjukkannya kepada Rosmala, "Mau pulang ke rumah, nganterin makan siang papa." Rosmala tersenyum penuh arti. Tidak biasa-biasanya dia memberikan seulas senyuman padaku. Apa dia salah minum obat tadi?"Salam buat Mas Hadi, ya! Suruh dia makan yang banyak agar cepat sehat dan pulih seperti sedia kala."Tak ku hiraukan ocehan wanita yang sudah merebut hasil kerja keras Papa Hadi dan Mama Rasti. Aku harus segera menemui Maya di taman kota untuk mencari tahu apa hal penting yang ingin disampaikannya. Jangan sampai dia menunggu kedatanganku terlalu lama."Loh, bukannya itu Maya?" Gumamku saat melihat Maya sedang bers
Read more
Bab 38. Ikuti Permainan Mereka
POV Raden Angga Wijaya. Mobil sedanku langsung meluncur menuju ke kantor penyidik kepolisian setempat. "Ham!!" Aku berteriak seraya melambaikan tangan kepada Ilham yang terlihat kebingungan mencari keberadaanku. Ilham adalah teman masa putih abu-abuku yang sekarang bekerja sebagai penyidik di kantor kepolisian ini. Aku memang sudah mengabarinya lewat telepon saat dalam perjalanan tadi. Jadi tak perlu menunggu lama dia sudah bersiap menemui aku. "Tolong bantu aku untuk mengecek makanan ini, Ham!!" Aku menyerahkan kresek putih berisi makanan yang sudah terkontaminasi racun. "Tadi aku sudah memberikan sedikit tester pada kucing liar. Dan hasilnya… kucing liar itu langsung roboh sebelum hitungan ketiga." Aku mengucapkan kalimat terakhir dengan getir karena teringat lagi dengan makhluk lucu dan imut yang harus menjadi korban sebagai kelinci percobaanku. Perasaan bersalah kembali melanda. Ilham langsung menerima tas kresek itu dengan hati-hati. "Oke, Bro! Nanti gue kabarin hasilnya." A
Read more
Bab 39. Temuan Baru
POV Raden Angga Wijaya. Setelah mendapat persetujuan dari Papa Hadi, aku langsung bergerak cepat dengan menghubungi dokter kenalanku dan memintanya untuk bekerja sama dalam memuluskan rencana ini. "Pa!!! Papaaaaa!!" Aku berteriak panik saat papa mulai menjajal kemampuan aktingnya dengan berpura-pura pingsan di hadapanku. Semua pegawai di rumah ini mulai dari pembantu rumah tangga, tukang kebun, satpam, dan supir keluarga ikut berdatangan mengerubungi gazebo tempat papa berpura-pura pingsan. "Tuan!!" "Tuannn!" Mereka semua panik. Akupun juga harus ikut terlihat panik. "Halo, Dokter!!! Tolong ke rumah kami segera. Papa collapse dan tak sadarkan diri." Aku menghubungi Gusti, sahabatku yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam di salah satu rumah sakit swasta di kota ini. Para pegawai laki-laki di rumah ini bergotong royong mengangkat Papa Hadi ke kamarnya. Tak selang lama Dokter Gusti, kenalanku sudah sampai ke rumah dan segera memeriksa kondisi Papa Hadi di dalam ka
Read more
Bab 40. Tangkapan Besar
POV Raden Angga Wijaya "Prof, tolong bantu analisa DNA dari sampel rambut serta air liur ini," Aku menyerahkan sebuah plastik bening transparan yang diberi label huruf A. Plastik bening itu berisi sehelai rambut yang kuduga milik Maya, juga botol air mineral bekas Maya minum. Aku tidak yakin apakah itu rambut milik Maya atau bukan, karena rambut itu hanya menempel di jilbab Maya bukan aku dapat mencabutnya sendiri dari kulit kepala Maya. Jadi aku menambahkan sampel lain berupa air liur Maya yang menempel di bekas botol air mineral. Jika sehelai rambut itu bukan milik Maya, setidaknya masih ada sampel air liur yang lebih akurat. "Apakah benar pemilik kedua sampel tadi ada hubungan darah dengan pemilik potongan kuku ini?" Aku lalu menyerahkan plastik bening lainnya yang juga sudah diberi label huruf B. Plastik yang ini berisi potongan kuku milik Papa Hadi. Entah bagaimana awalnya, tapi firasatku mengatakan bahwa Maya ini adalah Maya kami yang telah lama hilang. Tatapan mata wanita i
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status