Semua Bab Istri Yang Kucampakkan: Bab 31 - Bab 40
55 Bab
Bab 31
"Kenapa senyam-senyum sendiri?" tanya Fatih dengan ketus. Rani yang melihat Fatih baru saja keluar dari kamar mandi pun terhenyak karena melihat separuh diri Fatih yang polos berotot. Rani bingung membalik badan dan mencari sesuatu untuk menutupi matanya.Rambut basah dengan sisa aliran air yang membasahi tubuh, membuat Fatih terlihat begitu maskulin. Hanya saja, sikap ketusnya yang membuat Rani selalu naik pitam. "Carikan pakaianku!" tegas Fatih. Ia masih berdiri dengan kaki menekan kain di lantai depan kamar mandi."Cari aja sendiri," balas Rani masih dengan nada tak peduli.Fatih mencebik. Ia membuka kopernya dan mencari pakaian yang pas untuk siang ini. Kebetulan, udara sejuk sangat cocok memakai pakaian berbahan katun. Tanpa sadar, mereka sama-sama memakai pakaian yang bercorak sama. Fatih menyisir rambutnya di depan cermin sesekali menyimpan senyuman ketika melirik pada sosok yang sibuk dengan ponsel di tepi ranjang."Dah." Fatih berdiri di dekat gadis itu. Rani mendongak. A
Baca selengkapnya
Bab 32
Lepas menemui Alin, Fatih pun pulang. Namun, hari sudah tak terang lagi. Sudah pukul sebelas malam. Sepeda motor telah ia matikan dan pintu gerbang ia tutup. Kebetulan satpam belum bisa masuk karena alasan sakit. Kedua alis Fatih hampir bertautan karena melihat rumah dalam keadaan sepi pun dengan gelap gulita. Fatih dengan langkah pelan mencoba masuk. Ia langsung merambat dinding dan menyalakan lampu.Namun, yang ia lihat seperti telah terjadi sesuatu. Barang pecah belah telah berserakan di lantai. Seisi ruang kepala langsung tertuju pada Rani. Fatih berlari mencari gadis itu ke kamar. Akan tetapi, setelah sampai sana ia juga tak menemukan sesuatu. "Ran!" Fatih panik. "Rani!" Sekali Fatih berteriak dan mencari semua sudut ruangan tetapi nihil.Fatih kebingungan dan ia sampai bergetar memegangi ponselnya.Fatih menghubungi salah seorang temannya untuk datang ke rumah dan mencari keberadaan Rani bersama dengannya.Lepas menunggu beberapa saat, datang seorang pemuda juga dengan usia s
Baca selengkapnya
Bab 33
"Alhamdulillah, udah masuk lagi. Aku kesepian enggak ada Mbak." Gadis berambut panjang itu mengulas senyuman bahagia. Saking bahagianya, ia sampai memeluk Rani dengan erat dan membuat sesak napas."Aduh!" Rani meringis menahan pelukan."Hehehe, maaf, Mbak! Aku saking kangennya." Gadis itu kembali mengayun senyuman. Mereka memasuki lift secara bersamaan. Hari ini terasa lain bagi Rani. Ia tidak begitu bersemangat. Semua berawal dari urusan pribadi yang tak menemukan ujung. Rani membenahi jilbabnya menatap cermin kaca jendela. Pekerjaan yang sudah menumpuk karena beberapa hari tidak masuk, Rani tak sempat makan di siang. Ia sengaja menolak ajakan Fita tadi. Seakan tak ada jeda waktu untuk istirahat, penyemangat Rani hanyalah dua wanita yang ia punya, Ibu dan adiknya. Pundak terasa panas dan pegal pun tak dirasa. Jemari cantik dengan kulit putih bersih terus menari di atas keyboard, Rani tak mengindahkan waktu. Sesekali mendesis karena kakinya yang masih sedikit perih."Ran?" Seseora
Baca selengkapnya
Bab 34
