Semua Bab Selena (Shirea book 2): Bab 11 - Bab 20
59 Bab
Chapter 11 : Pengakuan
"Aleea. Seberapa penting posisinya di sisi Raja Zealda sampai-sampai beliau tak menyadari bahwa orang itu adaah mata-mata?" tanyaku dalam hati sambil menutup lembaran terakhir buku yang kubaca. Kuremas rambutku dengan pening bergelayut di kepala. Ingin rasanya menjerit agar beban berat di benakku terlepas. Mungkin seharusnya kuabaikan saja masalah ini, tapi hatiku yang tidak tenang membuatku terus dihantui rasa penasaran dengan masa laluku. Anehnya, apa yang tertulis di buku ini, sangat masuk akal dengan apa yang dikatakan tahanan itu. Jika itu memang benar, kenapa Raja dan Ratu merahasiakan semua ini dariku. Aku benar-benar mencemaskan asal-usulku. Meskipun Ayah dan Ibu tidak mengatakannya langsung, tapi bagaimana kalau semua yang kuselidiki ini ternyata benar? Jika aku memang putri Erick dan Valen, kenapa mereka mau merawatku? Apa untuk menebus kesalahan mereka karena telah membunuh Ibuku? Apakah semua gambaran masa lalu yang kulihat di mimpi itu benar? Aku meletakkan kepala di
Baca selengkapnya
Chapter 12 : Goresan Ritual
Keesokan harinya, aku benar-benar dikirim ke Vainea untuk mempersiapkan pernikahanku besok. Sepanjang perjalanan aku hanya duduk termenung dengan pikiran kosong. Kejadian tadi malam begitu mengusik hingga aku lelah. Malam setelah aku kembali bersama Ibu, Ayah tak banyak berkomentar. Bahkan hingga tadi pagi pun dia masih bersikap dingin padaku. Aku tak tahu, apa hubunganku dengan Ayah akan membaik? Bahkan niatku yang ingin meminta maaf padanya menjadi luntur dengan sikapnya hari ini. "Aku ini...benar-benar tak tahu terima kasih ya?" gumamku pada diri sendiri. Menanyakan hal yang sudah seharusnya menjadi penilaianku sambil sesekali mencemooh diri sendiri. "Aku tak menyangka akan pergi dari Axylon secepat ini dalam situasi seperti ini. Apa mereka akan merindukanku?" Semua prasangka buruk bersatu untuk menakutiku sampai aku tak berani memikirkan apa pun. Rasa sayangku pada mereka begitu besar dan tulus, tapi aku justru takut jika mereka—memang menjadikanku sebagai alat penebus dosa pad
Baca selengkapnya
Chapter 13 : Pernikahan
Aku berdiri menatap gaun yang membalut tubuh, begitu suci dalam nuansa sakral yang semerbak. Aku termenung sejenak, tak tahu bagaimana untuk menghadapi hari ini.Kutatap goresan di telapak tangan dengan rasa sedikit kecewa dan gundah atas kebodohanku. Azura sendiri menganggap pernikahan ini adalah suatu pengorbanan, lalu bagaimana denganku?"Nona?"Aku langsung berbalik arah untuk melihat sosok yang tadi memanggilku. Dia adalah Gretta, melihatnya membuatku langsung menghampirinya dengan cemas"Kenapa kau di sini? Bagaimana dengan kondisimu? Wajamu masih pucat," semburku sambil mengecek suhu tubuhnya yang masih sedikit tinggi, tapi terlihat mulai membaik."Saya sudah tidak apa-apa, Nona. Syukurlah, Yang Mulia Raja dan Ratu mengijinkan saya untuk datang kemari.""Bagaimana kau bisa seceroboh itu? Axylon dan Vainea jaraknya lumayan jauh dan kau pergi dengan kondisi seperti ini?" Aku menarik Gretta untuk duduk dan menuang secangkir teh untuknya. "Minumlah, ini akan membuatmu sedikit lebih
Baca selengkapnya
Chapter 14 : Pulih
