All Chapters of Suami Gangster sang Ustadzah: Chapter 31 - Chapter 40
56 Chapters
Bab 31
Aisyah terdiam ketika Ronald akhirnya mengungkapkan perasaannya. Aisyah pun menyadari, kalau dirinya sudah mencintai Ronald, tapi entah sejak kapan. "Aku senang mendengarnya," balas Aisyah singkat. Mereka berdua kemudian menikmati keindahan alam melalui sebuah villa sederhana. "Allahuakbar Allahuakbar!" Suara adzan yang terdengar kini membuat Ronald tersenyum. Sudah saatnya berbuka puasa. Ini adalah hari ketiga dan Ronald telah melaluinya. "Maaf pak, aku terlambat membawakan makanan yang Pak Ronald pesan." seorang remaja kini menghampiri Ronald menggunakan sepeda. "Tidak masalah, apakah kamu berpuasa?" tanya Ronald. "Ia, maka dari aku buru-buru untuk kembali agar bisa segera berbuka." kata remaja itu. Ronald tersenyum. "Tinggallah dan mari kita berbuka bersama." kata Ronald. Demi dapat menikmati matahari yang terbenam perlahan, sebuah meja diangkat keluar di teras Villa, lengkap dengan tiga buah kursi. "Paman, apakah tidak apa jika aku ikut berbuka? Inikan pesanan paman." kat
Read more
Bab 32
Bab 32 : RianMelihat Ayahnya yang akhirnya mati, remaja itu menjadi sangat marah. "Sialan, sudah berapa banyak uang yang kami berikan, dan kau masih memperlakukan kami seperti ini? Aku tidak terima!" seru remaja itu kemudian segera menerjang ke depan, menggunakan sebuah pisau. Sial bagi remaja itu, ketika dirinya tiba-tiba terkena balok kayu tepat sebelum ia menusuk perut orang yang menampar ibunya. "Rian, jangan melawan dan larilah sejauh mungkin! Hidupmu lebih berharga, Nak! Aku dan Ayahmu sudah menyuruh mu untuk jangan kembali Sebelumnya, tapi kamu masih tidak mendengar." kata Ibu Rian. Rupanya, remaja itu bernama Rian. Nama yang sangat bagus! "Aku tidak akan pernah meninggalkan Ibu dan Ayah, aku akan melawan sekuat tenaga." kata Rian kesal. Tiba-tiba sebuah kaki ingin menendang kepala Rian. Namun tiba-tiba terdengar suara seperti sebuah tulang yang patah. Rian terkejut saat melihat Ronald sudah berada di tempat itu. "Berani sekali kau ingin menendang wajahnya," kata Ronald
Read more
Bab 33
Bab 33 : Anak angkat***"Rian, aku tidak akan meninggalkan mu dalam keadaan seperti ini. Aku akan disini bersamamu." kata Ronald. "Paman adalah orang yang baik. Aku tidak ingin Paman dalam bahaya karena ku. Tuan George bukanlah orang yang bisa paman singgung." kata Rian. Ia masih duduk lemas di lantai dengan ibunya yang masih berada di pangkuannya. "Nak, aku mengerti apa yang kamu katakan. Tapi aku sudah bertekad dan berjanji pada diriku akan membantumu. Aku tidak akan berhenti di tengah jalan." kata Ronald. "Aku tahu Paman memang hebat, tapi Tuan George setidaknya mempunyai ratusan anak buah. Terlebih mereka mempunyai banyak sekali senjata api. Paman yang hanya seorang diri hanya akan mengantarkan nyawa saja. Aku tidak mau melihat hal itu terjadi. Lebih baik paman membawa istri paman pulang. Biarkan aku yang menghadapi Tuan George." kata Rian. Rian tidak mau Ronald dan Aisyah yang notabenenya adalah orang asing bagi Rian ikut terlibat dalam masalahnya. "Aku tidak berpikir Bos G
Read more
Bab 34