Rani menatap wanita itu dengan hati berdebar-debar. Selama menjalin kehidupan di dalam keluarga Fatih, baru kali ini dia bertatapan berdua saja dengan Dini. Wanita itu lantas duduk tanpa mengalihkan matanya dari wajah Rani yang memucat tiba-tiba."Aku ingin tanya satu hal denganmu." Dini mulai menarik napasnya lalu mengembus sebagai tanda dia sedang serius. "Apa kamu mencintai adikku--Fatih?" Rani mendongak. Ia bingung harus bilang apa. "Jawab saja dengan jujur. Tidak usah takut atau khawatir akan dikeluarkan dari perusahaan. Karena kau menikah dengannya hanya karena harta. Hanya karena ingin melunasi hutang Bapakmu yang menyusahkan kami. Ingat, harusnya kau dan Ibumu tau diri.""Maaf, saya hanya mengikuti permintaan Om Bram. Beliau sudah sangat berjasa pada kami. Lagipula, kami semua menginginkan Fatih kembali dekat dengan Papanya. Dia hanya terjebak dalam ego-nya sendiri." Rani tak peduli andai ada yang mendengar percakapan mereka. Ia bahkan tak memikirkan perasaannya sendiri."K
Baca selengkapnya
Bab 35
Rani duduk di ruang makan dengan mengaduk sereal di mangkuknya. Berhadapan dengan Fatih yang sejak tadi diam saja. Selang seling bergantian mereka saling melirik. Bingung ingin mengatakan apa.Kala diam mereka, terdengar bel dari pintu utama. Mereka menoleh. Fatih berdiri ingin membuka pintu tetapi Rani melarangnya. "Biar aku aja." Fatih urung. Ia duduk lagi dan menyantap sarapan yang dibuatkan oleh gadis itu. "Iya, cari siapa?" Saat Rani membuka pintu, muncul wajah wanita tempo lalu. Wanita yang membuat hatinya hancur kala mendapati Fatih berduaan dengannya."Fatih mana? Aku ingin bertemu dia," ucap Alin dengan wajah angkuhnya. Ia tak mau tahu siapa yang tengah berhadapan dengannya."Fatih masih sibuk. Untuk apa kamu mencarinya?" Rani tak mengizinkan wanita itu masuk. Ia menutup kembali pintu dan tubuh Rani keluar sempurna.Rani menguatkan dirinya sendiri. Ia tak boleh takut, apalagi minder lagi setelah mengetahui Fatih juga memiliki perasaan padanya. "Katakan padanya aku menungg
Baca selengkapnya
Bab 36
"Maaf, Bu. Kami tidak pacaran. Kami sedang diskusi. Lagipula ini masih ada sisa jam istirahat." Rani menjawab dengan tegas. Setelah sempat bicara berdua dengan wanita itu beberapa saat lalu, kini ia tak takut lagi."Apakah kamu tidak pernah diajari sopan santun dengan atasan? Bicaramu lancang sekali." Dini membalik badan dan pergi dari sana. Saat wanita itu sudah tak tampak lagi, pundak Rani luruh. Ia menghela napas panjang dan semakin ingin keluar dari kantor itu. "Sabar, Ran! Kalau kamu mau, aku bisa Carikan kerjaan lain. Kamu bisa tenang tanpa setiap hari bertemu dengan mereka." Pria itu tersenyum manis. Ketulusan yang ia tujukan mengubah cara pandang Rani. "Makasih banyak, Mas. Aku akan coba pikirkan rencana ke depan. Aku ingin pulang ke rumah Ibu. Tapi, masih berat karena sudah janji dengan Om Bram. Akan membantu Fatih berubah." "Oke, kalau begitu. Aku hanya bisa bantu sedikit, jika kamu berkenan jangan sungkan bilang sama aku."Mereka beriringan melangkah menuju ruangan masi
Baca selengkapnya
Bab 37
"Jawab dulu, kita ada di mana ini? Kenapa hanya aku dan kamu?" Fatih memaksa. Dia terus mencekal tangan Rani, tak mengizinkan ia pergi."Lepasin, Fatih! Kamu sudah terlampau jauh. Maka dari itu, aku dan Roy membawamu ke sini. Lagipula, aku sudah bilang sama Papamu untuk sementara Waktu tidak tinggal di sana." Sebenarnya, Rani tengah menahan hawa panas di dadanya, tetapi ia harus berkata jujur. "Jadi ... ini di rumah Roy? Kenapa kamu mengajakku ke sini?" Rani mengernyit. Ia heran dengan Fatih yang terlalu plin-plan. Lelah menjelaskan, Rani lantas pergi ke luar kamar.Fatih pun segera masuk ke kamar mandi. Ia melihat handuk dan pakainnya sudah siap di sana. Ia menghela napas. Tidak sepenuhnya menyalahkan Rani, ia tahu Rani melakukan semua itu untuknya. Rani benar-benar berperan menjadi istri. Namun, Fatih merasa dirinya sulit untuk menjadi suami gadis itu. Ia belum siap dan entah sampai kapan. Perih di hati kembali menganga ketika mengingat kejadian kemarin siang. Kedekatan antara ga
