All Chapters of Bertaruh Hati Demi Anak Tiri: Chapter 31 - Chapter 40
101 Chapters
Patah Hati
Ucapan Jody benar-benar membuat Pricilla dirundung gelisah. Satu sisi ia percaya dengan apa yang dikatakan Jody. Tidak hanya Jody, bahkan Nury berkata demikian. Di sisi lain, Pricilla merasa tidak percaya. "Cilla! Lu di sini rupanya?" sapa Nury. "Huwaaaa!" Tangis Pricilla pecah. "Astaga! Lu kenapa nangis, sih? Ada apa?!" Nury panik. Dalam tangisnya Pricilla berkata bahwa yang dikatakan Nury ternyata benar, jika Dio adalah playboy. "Ya, Tuhan, gue pikir lu kenapa? Yuk, masuk! Udah bel tauk!" Nury menyeret Pricilla. Pricilla yang tidak ingin sang guru serta teman lainnya tahu, ia memutuskan untuk membasuh muka terlebih dahulu, setelah itu masuk. Dua mata pelajaran sudah guru sampaikan, tetapi entah apa bahasannya Pricilla tidak dapat mencerna. Hingga akhirnya bel pulang berbunyi. Pricilla bergegas meninggalkan kelas. Di gerbang, Pricilla diam mematung sembari menunggu Shreya menjemput. Tin! Suara klakson motor berhasil mengagetkan Pricilla dan menoleh. "Naik!" titah Jody. P
Read more
Rencana Melani
Shreya turut merasakan sedih melihat Pricilla. Cinta Pricilla terlihat sangat tulus walaupun bisa disebut masih cinta monyet. Gadis itu benar-benar rapuh. Kepalanya ia sandarkan di dada Shreya. Lagi lagi moment yang tepat bagi Shreya. "Menangislah jika itu bisa membuat hatimu merasa lega," kata Shreya sembari mengusap kepala Pricilla. Anak baru gede itu merasa diberi petunjuk. Ia pun menangis sejadinya. Shreya benar-benar membiarkannya sampai akhirnya Pricilla tenang, barulah angkat bicara."Laki-laki yang baik itu pasti akan menjaga perasaan wanitanya. Laki-laki yang baik itu menepati setiap janji. Laki-laki yang baik itu bisa dipercaya. Lalu menurutmu Dio itu seperti apa?""Yang jelas, sekarang perasaanku hancur. Dia tidak menepati janjinya untuk setia kepadaku. Jadi, aku gak percaya sama dia."Shreya memeluk Pricilla erat. "Jadi, bukan karena si wanita tidak bisa menjaga dengan baik si prianya?"Pricilla diam. Mendengar Shreya bertanya demikian mengingatkan atas tuduhannya kepad
Read more
Pelecehan
Pricilla menyerahkan urusan Shreya kepada Cindy karena yang terpenting untuknya saat itu adalah Dio. Satu jam Pricilla menunggu sosok Dio di sana. "Tante, Dio mana, sih?" tanya Pricilla yang mulai kesal. "Tunggu di kamarnya saja. Sekarang Tante mau keluar sebentar. Oh, iya, kamu ke sini sama siapa?"Pricilla tersenyum. "Ada, deh!""Ya, sudah, Tante pergi dulu, ya." Cindy pun pergi. Pricilla yang semula di kamar Cindy, berpindah ke kamar Dio. Tiba di kamar Dio, Pricilla disuguhkan dengan kondisi kasur yang berantakan. Tidak hanya itu, baju milik Dio pun tergeletak di lantai. Pricilla mengembuskan napas kasar. Gadis itu memunguti baju sang kekasih. Namun, ada pemandangan lain yang membuat putri dari Felix itu tercengang, yakni di mana ada baju wanita di sana, tepat di kolong ranjang. "Baju siapa ini?" gumamnya sambil meraih baju itu. Tidak hanya baju, di sana ada celana dalam dan bra. Ceklek!Pintu terbuka. Pricilla pun menoleh. Gadis itu melihat ekspresi Dio yang kaget. Sambil
