All Chapters of Dokter Jenius Milik CEO Arogan: Chapter 21 - Chapter 30
140 Chapters
Bab 21. JANGAN TERSENYUM KEPADAKU
Restoran kecil yang kini didatangi Amber dan sopir Ian letaknya cukup jauh dari rumah keluarga Elly dan lebih dekat dengan pusat kota. Dari restoran ini, orang hampir tidak bisa melihat gerbang depan sekolah menengah yang pernah dihadiri Elly.Pemilik restoran adalah pasangan paruh baya. Karena sudah lewat jam makan siang, hanya ada dua orang yang makan di restoran tersebut. Sang istri sedang duduk di depan pintu dapur memetik sayuran dan sang suami melihat-lihat tagihan dari konter. Melihat keduanya masuk, dia dengan antusias bertanya, "Apakah kalian ingin makan sesuatu?"Amber dan sopir Ian melihat menu dan memesan tiga piring makanan dan sup. Sopir itu khawatir bosnya akan lapar jadi dia dengan penuh pertimbangan meminta piring baru dari pemilik restoran, mencucinya lagi dan kemudian membawanya ke Ian yang ada di dalam mobil. Namun, tidak lama sopir itu kembali dengan sepiring makanan yang dibawanya tadi dalam kondisi yang sama persis.Amber yang dapat melihat ekspresi sedihnya ter
Read more
Bab 22. RASA SAKIT DI HATI part 1
Satu ember air kotor yang ditinggalkan entah sudah berapa lama, sangat kotor dan bau, baru saja disiramkan ke arah Amber. Seketika, bau asam yang tajam merasuki indera penciuman Amber.Amber sangat terkejut dan ketakutan sampai shock, dia terus berdiri membeku di tempat dengan sekujur tubuh yang basah. Orang yang menyiramkan air kotor ke seluruh tubuhnya adalah seorang nenek tua dengan punggung agak bungkuk. Sebelumnya ketika nenek itu mendekati mereka dengan membawa ember kotor, Amber mengira dia berencana membuang sampahnya di suatu tempat, tetapi tidak disangka hanya beberapa saat kemudian, Amber melihatnya mengangkat ember itu tinggi-tinggi dan mengarahkan isinya ke Ian.Pada awalnya Amber berencana hanya menariknya keluar dari jalan. Namun, karena dia tinggi dan berat, meskipun dia berhasil menariknya menjauh, tapi dia juga seperti melemparkan dirinya ke dalam garis api. Ingin menyelamatkan Ian malah dirinya yang terkena.Nenek tua itu tidak pergi bahkan setelah menuangkan air k
Read more
Bab 23. RASA SAKIT DI HATI part 2
Kali ini adalah mandi paling lama dan paling hati-hati yang pernah Amber lakukan sepanjang hidupnya, bahkan dia juga mencuci rambutnya sampai tiga kali. Hingga ketika dia akhirnya keluar, dia tidak bisa mencium sedikit pun rasa asam.Setelah mandi Amber mengangkat teleponnya, dia melihat pesan yang belum dibaca dari Ian. "Pakaianmu ada di depan pintu."Ketika membuka pintu, Amber memang menemukan satu paper bag besar di depan pintu kamar hotelnya. Dia mengambilnya dan membawanya masuk, lalu membukanya di dalam kamar.Amber memperhatikan kalau di dalam paper bag tidak hanya berisi jaket, tetapi juga ada sebuah celana jins, kaos dalam hangat dan sekotak pakaian dalam sekali pakai.Mengingat bahwa seorang pria telah membeli semua barang-barang itu, Amber merasa tidak nyaman dari ujung kepala sampai ujung kaki, tetapi karena sudah dibeli, tidak peduli bagaimana perasaannya, dia harus ganti. Set pakaian aslinya sudah terlalu bau dan berminyak, sama sekali tidak bisa dipakai.Beberapa saat
Read more
Bab 24. MENAHAN TEMPERAMEN