Baca selengkapnya
Bab 38
Rani mendesis perih disertai rasa dingin yang mulai mendominasi. Fatih menutup kembali bagian yang terekspos. Ia segera berdiri dan meninggalkan Rani lagi. Di saat, Rani ingin mendapat sejumput perhatian, fatih selalu menghindar. Meski rasa malu masih tampak pada diri gadis itu, sejatinya ia ingin berlama-lama di dekat Fatih.Rani membenamkan diridi dalam selimut. Bukan hanya dirinya, tetapi hatinya juga. Ia memendam perasaan yang tak mampu tertuang di hadapan pria itu. Kepada siapa lagi ia harus bercerita, selain kepada Ibunya. Rani segera menelpon Erika dan bertanya kabar. Basa-basi itu mudah sekali terbaca oleh Erika. Wanita tua yang seumuran dengan Bram itu banyak memberikan nasihat agar Rani bertahan. Erika tak ingin putri bungsunya gegabah dalam mengambil tindakan. "Makasih, Bu. Rani ... sebenarnya ingin pulang. Tapi ...."Pembicaraan yang singkat itu ternyata didengar oleh Fatih dari balik dinding. Siapkan tanpa suara itupun membuat Fatih tak bisa mencegah obrolan antara anak
Baca selengkapnya
Bab 39
"Fatih, em ...." Rani mendadak bimbang. Ia ingin mengutarakan keinginannya tetapi sungkan. "Apa?" Lirikan mata elang itu membuat Rani semakin takut mengungkapkan niatnya."CK. Cepetan bilang! Atau aku enggak mau dengar," ancam pria itu sambil menutup lagi buku bacaannya. Fatih mulai lelah menunggu dan berdiri setelah beberapa saat duduk di sofa kamar."Em." Gadis itu masih memainkan jemarinya. "Boleh, enggak kalau Anggi ikut tinggal di sini? Aku ... enggak enak perempuan sendiri di sini. Atau, aku pulang aja ke rumah Ibu. " Fatih mengerutkan keningnya. "Bahaya di sana. Nanti kalau penculik kamu datang lagi gimana? Di sana tidak ada laki-laki. Siapa yang akan menolong nanti?" Rani membenarkan ucapan pria itu. Ia diam membisu setelah tak mampu menampik saran Fatih. Fatih menghela napas dalam-dalam. "Kalau kamu rindu dengan Ibu dan adikmu, aku akan antar nanti sore. Kita menginap di sana. Tapi, hanya sehari saja, aku tak mau terus-terusan satu atap dengan mereka." Fatih keluar kamar.
Baca selengkapnya
Bab 40
"Aku tak ada waktu untuk menjawab semua itu." Fatih yang baru saja menutup map berisi berkas-berkas penting harus mendengarkan ucapan kakaknya dulu sebelum beranjak dari kursinya."Jangan bilang kau sudah mulai cinta dengannya. Apa kau lupa dengan ucapan Papa ketika hinaan yang lolos dari mulutnya itu? Kau akan datang padanya ketika uangmu habis." Dini mengulas senyum miring. "Itu urusanku dengan dia. Aku berdiri di sini bukan untuk siapa-siapa kecuali diriku sendiri. Aku juga tak peduli jika Papa masih menghina di belakangku. Semua itu akan ada balasannya." Fatih menghentakkan kumoulang berkas di tangannya dan membentur menja. Ia segera meninggalkan tempat itu.Kesal dengan sikap Fatih, Dini meremas tangannya sendiri. Ia tak bisa melihat Fatih bertahan di tahtanya. Wanita dengan blazer orange itu kembali pergi ke ruangannya.Fatih berjalan keluar kantor. Tepatnya, berdiri di antara pavingan yang sedikit ditumbuhi rumput hijau. Pemandangan segar di taman samping itu membuatnya menata
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status