Read more
Amarah Jody
Pricilla merasa bersyukur karena seiring dengan lampu yang menyala, seseorang berhasil memukul Dio. Gadis itu duduk sambil memeluk lutut sembari terisak. Bug! Bug! "Kurang ajar! Kenapa lu sebejat ini, hah?!"Mata Pricilla membulat sempurna saat melihat siapa yang sedang memukuli Dio. "Kak Jody!"Bukan hanya Jody, tetapi juga Dila datang menghampiri. Pricilla melihat Dila meraih sprei dan menutupi tubuh polosnya. Namun, seketika dunia terasa gelap. Ya, Pricilla jatuh pingsan. "Cilla! Ya, Tuhan, Cilla, bangun, Cil!" Dila menepuk-nepuk pipi Pricilla.Jody yang mendengar teriakan Dila memberikan bogem mentah terakhir yang membuat Dio terkapar. "Mati lu!"Jody berlari menghampiri Dila dan mengangkat tubuh Pricilla. "Ada apa ini?!" tanya Cindy yang baru saja datang. "Ya, Tuhan, Cilla, kenapa?!" lanjutnya saat melihat Pricilla. "Tanyakan saja sama laki-laki tak berguna itu!" jawab Jody ketus, kemudian ia keluar diikuti oleh Dila. Cindy melotot saat melihat Dio tergelak dengan kondis
Read more
Demi Pricilla
Shreya menangis. Bukan menangis karena ia terjatuh, tetapi menangis karena Shreya merasa takdir cinta tak lagi memihaknya. Jody membantu Shreya bangun sembari berkata, "Maafin aku, Kak. Tadi, bener-bener emosi!"Shreya menepuk-nepuk lengan Jody pelan sembari tersenyum. Wanita itu mengusap air matanya, lalu menghampiri Felix yang rupanya sedang dipapah oleh seorang sekuriti menuju ruang ICU, sedangkan Jody ke kamar inap Pricilla untuk mengambil ponsel dan kunci motor yang ia simpan di atas meja. "Kakak mau ke mana?" tanya Pricilla yang ternyata sedang duduk bersandar. Jody menghampiri Pricilla. "Oh, ya, gue udah hajar bokap lu sampe babak belur! Untung aja kakak gue datang dan memohon sama gue agar gak pukul bokap lu lagi. Gak ngerti gue sama pikiran Kak Aya, udah disakitin sama bokap lu, tapi dia tetep baik. Gue cabut!" Jody pun pergi. Pricilla hanya mampu menatap kepergian Jody. Bulir bening berhasil menetes di wajah cantiknya. Entah apa yang harus ia katakan nanti kepada Shreya.
Read more
Pengakuan Pricilla
Dokter sudah memeriksa kondisi Pricilla. Gadis itu tetap menolak berkonsultasi dengan seorang psikolog. Akhirnya hari itu dokter pun memperbolehkan Pricilla pulang. "Sayang, ada yang mau ketemu sama kamu," kata Shreya. "Siapa?""Temen Mama tentunya."Pricilla terlihat antusias. "Cewek apa cowok?""Cewek.""Cantik? Umur berapa?""Emm ... sekitar empat dua, empat tiga'lah. Tapi, masih cantik. Kenapa emangnya? Pricilla menggeleng. Tidak berselang lama wanita yang Shreya sebut teman itu datang. "Halo," sapa wanita itu. "Halo, Mbak, apa kabar?" Shreya menyambutnya ramah. "Baik," jawabnya. Perhatian wanita itu tertuju kepada Pricilla. "Wah, ini putrimu, Ay?""Iya, Mbak."Wanita itu memperkenalkan dirinya kepada Pricilla. "Ah, maaf, Mbak, Aya ke kantin sebentar, ya?"Wanita itu mengangguk. "Iya, silakan.""Sayang, Mama pergi dulu, ya? Kalian ngobrol saja," lanjutnya kepada Pricilla. Shreya pun meninggalkan kamar, tak lupa mengajak Felix yang sedari tadi duduk di sofa memperhatikan.