"Bau sekali!" Dua kata yang tertangkap oleh indera pendengaran Amber itu seketika membuatnya langsung memahami kata-kata yang pernah dia dengar di Internet, 'tersenyum di luar dan memandang rendah di dalam.'  Meskipun Amber tahu kalau Ian tidak dapat dipahami melalui cara normal dan pria ini tidak dapat diminta untuk bersikap seperti orang biasa, tetapi setelah dia mencuci rambutnya dan mandi tiga kali, hampir menggosok seluruh lapisan kulit tubuhnya, tetapi masih mendengar sebuah evaluasi seperti itu dari mulut seseorang, itu benar-benar membuatnya ... menggertakkan gigi! Saat ini Amber berusaha untuk menahan temperamennya, hanya bisa dengan canggung meminta maaf lagi. "Maaf membuatmu jijik dengan bauku." Sekali lagi Ian merespon dengan mendengkus. Respon Ian itu benar-benar membuat Amber ingin memukulnya, tapi dia urungkan. Dia menarik napas dalam-dalam, dengan tegas memut
Read more
Bab 25. DO THE BEST
Setelah makan malam, mereka kembali ke alun-alun yang baru direnovasi. Rupanya, malam itu sangat ramai. Para orang tua membawa anaknya ke sini untuk bersenang-senang. Ada yang menari, ada yang bermain bola, bahkan ada yang hanya sekedar duduk-duduk dan berbincang santai.Amber tidak tahu apakah harus menyebut keberuntungannya baik atau buruk karena meskipun alun-alun itu tidak terlalu besar atau kecil, dia masih berhasil bertemu dengan seseorang yang dia kenal—guru matematika sekolah menengah Elly—dan guru matematika itu bahkan mengenalinya lebih dulu.Guru matematika itu berlari untuk menyambutnya. "Ah, Pengacara Camille? Anda masih di sini?"Amber ragu-ragu sejenak sebelum pulih dengan senyuman, lalu menunjuk ke arah Ian yang berada di sisinya. "Ya, aku melihat lingkungan di sini cukup bagus jadi aku berencana tinggal di daerah ini dengan kekasihku."Saat ini Ian memandang mereka dengan dingin, tanpa niat untuk ikut bermain. Amber mulai berkeringat.Untungnya, guru matematika itu ta
Read more
Bab 26. INSIDEN DI RUMAH SAKIT
"Aku akan melakukan yang terbaik untuk memperlakukanmu sebagai kekasihku." Amber berkedip sejenak, sebelum akhirnya mulai mengerti kalau itu adalah tanggapan Ian terhadap lelucon yang dia ucapkan sebelumnya. "Tidak apa-apa, kamu tidak perlu memaksakan dirimu ...." "Tidak masalah." Ian cukup bangga dengan jawabannya. Amber terdiam. Berkomunikasi dengan Ian ternyata benar-benar sulit.  Awalnya Amber telah merencanakan untuk melancarkan segalanya untuk memahaminya lebih baik, tetapi teralihkan oleh telepon dari Ruby.  Setelah panggilan berakhir, Amber melihat ada masalah. "Kenapa kita belum sampai?"  Amber mengedarkan pandangannya ke luar, sekelilingnya gelap gulita dan lampu kota terlihat sangat jauh. "Kita mau kemana? Bukankah kita akan kembali ke hotel?" Ian menjawab, "Tidak." "Kenapa? Aku masih memilik
Read more
Bab 27. BISAKAH KAMU MENCIUMKU
Hari sudah sangat larut ketika Elly akhirnya tertidur. Amber memberi tahu perawat untuk memberinya obat kemudian dia memakai sepatunya lagi dan akhirnya keluar dari ruangan. Sepanjang seluruh proses, Ian hanya berdiri di ambang pintu tanpa bergerak atau berbicara. Saat Amber pergi, dia juga pergi.  Setelah pintu ruangan ditutup, Amber bertanya, "Apakah kamu lelah?" Ian tidak menjawab. Perawat yang bertugas mengintip keluar, lalu menyapa Amber. Dia menatap penasaran pada pria di sisinya. Amber berbalik, tersenyum. "Pasien sudah tenang sekarang. Tidak banyak yang harus dilakukan untuk sisa malam ini. Aku akan tiba di sini besok pagi dan menyusun rencana perawatan baru untuk dia." Perawat itu membuat simbol OK dengan tangannya, lalu menunjuk ke arah Ian dan berkata, "Pacar?" Amber menggelengkan kepalanya dengan cepa