Aku masih menatap wajah itu, begitu rupawan dengan raut tegas yang memudar. Entah untuk berapa lama aku terlelap dan saat aku membuka mata, wajah ini lah yang pertama kali kulihat. Mata kami bertemu dalam keheningan yang mencabik. Tak lama, tatapannya meredup dan teduh dengan senyum setipis kapas."Jangan paksakan dirimu untuk membuka mata," ujarnya."Apa saya sudah mati?" tanyaku spontan. "Melihat anda dan disentuh oleh anda, rasanya seperti saya sudah menyeberangi dunia yang sangat jauh.""Kau tetap pada duniamu, hanya aku saja yang tak bisa beranjak darimu.""Jadi...saya belum mati?"Ia menggeleng lembut dan menatapku serius. "Kau akan segera pulih, jadi jangan khawatir."Aku terdiam dan menatap sekeliling. Tak ada yang bisa kulihat melainkan dunia dengan warna putih tanpa benda apa pun layaknya ruang cahaya tanpa bayangan. Aku juga yakin kalau tubuhku terbaring di pangkuannya dalam keadaan melayang, tak ada gravitasi yang mengusikku."Apa ini tempat tinggal anda sekarang?""Aku ti
Baca selengkapnya
Chapter 15 : Bertemu
Aku duduk meringkuk di jendela yang tertutup seusai mandi. Kubiarkan punggungku terbuka karena obat oles yang belum mengering. Sesekali aku menggigit biskuit coklat kesukaanku. Benar-benar situasi yang membuatku rindu.Aku menghela napas tenang sambil menjilati serbuk biskuit yang tersisa di jariku."Kau tahu, Gretta? Aku selalu ingin bisa menikmati suasana seperti ini," ujarku setelah mendengar suara pintu terbuka tanpa menoleh."Menurutmu apa aku bisa menaati peraturan sebagai Putri Mahkota? Kau tahu sendiri bagaimana kebiasaanku, kan? Ditambah pelayanku bukan kau lagi, jadi aku akan kesulitan untuk mendapatkan pakaian laki-laki untuk menyamar agar bisa keliling kota dengan bebas," racauku semakin gundah."Oh, ternyata kau punya kebiasaan buruk seperti itu sebagai Putri?"Aku menoleh ke belakang dan terperangah. Aku lupa kalau Azura masih berkeliaran di istana ini, biasanya hanya Gretta yang kuperbolehkan masuk tanpa ijin."Kenapa kau selalu masuk kamarku tanpa ijin?" desisku tak su
Baca selengkapnya
Chapter 16 : Mengulangi Kesalahan
Aku menaiki tangga menuju balkon sepi untuk menenangkan diri dari gelisah yang mengusik. Mataku tertuju pada sosok pria berambut panjang dengan jubah pangeran khasnya yang berkibar karena angin.Jantungku berdegup kencang ketika menghampiri sosok yang sudah kukenal itu. Ia menatap ke bawah sambil tersenyum, tapi matanya terlihat sedih."Yang Mulia...Erick?""Padahal kita telah berbicara dengan akrab, tapi panggilanmu belum berubah?" sahutnya tanpa menoleh."Ma-maaf, sa-maksudnya...aku belum terbiasa." Aku mendekatinya dan melihat di bawah sana."Tidak apa-apa. Seharusnya kau memang tidak mengenalku seumur hidupmu.""Tapi faktanya kita tetap saling mengenal, kan? Bahkan aku sudah tahu kalau kau Ayah kandungku yang tewas dengan patah hati."Ia tertawa sejenak. "Apakah terdengar miris?""Hmm...ya." Kutatap dua sejoli di bawah sana yang sedang tertawa riang di kursi halaman sambil menikmati kue mini di tangan masing-masing."Yang kau maksud apakah...Valen yang itu?" tanyaku sambil melirik
Baca selengkapnya
Chapter 17 : Kembali Ke Vainea
Kepalaku terkulai di atas buku tebal dengan hati sendu. Aroma kertas sedikit menenangkanku meskipun tak mengusik gelisahku sama sekali.Kejadian semalam membuatku tak bisa tidur walau hanya sedetik dan kini kepalaku dilanda pening ringan yang membuatnya terasa berat. Pelupuk mataku sebenarnya juga terasa berat, tapi enggan untuk terpejam."Yang Mulia, anda sudah dipanggil untuk sarapan bersama." Loretta menyentuh bahuku lembut dengan wajah murung."Kenapa wajahmu begitu?" tanyaku."Saya tidak tenang melihat anda tidak tidur semalaman.""Aku cuma tidak bisa tidur, jadi jangan khawatir." Aku terdiam sejenak. "Kau tadi bilang mereka menungguku?"Loretta mengangguk. "Mereka bilang ingin makan bersama sebelum anda berangkat ke Vainea."Aku mengangguk lesu dan segera keluar kamar dengan gontai. Tak lama, aku dibuat ternganga ketika sampai di tempat makan. Makanan di meja terlihat lebih ramai dari biasanya. Di sana juga sudah ada Helena yang sedang terbahak-bahak dan berceloteh dengan Azura
