All Chapters of Bukan Babysitter Biasa: Chapter 31 - Chapter 40
81 Chapters
Senyum Bahagia Jasmin
"Tuh, lihat! kamu suka kan?" Kesya menyenggol pelan bahu Jasmin yang berdiri di sampingnya di seberang gerbang masuk departemen store yang telah dimasuki Xabiru dan Aira. Keduanya segera berbalik setelah pasangan suami-istri itu melewati mereka tanpa curiga. Kesya memaksa Jasmin untuk melihat ke arah keluarga Xabiru yang baru keluar dari tempat sana. Tampak Xabiru berjalan bergandengan tangan dengan Jingga tanpa Aira di sisi mereka. Wanita yang jadi pusat perhatian mereka itu berjalan lemas di belakang dengan berlinang air mata. Jasmin tersenyum puas. "Dia menangis?" Kesya mengangguk membenarkan pertanyaan temannya sembari meneguk minuman kemasan yang dibelinya barusan. "Kamu apakan dia di dalam, Kes?" tanya Jasmin penasaran. Binar matanya menunjukkan demikian. Tatapannya terfokus ke Aira yang masih sesekali mengusap air matanya saat berjalan. Senang melihat wanita yang jadi saingan cintanya itu menangis dengan wajah sembab. "Gampang, dituduh mencuri alias maling lipstik," bisi
Read more
Dugaan Xabiru
"Tunggu, saya panggilkan manager kami dulu karena untuk hal itu bukan wewenang kami mengizinkan. Harus ada persetujuan dari atasan," jawab Joko. Sedang teman kasir dan satu lagi temannya yang ikut mendekat terlihat bingung. Lalu Joko menjelaskan dengan singkat apa yang terjadi. "Ya, saya tunggu." Setelah managernya datang, Xabiru menjelaskan kembali perihal dia mau melihat CCTV tempat mereka dan manager tersebut dengan penuh pertimbangan akhirnya menyetujui keinginan Xabiru. "Rak atau etalase bagian lipstik dimana?" tanya Xabiru setelah mengamati dengan jeli video CCTV yang menunjukkan sosok istrinya tersebut di dalam sana. "Di–" Joko terdiam, tampak berpikir. "Tunggu sebentar." Lalu Joko meminta temannya, petugas yang mengontrol keamanan bagian CCTV untuk mencari titik bagian penjualan lipstik. "Aneh, istri Bapak tidak terlihat mendatangi titik tersebut. Tapi di dalam tasnya ada lipstik penjualan kami. Kapan dan bagaimana cara dia mengambilnya," tutur Joko bingung. "Nah, itu
Read more
Tak Bisa dihubungi
[Jasmin, kamu dimana?][Angkat teleponku!] [Kamu sudah tidur?]Xabiru mengirim pesan karena sudah berkali-kali menghubungi Jasmin tapi tidak diangkat oleh wanita tersebut. Nomornya aktif, tapi Jasmin tidak menanggapi telepon dari Xabiru. Lebih tepatnya tidak mendengar karena suasana bising di club malam menutupi suara bunyi teleponnya yang berdering. "Apa dia balas dendam karena aku seharian ini mengabaikannya?" pikir Xabiru karena baik pesan dan teleponnya tidak ditanggapi Jasmin. Padahal pesannya sudah terkirim lama, tapi sampai sekarang belum ada balasan dari wanita tersebut. "Wanita memang aneh. Suka mendendam," ucapnya lagi mengeluhkan. Xabiru merebahkan dirinya di sofa lebar seraya merentangkan tangan. Rasa lelah setelah pulang bekerja dilanjutkan dengan pergi bersama Jingga dan Aira. Belum lagi setelahnya harus menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor yang tertunda. Jam satu dini hari baru selesai dan bisa istirahat. Tatapannya tertuju pada wanita yang sudah tertidur pula
Read more
Kemarahan Xabiru