Read more
Bab 28. GOSIP YANG MENGALIR DERAS
"Departemen psikiatri? Kamu ... Amber Camille?""Ya," jawab Amber yang sebenarnya tidak berharap untuk benar-benar dikenali. Kemudian Amber pun membalas tersenyum dengan hormat. "Selamat pagi, dokter."Tanpa disangka dokter itu akhirnya malah berkata, "Kamu adalah dokter yang seluruh slot janji temunya telah dipesan, bukan?" Dokter wanita itu melihat Amber dari atas hingga ke bawah. "Karena seseorang ingin memanjakanmu, mengapa kamu masih di sini menjadi dokter?" Setelah mengatakan itu, dia pergi dengan cepat, meninggalkan Amber berdiri sendirian, tertegun tak bisa berkata-kata.Pada saat ini, beberapa dokter dan perawat keluar. Amber dengan cepat berbalik dan mengikuti dokter wanita itu keluar ruangan. Setelah keluar, mau tidak mau dia berbalik dan melihat tanda departemen dengan jelas—ternyata dia telah mengembara hingga ke kantor ginekologi.Amber agak putus asa dan tidak bergegas kembali ke kantornya. Dia mengangkat telepon rekan kerjanya untuk mengecek sesuatu. "Apakah aku masih
Read more
Bab 29. SATU GIGITAN
Video yang diperlihatkan oleh Stanley itu sangat singkat, berdurasi kurang dari dua puluh detik saja panjangnya, tapi isinya adalah pemandangan yang mengerikan. Meskipun sebelumnya Amber bersiap untuk adegan yang brutal. Namun, dia masih terperangah dan kemarahan yang besar menguasai dirinya. Dia tidak pernah membayangkan bahwa anak-anak bisa sekejam itu. "Ini ilegal!" sentak Amber seraya memandang Stanley, berdiri dan meletakkan tumpukan dokumennya di atas meja. "Sebagai seorang guru dan sudah mengetahui kebenaran, bagaimana mungkin kamu tidak memanggil polisi, tetapi malah berusaha menutupinya?" Kepala Stanley terkulai sedikit. "A-Aku juga tidak punya pilihan. Sebagai staf guru matematika biasa, aku hanya bisa menuruti apa yang atasanku perintahkan. Seperti yang kamu lihat, anak-anak yang ikut dalam kekerasan tidak hanya satu atau dua anak. Itu adalah kerumunan mereka. Dua dari keluarga anak-anak itu memiliki hubungan yang dalam, sehingga seluruh kerumunan pada dasarnya dapat mel
Read more
Bab 30. I'LL KISS WHENEVER I WANT
Setelah Ian melepaskan gigitannya, Amber secara reflek mencengkeram satu sisi wajahnya. Paling tidak, tidak ada air liur atau semacamnya di pipinya dan ciuman itu juga tidak menyakitkan. Namun, perilaku semacam ini adalah .... Wajah Ian masih terlihat tanpa emosi dan sepertinya dia tidak mencoba memanfaatkan Amber jadi Amber tidak ingin membuat masalah menjadi terlalu rumit. Yang dia lakukan hanyalah dengan bercanda mengatakan, "Sepertinya kamu benar-benar tidak menyukai setengah lesung pipitku, sehingga kamu bahkan ingin menggigitnya. Haruskah lain kali aku memakai topeng?" Ian yang masih dalam posisi setengah berjongkok, menatap Amber dengan tatapan kosong. 'Apakah dia tidak menyukainya? Sebenarnya tidak. Mungkin dia sudah terbiasa sekarang, tapi setengah lesung pipitnya tidak lagi tampak begitu tidak menyenangkan di mata pria ini.' "Tidak perlu untuk itu," ucap Ian. Amber meng
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status