All Chapters of Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku: Chapter 51 - Chapter 60
86 Chapters
51. Jangan Cari Aku Lagi
Aryo keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang basah. Baju Bisma yang Lisa serahkan padanya tampak ketat menempel di tubuh gempalnya. Jelas ukuran itu terlalu kekecilan untuk Aryo. "K--kamu mau kemana?" tanya Aryo bingung melihat Lisa memasukkan barang-barangnya ke dalam koper. Mario tampak membantunya. "Lisa mau pergi. Jangan tanya kemana. Barang-barang Bisma di sini. Terserah saja mau kau apakan. Kamu kan temannya. Kalau dia kembali pasti kamu yang dicari. Bilang padanya sekalian. Jangan ganggu Lisa dan jangan pernah cari dia lagi." Mario menjawab ketus. Koper Lisa dututupnya dengan gerakan cepat. Mario lalu berdiri dan melirik Lisa yang masih agak bingung dengan keputusannya sendiri. "Kita pergi, Lisa." Mario menyeret koper itu ke teras. Ia menunggu dengan tak sabar, seolah muak dan tak mau melihat Aryo lagi. Lisa mengikuti Mario. Tas jinjing berisi berkasnya yang tadi baru dikembalikan Aryo ia bawa. "Lis..." Aryo yang masih pucat dan menggigil karena habis menerjang huja
Read more
52. Pernikahan Darurat
"Siapa nama bayi kamu? Kamu pernah bilang kalau dia perempuan, kan?" Mario duduk di sofa abu-abu. Lisa di sampingnya. "Belum sempat kuberi nama. Ya, perempuan. Untuk data rumah sakit hanya dinamai bayi Ny. Lisa. Kamu yakin Mas mau merubah nama Marsa dengan nama anakku?" Lisa mulai tak yakin. "Ya." Mario menjawab singkat. Di depan mereka duduk seorang lelaki berkacamata tebal, rambutnya disisir klimis ke belakang. Setelah kemejanya rapi dan parfumnya sangat menyengat, membuat hidung Lisa tak nyaman hingga ia sedikit mual. Mario memperkenalkan lelaki itu sebagai Timo. Timo adalah pengacara yang ditunjuk Mario untuk mengurus segala rencananya ini. Sebenarnya Timo adalah teman lama Mario. Dulu mereka pernah satu kantor. Timo pernah mengurus perkara hukum di kantor lama Mario. Jadi mereka akrab dan Mario mungkin lebih mempercayai Timo untuk menangani ini daripada menujuk pengacara lain yang tak ia kenal. "Kalau suatu saat Daniel mencari Marsa, lalu dia menuntut kamu bagaimana?" Lisa
Read more
53. Milena Edwina Willam
Mario berdehem lalu tampak mengatur nafasnya. Ia tahu ini hal sensitif dan serius untuk dibicarakan. "Pernikahan ini semata-mata untuk menguatkan status Marsa sebagai anak kandung Lisa. Aku jadi ayah tirinya secara hukum karena pernikahan ini. Marsa yang entah kita belum tahu namanya akan kita ubah menjadi siapa lahir dari ibu tunggal. Lisa sudah setuju soal ini. Dokumen menyebut ia melahirkan tanpa suami. Kamu juga sudah janji padaku kan Timo dalam waktu satu bulan ini semua berkas beres?" Mario menunduk menatap kertas. Ia tak menatap Lisa maupun Timo. "Ya. Sebelum sebulan akan selesai." Timo menjawab lirih. Matanya masih mencuri pandang sedikit-sedikit ke arah Lisa. "Aku tidak ingin mengikat Lisa. Dia masih muda. Kalau suatu saat nanti dia jatuh cinta pada lelaki lain, aku akan melepaskan. Dia boleh minta cerai. Kalau untukku sendiri, hatiku sudah mati. Aku tak punya tujuan hidup lagi jadi ya sudah. Pernikahan ini kujamin tak akan merugikan Lisa. Aku hanya ingin status, demi M
Read more
54. Gosip dan Pesta Presdir