"Hah?! Mas Biru menghubungi sebanyak ini?" Jasmin tercengang saat bangun tidur lalu membuka ponsel dan melihat banyak panggilan masuk dari Xabiru. Dikuceknya kedua mata guna memastikan apa yang dilihat adalah benar atau hanya ilusi. Ia kebanyakan minum semalam bersama Kesya dan memilih pulang ke apartemen karena dalam keadaan mabuk. Syukurnya ponsel sudah diatur timernya untuk membangunkannya di pagi hari. Meskipun kepala masih terasa berat. [Jasmin, kamu dimana?][Angkat teleponku!] [Kamu sudah tidur?]"Astaga, bagaimana ini?" Aku harus balas apa?" Panik sendiri setelah selesai membaca pesan dari Xabiru. Jasmin bingung harus menjawab apa. Namun melihat jam digital di atas nakas sudah menunjukkan pukul 06.70, ia bergegas pergi ke kamar mandi takut telat masuk kerja. Urusan Xabiru dilupakannya sejenak. Mungkin saja nanti, ia dapat wangsit untuk menjawab pertanyaan Xabiru. Tidak mungkin Jasmin bilang semalam sedang berpesta minuman keras dan joget-joget liar. Bisa dipecat jadi calon i
Read more
Pertengkaran
"Kamu bicara apa sih, Mas, aku nggak ngerti." Jasmin berpura-pura tidak tahu. Ia meraih kursi dan duduk di depan meja Xabiru. Mencoba bersikap sedatar mungkin tidak ingin dicurigai. "Jangan sampai aku mencari tahu kalau kamu juga terlibat dengannya dalam mengerjai istriku.""Istriku? Oh, jadi sekarang kamu mengakuinya sebagai istri, gitu Mas?" Tatapan tajam diarahkan Jasmin ke Xabiru. Ia tidak suka mendengar kalimat tersebut. Perasaannya juga mendadak tak enak. Jasmin merasa Xabiru mulai menyukai Aira dan melupakan janji mereka. "Bukankah sekarang dia memang istriku? Ada yang salah? Tidak kan?" Laptop ditutup Xabiru dan ia beralih menatap lekat Jasmin yang berada di hadapannya. Brak!!! Beberapa berkas yang berada di atas meja Xabiru terlempar ke bawah karena ulah Jasmin. Membuat Lola tersentak kaget karena suaranya sampai terdengar ke luar. "Mau kamu itu apa sih Mas? Tiba-tiba putusin aku. Tiba-tiba ingin mencoba berumah tangga dengan wanita itu dan melupakan rencana indah kita
Read more
Merubah Penampilan
"Halo." Dengan ragu dan sedikit takut Aira menghubungi Xabiru. Ia ragu apakah teleponnya akan diangkat dan takut kalau bakal dimarahi Xabiru karena menghubunginya di saat lagi kerja. "Ya, ada apa?" Xabiru menjawab telepon Aira. Namun nadanya terdengar datar membuat Aira mencebik di ujung telepon. "Ehm, anu. Aku boleh izin keluar? Cuma sebentar." "Kemana?" tanya Xabiru sedikit penasaran. "Ke salon."Jawaban Aira membuat Xabiru menghela napas. Ternyata ke salon. Xabiru pikir mau kemana. Rupanya wanita mau seperti apapun bentuknya tetap menyukai yang namanya salon dan kecantikan. "Terserah." Singkat, Xabiru menjawab. "Terima kasih Mas. Kuusahakan pulang cepat kok sebelum Jingga pulang.""Ya," balas Xabiru dengan netra fokus ke layar laptop. Ia menerima telepon sambil bekerja. "Syukurlah. Kukira Mas Xabiru bakal melarang. Ternyata tidak. Malah sepertinya tidak peduli," rutuk Aira setelah sambungan terputus. "Ah, aku saja yang terlalu berharap kalau dia telah berubah dan mulai m
Read more
Merasa Dibedakan
"Cantik. Iya kan Mang?" Jingga bertanya pada Mang Ihwan mencari dukungan kalau apa yang dikatakannya benar. "Iya, Mbak, eh, Bu Aira. Ibu keliatan lebih cantik dari biasanya." Mang Ihwan membenarkan seraya menatap lekat Aira. Kebiasaan memanggil Mbak di tempat Bu Laila membuat Mang Ihwan lupa kalau Aira bukan teman sesama pekerja lagi. Status mereka sudah berubah. "Terima kasih Jingga. Terima kasih Mang. Kalau bisa panggil Mbak aja, Mang, kayak biasanya. Saya masih Aira yang sama," balas Aira menolak dipanggil Ibu. Ia merasa panggilan itu terlalu tinggi baginya. Ia tidak mau hanya karena berbeda status, lalu dianggap harus dihormati. "Jangan Bu. Saya yang nggak enak dengarnya. Ya sudah saya pamit Bu, Jingga sudah diantar pulang dengan selamat. Mari Bu," pinta Mang Ihwan pamit pergi. "Iya Mang. Terima kasih. Hati-hati di jalan Mang." Setelah memastikan Mang Ihwan telah pergi, Aira menuntun Jingga masuk ke dalam rumah. "Memang benar ya, Bunda cantik?" Penasaran, Aira menanyakan ke