Baca selengkapnya
Chapter 18 : Sebutir Rasa
Mataku mengerjap ketika cahaya matahari masuk melalui jendela yang terbuka. Kurapatkan selimut untuk meneruskan kantukku yang masih menggantung di kantung mata. Bantal yang nyaman membuatku enggan bangkit sedikit pun."Yang Mulia, sudah pagi. Sebentar lagi waktunya sarapan, anda tidak mau Putra Mahkota menunggu, kan?" Loretta mengguncang bahuku lembut."Katakan padanya untuk sarapan lebih dulu. Aku benar-benar masih ngantuk," gerutuku semakin merapatkan selimut."Tidak bisa begitu, Yang Mulia. Masa setelah kalian menghabiskan malam bersama, anda membiarkan beliau sarapan sendirian?"Aku membuka selimut sejenak dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ternyata aku memang berada di kamar Azura dan ya, aku baru tersadar kalau tubuhku hanya berbalut selimut tanpa sehelai pakaian."Jadi...semalam bukan mimpi?" gumamku masih tak menyangka."Sial, kami benar-benar melakukannya semalam? Sungguh?" lanjutku membatin."Mu-mungkin memang terasa seperti mimpi. Tapi kalian memang sudah melakukannya
Baca selengkapnya
Chapter 19 : Kerajaan Keylion
Kami sampai di wilayah Keylion bagian selatan pada malam hari setelah dua hari perjalanan. Kutatap bangunan megah di hadapan kami yang terlihat seperti mansion mewah. Menurut informasi, bangunan ini akan dijadikan asrama para Pangeran dan Putri Raja yang ikut dalam acara ini.Kereta kami berhenti di pintu masuk yang dijaga oleh dua penjaga yang ramah. Aku dan Azura langsung disambut ketika kami turun dari kereta kuda dan dibimbing untuk mengisi data diri sebagai syarat utama pendaftaran.Setelah itu, aku diajak untuk menempati kamarku dan—ya, arahku berlawanan dengan Azura. Ternyata, kamar para Putri dan Pangeran diatur secara terpisah dan beda arah meskipun masih satu bangunan.Aku memasuki ruangan yang terasa kering ketika kuhirup udaranya. Untungnya, aku mendapat kamar yang berada di sudut, jadi aku mendapat dua ventilasi jendela besar. Kamar yang cukup ideal untuk melihat pemandangan di bawah sana, mengingat bangunan ini berdiri di atas bukit dan kamarku di lantai dua.Hal pertama
Baca selengkapnya
Chapter 20 : Menjelajah
Aku berjalan menyusuri embun yang masih melayang di udara dengan kabut tipis yang dingin. Kuhirup kesejukan yang mengalirkan gumpalan ketenangan ke dalam pikiranku. Kusentuh tanah dan mengambilnya sedikit. Kurasakan butirannya di tangan lalu menciumnya, tidak ada yang aneh. Kemudian kulanjutkan perjalananku menuju tempat kejadian, mungkin saja aku akan menemukan beberapa keanehan. Aku melepas sepatu dan mulai merasakan sensasi butiran tanah di kaki. Kini kupanjat tanah miring perlahan sambil sesekali melihat kondisi pohon di sekitarku. Aku tak menyangka tanahnya akan begitu licin hingga terpeleset beberapa kali dan mengotori pakaianku. Aku mulai mencatat beberapa hal yang kuamati, termasuk kemiringan tebing dan bebatuan. Selain itu, curah hujan tinggi menjadi sebab utama setelah Keylion mengalami musim kemarau panjang hingga tanahnya mengering dan retak. Bukan hanya itu, mayoritas pepohonan di sini bukan lah jenis pohon yang memiliki akar kuat. Jadi tidak heran jika sepanjang jalan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status