All Chapters of Abang Ojek VS Ibu Polwan: Chapter 51 - Chapter 60
303 Chapters
Bab 51: What a Wonderful World
Bab 51: What a Wonderful World  Hari-hari pun bergulir, dan Olive melaluinya dengan sebuah energi misterius yang terus menyuntiknya di setiap pagi, kala matahari menampakkan wujud dan di setiap ia terbangun dari tidurnya. Di mana sebelum itu, ia melalui malam dengan mimpi-mimpi yang indah.Mimpi apakah itu? Entah, Olive tidak pernah berhasil mengingatnya.Satu yang pasti, Olive telah benar-benar berhasil mengobati luka hatinya akibat berputus dengan Barry, yang ia sebut dengan kadal buntung itu.Aktifitas kerjanya sebagai polisi, ditambah dukungan dari teman-teman di sekitarnya, membuat ia berhasil ‘move on’ dengan begitu cepat.Sebenarnya, ada satu lagi penyebabnya, namun yang satu ini masih belum ia sadari.Hal yang terakhir ini mungkin serupa dengan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang kasmaran. Lalu, bagaimanakah orang kasmaran melihat dunia? Semuanya tampak menjadi beg
Read more
Bab 52: Hancurnya Hati Sang Srikandi
Bab 52: Hancurnya Hati Sang Srikandi Membuka pintu mobilnya, Karin pun keluar dan berjalan tergesa-gesa memasuki areal kantor Polsekta Tempayan Raya.Dalam keadaan panik menerima telepon dari AKP Slamet Raharjo tadi, Karin hanya sempat memakai celana jins dan menyambar jaket kulit berwarna hitam yang sekarang sembari berjalan, resletingnya ia kancingkan.Melewati pintu depan kantor Polsekta, Karin ditahan oleh dua petugas berpakaian preman yang sedang berjaga. Cepat Karin mengangkat tangan untuk menunjukkan KTA-nya.“Oh, Mbak Karin?” Salah seorang personel rupanya mengenali Karin.“Saya ingin bertemu dengan Kanit Slamet.”“Iya, iya, silahkan, Mbak. Sudah ditunggu di ruangannya.”Karin menggesa langkah kakinya sepanjang lorong menuju ruangan Kanit Reskrim. Ia melewati sebuah ruangan besar mirip aula yang ternyata banyak dipenuhi orang-orang, tua mu
Read more
Bab 53: Kebenaran di Warung Kopi
Bab 53: Kebenaran di Warung Kopi  Pantas saja, aplikasi driver Ayo-Jek milik Aje sepi. Sudah satu jam ia menyalakannya sejak berangkat dari rumah tadi belum juga ia mendapat orderan.Ternyata sekarang adalah hari merah. Memang bukan Minggu, tapi tetap saja ini adalah hari libur. Itu berarti tidak ada anak sekolah, atau pun guru-guru yang berangkat sekolah.Pekerja kantoran dan juga karyawan-karyawan perusahaan juga libur. Emak-emak, embak-embak, atau tante-tante yang biasanya pergi ke pasar juga seakan enggan keluar.“Ya sudahlah,” pikir Aje. Mungkin dia yang kelewat siang menyalakan aplikasi drivernya.Aje pun membelokkan motornya ke kanan, dan terus saja menyusuri jalan raya Soekarno Hatta hingga tak lama kemudian ia berbelok lagi ke jalan Bunga Tanjung dan berhenti di salah satu base camp favoritnya, yaitu warung kopi Bang Fahmi.Ada beberapa pengojek daring yang rupanya tel
Read more
Bab 54: Razia Hati
Bab 54: Razia Hati  “Hei! Di depan sana itu, kenapa ada banyak polisi?” tanya Aje dalam hati yang sontak saja cemas.Sang driver ojek online ini pun melambatkan laju motornya. Sejurus kemudian ia pun menajamkan pandangan ke arah depan sana. Hingga selanjutnya, ia menyadari Sesuatu.Gawat!Ada razia!Razia lalu lintas!Aduh, gugupnya Aje, dan takutnya dia. Kenapa begini?Secara sekilas saja Aje mengingat-ingat keadaan dirinya sendiri. Tentang surat-surat yang terkait dengan berkendara, semuanya lengkap. Ia juga tidak sedang menunggak pajak motornya.Aje berniat mengelak dari operasi razia yang semakin tampak jelas di jarak lima puluh meter di depan itu. Akan tetapi, kepalang tanggung, sudah tidak ada lagi belokan U-Turn untuk ia tuju. Juga tidak ada lagi persimpangan yang bisa ia sasar.Untuk berhenti dengan tiba-tiba dan balik arah melawan arus juga tidak m
Read more
Bab 55: Sambutan Para Perindu
Bab 55: Sambutan Para Perindu  Sebuah bus berwarna silver melaju dengan kecepatan sedang di jalan antar kota. Berkelak-kelok di tikungan, klaksonnya menyalak dengan irama ‘telolet’ nan ramai. Sekali, bus itu melewati sebuah jembatan yang terbentang di atas sebuah sungai yang cukup lebar.Kemudian terus saja menanjak dan kembali berkelak-kelok, semakin jauh menuju ke barat, tepatnya menuju kabupaten Rokan Ulu.Sekitar lima jam kemudian, bus itu sampai di sebuah kota kecil bernama Negeri Intan, dan memasuki sebuah terminal kecil yang tampak hanya seperti pasar saja.Hekal turun di terminal kecil itu. Sembari menggendong tas punggungnya ia berjalan menuju sebuah mobil angkutan yang sedang ngetem menunggu penumpang di pojok terminal.Perjalanan kembali Hekal teruskan dengan mobil angkutan, dan ia sambung lagi dengan ojek yang biasa tersedia di persimpangan mulut kampungnya.Angin s
Read more
Bab 56: Minta Tolong?