"Ma ma mam mama." Milena masih berceloteh dengan mata beningnya yang menawan itu. Bayi mungil yang kini badannya tampak padat berisi itu tersenyum sambil menaik-naikkan kakinya seolah-olah minta diangkat dari stroller. Lisa tersenyum ke arahnya. Senyum dengan hati yang teriris. "Mungkin papa cuma capek. Jadi dia nggak sempat nyapa Milen tadi. Sini Milen Mama gendong ya. Kita duduk di taman sambil minum susu. Ok?" Lisa berusaha tetap ceria. Bayi itu selalu anteng dan tenang saat ia gendong. Sore itu di bangku taman belakang rumah Mario, Lisa menatap pemandangan menyejukkan mata yang 6 bulan terakhir ini menjadi alasannya bertahan hidup dan terus tersenyum. Ya, ia selalu menyukai pemandangan ini. Saat Milene meminum susu dari botol yang ia pegang penuh kehati-hatian. Lisa selalu menyukai bagaimana mata bening itu menatapnya dari bawah sana seolah-olah ialah pusat dunianya. Lisa merasa Milena menjadikannya sosok yang selalu ingin ia lihat setiap hari. Sosok yang selalu membuatnya
Read more
55. Ketukan Pintu Jam 10 Malam
Saat makan malam, Mario melihat kursi yang biasa Lisa duduki kosong. Begitu ia bertanya pada pelayan rumah tangganya, ia bilang Lisa sedang menidurkan Milena. "Bu Lisa di kamar. Tadi siang manggil dokter ke rumah. Milena agak demam karena habis vaksinasi. Mungkin sedang rewel, Pak," ucap asisten rumah tangga itu lalu ia pamit kembali ke dapur. Mario menatap jam dinding dengan gelisah. Biasanya jam segini Milena sudah tidur. Ah, bagaimana ia akan bilang pada Lisa kalau ia masih di kamar. "Atau mungkin saat menidurkan Milena, Lisa ketiduran ya," gumam Mario. Mario memijat-mijat pelipisnya sambil memandangi makan malamnya yang masih utuh itu. Mendadak ia tidak berselera makan. Waktu pesta makin mepet. Tinggal beberapa hari lagi dan ia harus memastikan Lisa mengerti dan mau membantunya menghadapi situasi ini. Presdir perusahaannya itu bukan hanya sekedar atasan saja. Baginya Gunadi Sutowo adalah pahlawan. Mario hanya anak magang biasa yang dulu bertugas menjadi asisten pribadinya. L
Read more
56. Teriakan Lisa
Mario tampak salah tingkah. Ia melihat ke atas lalu menunduk, lalu melihat ke arah Lisa lagi sambil mencoba tersenyum untuk menyamarkan kegugupannya. "Mas ngapain ke sini?" tanya Lisa yang wajahnya tampak kusut dan kelelahan. Mungkin memang benar Milena agak rewel hari ini, jadi ia sedikit repot. "Ah, ehmmm. Enggak. A--aku cuma... . Oh, kata mbak Asti tadi Milena demam dan rewel, ya? Katanya kamu juga manggil dokter kan waktu aku di kantor. Dia baik-baik saja?" tanya Mario dengan agak tergagap. Lisa yang wajahnya tadinya kusut itu langsung tampak sumringah. Air mukanya berubah begitu cepat dan senyum itu berkembang di bibirnya yang manis. "Ya, akhirnya. Setelah sekian lama, setelah 6 bulan berlalu, Mario akhirnya menanyakan soal Milena. Mario akhirnya mencemaskannya setelah sekian lama sikap dinginnya dan cueknya pada bayi lucu itu. Akhirnya... Mata Lisa berkaca-kaca. Harapannya mulai tumbuh lagi. Mario kembali bisa, setidaknya sedikit mempedulikan bayi ini seperti dulu, sebelum
Read more
57. Sebuah Kemarahan
Keduanya berhadapan dengan situasi tegang. Mario yang biasanya mengambil alih situasi kini terbungkam saat dilihatnya mata Lisa berkaca-kaca. "Aku tahu ini menyakitkan buat kamu. Bukan hal mudah juga tapi setidaknya coba dulu, Mas. Sejak saat itu kamu sudah tak pernah mau melihatnya lagi, bahkan menggendongnya lagi. Dia tidak salah. Milena berhak mendapat kasih sayang kamu. Kamu bilang dia anakku, kan? Ya, dan secara hukum kita sudah menikah sekarang, jadi anggap dia anak tirimu! Milena anak kandungku. Jadi please lupakan semua!" Lisa berkata dengan setengah berteriak lalu ia berjalan pergi meninggalkan Mario. "Lisa..." Mario turun dari anak tangga untuk memanggil Lisa tapi ia tak tahu mau bicara apa. "Apa lagi?" Lisa menoleh dengan air mata bercucuran. Mario diam saja. Mulutnya ingin bicara tapi tak tahu apa hendak mau dikata. Ia tahu Lisa begitu marah. Mungkin setengah tahun ini sudah muak dengan sikap dingin dan arogan Mario terhadap Milena. "Kamu dengar, Mas. Apa gunanya kit