Bab 34 : Anak angkat Part 2***"Aku harap Paman itu bisa menolong kami semua. Aku akan sangat berharap Paman itu akan berhasil menang melawan Tuan George." pikir Rian sangat berharap Ronald berhasil."Jika pada akhirnya Paman itu gagal, akan aku lakukan segalanya untuk melindungi Bibi ini." pikir Rian saat menatap Aisyah yang masih saja tidak sadarkan diri. Sementara itu, Ronald kini akhirnya sampai di depan sebuah gerbang besar. Kediaman Tuan George sangat besar dan megah, layaknya sebuah istana. "Berhenti, siapa itu!" dua orang preman amatir yang berjaga segera meneriaki Ronald yang masih di dalam mobil. Ronald kemudian tersenyum. Di pinggangnya sudah tersedia dua buah pistol dan belati. Ronald datang dengan penuh persiapan. Saat Ronald baru saja keluar, dua kali suara tembakan kemudian terdengar. Dua orang tadi kini mati dengan jantungnya yang sudah berlubang akibat peluru. Ternyata, Ronald mempunyai keahlian dalam membidik. Ia selalu telat sasaran dan ia juga bisa menembak d
Read more
Bab 35
Bab 35 : Resmi Menjadi Anak Angkat***Rian merasa sangat senang ketika melihat Tuan George yang sekarang terikat Ditambah mulutnya disumpal kaus kaki busuk agar tidak banyak bicara. "P-Paman? Paman berhasil? I-itu benar-benar Tuan George yang sangat kejam kan?" kata Rian yang seolah tidak percaya. Ia berjalan mendekat kemudian tanpa di suruh langsung memukul wajah Tuan George dengan keras. "Rian, pergi dan beri tahukan kepada semua penduduk desa bahwa Tuan George telah dikalahkan. Bagi siapapun yang mau datang membuat perhitungan terhadap Tuan George, bisa datang ke sini." kata Ronald. Mendengar hal itu, Rian semakin senang kemudian segera berlari dengan semua tenaga yang ia miliki. Padahal untuk jalan saja susah. Tapi karena saking senangnya, Rian tiba-tiba bisa berlari dengan sangat baik dan mengabaikan rasa sakitnya di kaki. "Tuan George telah dikalahkan! Tuan George telah dikalahkan!" Rian berlari sambil terus meneriakkan Kalimat yang sama. Saking gembiranya Rian. Ia kemudi
Read more
Bab 36
Bab 36 : Resmi Menjadi Anak angkat Part 2***Melihat begitu banyak warga yang antusias membawakan makanan untuknya, Ronald hanya bisa tersenyum. Ia bisa merasakan bagaimana besarnya rasa terima kasih para warga."Kawan-kawanku sekalian, karena sudah terlanjur datang. Maka mari kita rayakan dengan makan sahur bersama." kata Ronald.Para warga malah semakin senang mendengarnya. Ronald ternyata mau makan bersama. Halaman depan dari Villa sederhana itu kemudian akhirnya dijadikan tempat para warga makan bersama. Dari tua hingga muda, dari laki hingga perempuan, bisa dibilang satu warga kampung berkumpul di tempat ini. Membuat tempat yang sebenarnya luas, namun kini terasa sempit. "Kawan-kawanku sekalian, mati kita makan sahur bersama!" seru Ronald sebelum akhirnya mulai makan sahur bersama di halaman depan Villa itu. Setelah kenyang, kini Ronald melamun. "Entah diapakan Tuan George oleh mereka semua." pikir Ronald. Ia tiba-tiba terpikirkan nasib keluarga George yang mungkin hanya t
Read more
Bab 37
Bab 37 : Resmi Menjadi Anak angkat Part 3***Ronald dan Aisyah saat ini mengagumi pemandangan air terjun di hadapannya. Mereka berdua menghabiskan waktu beberapa jam di tempat itu. "Aisyah, tempat ini sangat bagus kan?" kata Ronald. Aisyah mengangguk beberapa kali. "Jika dipikir-pikir, hidup ini bagaikan air terjun. Yang apabila sekali terjun, maka tidak bisa kembali. Hanya bisa melanjutkan perjalanan sampai ke tempat tujuan." kata Ronald. Aisyah menghela napas kemudian berkata, "Itu memang benar." Aisyah dan Ronald hanya menikmati pemandangan saja, sekaligus menghirup udara segar. Saat waktu menunjukkan pukul 13.00 siang, Ronald dan Aisyah sudah berada di kolam air panas. Tidak ada yang bisa dilakukan di sana, jadi Ronald dan Aisyah melanjutkan ke tempat yang lainnya. Satu harian itu dihabiskan berjalan-jalan dan bersantai saja. "Rian, kau masih ingat dengan tawaranku semalam bukan?" tanya Ronald saat sudah sampai di Villa dan hanya ada dirinya, Aisyah, dan Rian. "Aku tidak