Bab 56: Minta Tolong?  Di depan wastafel yang ada di rest room kantor Ditlantas, Olive mematung dengan gerak-gerik seperti orang linglung. Usai pelaksanaan operasi razia tadi, ia membasuh wajahnya dan membenahi sedikit riasan dengan set toiletries yang ia bawa.Beberapa saat ia terus memandangi wajahnya sendiri yang terpampang di cermin. Entahlah, entah apa yang sedang ia pikirkan sekarang. Pastinya ada satu kekecewaan yang ia dapat dari pelaksanaan operasi razia Simpatik tadi.Operasi razia tadi memang sengaja digelar Ditlantas Polda, bekerja sama dengan Satlantas dari Polresta Bandar Baru di hari merah atau hari libur. Dengan asumsi banyak orang yang keluar rumah untuk pergi berlibur, ‘hangout’, berjalan-jalan atau semacamnya.Tujuan dari operasi itu sendiri sebenarnya hanya untuk mengingatkan dan menanamkan kesadaran berlalu lintas kepada masyarakat.Olive bersama rekan-rekan tim y
Read more
Bab 57: Sambung Rasa
Bab 57: Sambung Rasa  Sambung rasa, sambung cerita, melepaskan rindu dan memuaskan rasa kasih. Kehangatan sebuah keluarga melingkari Hekal, sang Ibu, dan kedua adiknya yang berbincang-bincang di ruang tengah.Canda dan tawa bersahut dan berbalasan dengan begitu asyiknya. Hingga kemudian, sampai pada sebuah topik bahasan yang membuat Hekal merasa terpojok.“Mana janji Kakak?” Tanya Eci tiba-tiba dengan wajah yang merajuk.“Janji? Janji yang mana?” Hekal berpura-pura lupa.“Kakak bilang mau belikan aku sepatu.”Eca yang tunarungu pun menimpali dengan isyarat dan suara khas dari mulutnya.“Mmmah.., mmmhaah..,”Hekal tersenyum, dan sengaja membuang muka.“Iya, Kakak tidak lupa kok. Untuk Eca juga Kakak belikan.”“Mana?” Tanya Eca dengan isyarat.“Tunggu dulu, ada syaratnya.”
Read more
Bab 58: Rindu
Bab 58: Rindu  Mendadak saja hati Olive berdebar-debar. Apa hal? Apa pasal? Mengapa Hekal tidak juga membalas pesan chat yang barusan ia kirimkan? Apakah Hekal sudah mempunyai pacar?“Sehingga karena itu membalas pesan chat dari aku ia merasa tidak perlu?”Oh, Olive gelisah. Rasa kantuknya pun tak kunjung datang juga. Beberapa saat ia terus memandangi ponselnya yang terletak di atas ranjang, persis di depan wajahnya sendiri.“Hekal, kamu balas sekarang ya? Satu, dua.., tiga!”Eee..! Tidak juga!Merasa kesal, Olive pun bangkit dari ranjang. Ia berjalan keluar dari kamar, menuju kamar mandi, masuk lagi ke kamar. Keluar lagi, masuk.., nah, keluar lagi!“Kamu kenapa sih, Olive?” Tanya sang Ibu.Sebentar Olive mematung dengan ujung jari telunjuk yang tergigit.“Hape aku di mana, Ma?”Serentak saja ibu dan ayah tirinya i
Read more
Bab 59: Rapuh
Bab 59: Rapuh  Hari demi hari pun berlalu. Menggenapi almanak satu demi satu hingga terbilang minggu. Bersamaan dengan itu, Briptu Olivia Razak menjalani hari-harinya dengan semangat yang selalu baru.Energi misterius yang merasukinya dari bayang-bayang wajah Hekal senantiasa membuatnya memandang hari dengan penuh keceriaan.Sang Polwan ini merasa, kemana pun ia melangkahkan kakinya seakan seluruh dunia tengah menatapnya.Di dalam persepsinya sendiri ia telah menjadi ‘center of gravity’, pusat gravitasi, di mana semua orang akan tertarik dan mengedar di sekeliling dirinya.Ajaib memang, setruman psikologis yang disebut-sebut orang dengan nama ‘kasmaran’ ini.Akan tetapi, bertolak belakang dengan itu semua, Aipda Karin Jazmina Zachrie merasa telah terjatuh ke dalam jurang yang paling dalam. Sampai di dasar jurang itu ia jatuh lagi, jatuh lagi, dan terus begitu, menga
Read more
Bab 60: 3M
Bab 60: 3M  Ibunda Karin kembali ke ruang tamu untuk menemui Olive. Beberapa saat mereka terlibat pembicaraan dengan suara yang sengaja dipelankan.Akhirnya, Olive pun mengangguk untuk memenuhi permintaan ibu dari seniornya di Polda itu. Segera ia bangkit dari kursi tamu dan berjalan melewati ruang tengah, lalu berbelok ke kiri, keluar menuju teras samping di mana Karin berada.“Mbak?” Sapa Olive dengan raut yang tampak segan.Karin menoleh, dan mengulas sebuah senyum tipis nan hambar.“Aku boleh duduk di situ?” Olive menunjuk sebuah kursi di samping Karin.Karin hanya mengangguk sekali. Ekspresi wajahnya sendiri seakan sedang tidak ingin ditemui oleh siapa pun.Olive melangkah mendekati Karin. Sebelum mengambil duduk ia menyempatkan diri untuk memeluk Karin yang masih saja termangu di kursinya. Dari situ Olive pun paham, betapa tertekannya batin sang Srikand
Read more
PREV
1
...
45678
...
31
DMCA.com Protection Status