Read more
58. Amukan Mario
Sret! Sret! Mario menyobek kertas berisi rancangan idenya lalu melemparnya ke tempat sampah. Andy yang sudah bekerja sejak lama dengan Mario dari Mario masih di kantor lama itu diam saja. Walau sebenarnya ia tak mengerti juga perubahan emosi atasannya itu yang makin menjadi-jadi saja setelah istrinya meninggal. Mario yang dulunya penyabar berubah menjadi temperamen dan gampang marah. Ia juga gampang tersulut dan tidak sabaran. Siska sang sekretaris yang baru bekerja belum lama dengannya kadang tampak merasa tertekan dan tak kuat dengan sikap Mario yang mudah meledak-ledak ini. Ia selalu menciut dan berdiri dengan gemetar saat Mario mulai terlihat emosi. Seperti hari ini. Siska begitu pucat saat Mario mengamuk karena ia salah mengambilkan dokumen yang dimintanya. Mario jadi emosi dan melempar dokumen itu ke lantai, membuat Siska makin ingin menangis. Mario tahu ia menjadi begitu temperamen dan kasar. Ia tahu ada yang salah dengan dirinya, tapi ia tidak tahu harus memperbaiki dari
Read more
59. Bunga Permintaan Maaf
"Ya. Bunga. Biasanya kan hanya dikirim saat perayaan tertentu seperti saat ulang tahun, anniversary pernikahan, atau hari spesial. Tapi apa salahnya kirim bunga di hari biasa? Pasti istri Bapak akan suka." Siska kembali meyakinkan walaupun sebenarnya ia sendiri tak yakin. Mario memijit-mijit dahinya lalu ia kembali menatap Siska dan berkata dengan yakin. "Oke. Kamu pesenin bunga ke Florist. Bunga... Aduh! Apa ya yang dia suka. Saya nggak tahu yang dia suka. Bunga yang paling bagus pokoknya. Kamu pikihlan. Kamulah yang ngerti. Kamu kan sesama perempuan. Nanti kirim ke alamat rumah saya," ucap Mario. "Kartu ucapannya, Pak?" tanya Siska. Mario lagi-lagi terdiam seperti robot rusak. Surat? "Mmm, nanti saya kasih kamu. Ingat! Jangan dibuka! Jangan dibaca! 10 menit lagi kamu ke sini untuk ambil suratnya," ucap Mario. Siska mengangguk lalu ia mengusap bulir-bulir keringat dingin di dahinya dan berlalu pergi. Tapi baru be
Read more
60. Sebuket Mawar
Siang itu Milena tidur siang di kamarnya. Seperti biasa, untuk mengusir rasa kesepiannya ketika bayinya tidur, Lisa menyibukkan diri dengan tanaman-tanaman. Ia tampak sedang memotong daun anggrek di area depan rumah. Matanya langsung melongok ke arah pagar begitu mendengar suara mesin mobil mengklakson. Mbak Asti berlari-lari dari arah dalam rumah untuk membukakan pintu. Masih dengan memegang gunting daun, Lisa tampak menatap ke arah mobil. Ia mengira itu Mario. Kenapa ia pulang siang-siang begini? Tidak biasanya, batinnya dalam hati. Tapi ternyata yang datang hanya mobilnya saja. Yang keluar dari dalam mobil itu hanyalah Andy. Lisa tentu tahu siapa Andy. Andy sering ke rumah karena urusan kantor. Andy adalah tangan kanan Mario, orang yang ia percaya. Andy bilang Mario masih di kantor dan sedang sibuk. Lalu ia ke sini untuk mengantarkan bunga dari Mario. Asti yang baru membukakan gerbang itu tampak melirik penasaran ke arah Lisa. Ia ingin tahu apakah nyonya rumahnya itu terkesan
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status