Read more
Gara-gara obat
"Itu Mas Xabiru." Aira bergegas menuju pintu utama karena mendengar suara deru mobil suaminya baru saja memasuki halaman rumah. Ia tak sabar menunggu reaksi suaminya atas perubahan penampilannya saat ini. Apakah sama seperti Jingga dan Mang Ihwan atau malah sebaliknya. Namun ia optimis kalau reaksi Xabiru sama seperti mereka, akan memujinya. "Assalamualaikum, Mas," sapa Aira lebih dulu dan selalu begitu. Dialah yang lebih awal menyapa setelah pintu dibuka. "Waalaikumussalam." Xabiru sedikit tersentak kaget karena wanita di depannya berbeda. Terlihat lebih elegan dari biasanya. Tampilan wajah dan cara berpakaiannya berbeda. Lebih terlihat menarik dan tentu saja cantik. "Bagaimana penampilanku, Mas? Cantik?" tanya Aira yang sudah membuka lebar kedua sudut bibirnya hingga menampilkan barisan gigi putihnya yang rapi. Ia sedang menyiapkan diri untuk mendengar pujian dari suaminya. Xabiru yang sempat terkesima cuma mengangkat alis dan berlalu masuk tanpa komentar. "Lah, kok cuek? Apa
Read more
Kembalikan Keperawananku!
Aira memiringkan badannya memunggungi Xabiru setelah malam panas usai mereka lakukan. Ia menarik selimut hingga batas leher. Demikian juga Xabiru. Laki-laki itu menghadap ke arah berlawanan dengan istrinya karena didera rasa yang aneh. Antara lega karena hasratnya telah terpuaskan tapi malu karena harus mengingkari janjinya tidak akan menyentuh wanita tersebut. Suasana hening seketika. Keduanya tiba-tiba jadi sama-sama canggung. Aira bingung apakah dia harus senang atau bersedih dengan apa yang barusan terjadi. Bukan maksud menyesali, hanya saja ia tidak tahu apakah kejadian yang barusan akan berujung baik atau malah merenggangkan hubungannya dengan Xabiru. "Maaf untuk yang barusan. Aku … aku tidak tahu ada apa denganku. Malam ini hasratku tak terbendung. Aku tidak tahan untuk tidak menyentuhmu," ucap lirih Xabiru merasa bersalah. Namun tak berani berbalik menatap lawan bicaranya. Aira mengerjap, membulatkan matanya mendengar permintaan maaf Xabiru. Ia yang mencoba tidur heran k
Read more
Permintaan Aira
"Hah?!" Xabiru terkejut. Mobil diberhentikannya seketika. Lalu menatap Aira tajam. "Nggak bisa kan? Ya sudah. Maka lupakan! Tidak perlu membahas itu lagi," tukas Aira ingin menyudahi obrolan seputar aktivitas semalam. "Kamu aneh. Mana mungkin bisa Ai. Kalaupun ada, bakal banyak wanita akan melakukan hal tersebut.""Katanya ada kok. Lewat operasi apa itu," balas Aira sok tahu. "Oh, jadi kamu mau operasi seperti itu? Baik. Akan kupenuhi." Xabiru malah menantang. Ia ingin tahu segigih apa Aira melawannya. "Nggak. Aku nggak mau. Rasanya tetap saja beda," tolak Aira. Ia sadar salah bicara. Xabiru mengulum bibir menahan senyum. Dia tidak menanggapi lagi. Baginya ucapan Aira barusan sudah menjelaskan kekalahannya. Suasana mendadak hening. "Mas menyesal telah menyentuhku, begitu?" Aira membuka obrolan kembali dan masih seputar pembahasan tadi."Bukan menyesal. Aku tidak mau melukaimu.""Kalau Mas tidak mau melukaiku, maka perlakukan lah aku seperti istrimu sesungguhnya, itu akan mengo
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status