Read more
Pricilla - Curhat
"Tidak usah dengarkan apa kata orang gila itu, Bu!" seru Felix yang ternyata sedari tadi mendengar percakapan mereka. Felix menghampiri Adelia. "Pergi kamu dari sini!" usir Felix kepada Cindy. Cindy mendengkus. Tatapannya sinis ke arah Shreya dan Felix. Setelah mengambil tas miliknya, Cindy melengos pergi. Tinggallah Pricilla yang tak enak hati kepada Shreya karena sudah membenarkan ucapan Cindy. Ya, itu memang benar, tetapi itu hari kemarin. Kini dan kedepannya tidaklah demikian, mungkin. Pricilla menyelami hatinya. Tidak semudah itu juga melupakan Cindy. Pricilla menunduk. "Bukankah sekarang Cilla pulang?" tanya Felix kepada Shreya. "Iya, Mas.""Kalau begitu bersiaplah."Betapa beruntungnya Pricilla, karena kehadiran Felix membantunya terbebas dari suasana canggung itu. "Nak Felix, wajahmu kenapa?" tanya Adelia. "Maaf, Ibu baru sadar kalo ternyata wajahnya penuh lebam."Felix tersenyum. "Ah, biasa, Bu, namanya juga laki-laki."Adelia tersenyum, sedangkan Shreya memalingkan w
Read more
Pisah Kamar
Sore menjelang. Adelia dan Jody pun berpamitan pulang. Tidak ada saran dan kiat yang dapat Pricilla ambil dari obrolannya dengan Jody. Gadis itu tetap bersikukuh dengan keputusannya. Lorenza, wanita itu baru saja ke luar kamar. Namun, langkahnya terhenti saat melihat anak dan menantunya. "Bisa ke sini sebentar?!" pinta Lorenza kepada Shreya dan Felix saat mereka hendak menaiki anak tangga. Mereka menghampiri. "Ada apa, Ma?" tanya Felix. "Malam ini Mama akan balik Singapura," jawab Lorenza. "Mama titip Pricilla, ya, Nak," lanjut Lorenza kepada Shreya. "Iya, Ma. Mama jangan khawatir. Pricilla sudah jadi tanggung jawab Aya.""Kenapa harus balik? Tinggal di sini saja," ucap Felix. Lorenza mengatakan jika perusahaan membutuhkan dirinya dan dalam waktu dekat juga ia akan berangkat ke Negeri Sakura. "Ya, Tuhan ... mau apa Mama ke sana?" Felix terlihat cemas karena pasalnya sang Mama tidak pernah pergi jauh. "Mama ada bisnis di sana.""Apa? Sejak kapan? Kok, aku tidak tau?"Perdebat
Read more
Ditangkap Polisi
Tujuh bulan sudah usia pernikahan Shreya. Setahun pula usia Nathan. Bayi tampan itu sudah mulai belajar berjalan. Tidak ada acara khusus di hari spesialnya karena Shreya tidak menginginkan itu. Tidak ada satupun kado yang Nathan dapatkan dari Felix karena pria itu benar-benar tidak mengingat usia Nathan. Ia hanya sibuk kerja, kerja dan kerja. Pricilla, gadis itu benar-benar patuh kepada Shreya. Tingkah dan lakunya sudah mencerminkan anak baik, bahkan rajin belajar. Seperti pagi itu, sebelum berangkat sekolah gadis itu belajar terlebih dahulu karena tepat di hari itu adalah hari terakhir ujian kenaikan kelas. Tok tok tok! "Sayang, sarapan dulu!" seru Shreya sembari mengetuk daun pintu kamar Pricilla. "Ya, Tuhan, untung Mama ketok pintu dulu. Udah dulu, ya, sampai ketemu nanti." Rupanya Pricilla sedang melakukan panggilan. Gadis itu segera mematikan ponselnya. "Iya, Ma, Kakak nanti nyusul!" kata Pricilla balas berseru. "Ck! Duh, tadi sampe halaman berapa, ya?" gumam Pricilla semba
Read more
Dijebak?
Di kantor, Felix baru saja selesai rapat. Pemilik perusahaan itu marah besar karena sudah dicurangi oleh rekan bisnisnya. "Antonio, putus kontrak dengan mereka!" titah Felix kepada asistennya. "Tapi, dengan demikian kita harus bayar denda, Tuan.""Tidak masalah! Aku tidak mau bekerjasama dengan perusahaan curang! Kita akan lebih merugi jika terus menjalin kontrak dengan mereka." "Baik, Tuan."Felix kembali ke ruangannya. Bergelut dengan pekerjaan ditambah lagi dengan segudang masalah membuat emosi pria itu naik-turun. Ia meraih ponselnya di atas meja. Ada sepuluh panggilan tak terjawab dari Shreya. "Tumben, ada apa?" gumamnya. Felix melihat status aplikasi hijau itu. Ia mengembuskan napas kasar. "Nathan ulang tahun rupanya." Pria itu menaruh kembali ponselnya dan berpikir nanti akan membeli kado saja tanpa harus datang ke sana. Felix memilih fokus pada pekerjaan. Ia kembali membuka laptop dan menandatangani beberapa dokumen. Namun, tiba-tiba saja ... "Ya, Tuhan, Mas, Aya tele
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status