Read more
Bab 38
Bab 38 : Konflik Mahram***Ronald memutuskan untuk singgah di beberapa rumah yang ia temui di pinggir jalan. Ia memutuskan untuk bersedekah. Bagaimanapun, Ronald kebanyakan barang yang ia dapatkan di Desa Routh. Setelah di sedekahkan di beberapa rumah, kini hanya tersisa barang-barang yang ada dalam bagasi mobil. Perjalanan selama beberapa jam kemudian segera berlalu. Mereka akhirnya sampai di apartemen. Di depan pintu apartemennya, Ronald membuka pintu kemudian segera berjongkok di samping Rian dan berkata, "Mulai hari ini, kamu akan tinggal di sini bersamaku." Rian kini tersenyum saat melihatnya. Ia benar-benar senang pada saat ini. "Apa kalian akan terus berdiri di depan pintu?" tanya Aisyah. Ronald dan Rian kini tersenyum. Mereka berdua lalu masuk ke dalam. Aisyah seketika menyiapkan makanan di meja. Karena memang warga Desa Routh ada juga yang memberikan makanan, maka Aisyah tidak perlu memasak setidaknya untuk malam ini. Mereka bertiga kemudian makan bersama. Berbeda da
Read more
Bab 39
Bab 39 : Memanggil Ayah***"Nak, kamu benar berasal dari Desa Routh?" tanya Bos Ronald. "Memang benar aku berasal dari Desa Routh." kata Rian. "Bagaimana aku harus memanggil Paman? Aku belum mengetahui siapa nama Paman. Perlukah aku memanggil dengan sebutan 'Bos' juga?" tanya Rian. "Namaku adalah Ferry Orlando, kamu bisa memanggilku Paman Ferry mulai dari sekarang." kata Bos Ronald yang ternyata bernama Ferry Orlando. "Jadi bagaimana keadaan Desa Routh sekarang?" tanya Ferry. "Alhamdulillah, sekarang sudah sangat baik. Semua itu berkat Paman Ronald yang telah mengalahkan Tuan George seorang diri." kata Rian. Pada saat ini, Ferry merasa sangat terkejut. Sebab dia memang sengaja mengusulkan Ronald untuk pergi ke Desa Routh saat Ronald mengatakan ia berencana mau liburan. "Niat awal ku adalah untuk membuat Ronald mampus di tangan Tuan George dengan Ronald yang ke sana. Dengan begitu, aku tidak perlu melihatnya lagi di sini. Kemudian Geng Naga Hitam akan turun tangan untuk menyela
Read more
Bab 40
Bab 40 : Membangun tekad pada diri Rian.***Ronald tersenyum saat menyaksikan istrinya sudah tertidur lelap. Tangan Ronald pun menyentuh dan mengusap kepala Aisyah. Ia membelai rambutnya selama beberapa waktu kemudian segera berjalan menuju keluar. Setelah keluar, Ronald masuk melalui pintu yang lainnya. Dalam ruangan empat kali empat meter itu hanya terdapat sebuah sofa dan di atasnya ada Rian yang sedang tertidur. Ronald kemudian berjongkok dan segera menatap Rian dengan senyuman. "Aku harus membangun tekadnya sebelum memutuskan untuk mendidik Rian." batin Ronald. Tangannya pun segera menggoyangkan tubuh Rian agar ia terbangun. "Ayah?! Apa yang Ayah lakukan?" tanya Rian. "Aisyah sudah tidur, aku ingin membawamu melihat sesuatu pada malam ini." kata Ronald. "Membawaku melihat sesuatu?" Rian merasa sangat heran, tidak mengerti dengan yang Ronald inginkan. "Berhentilah bertanya dan ikutilah bersamaku!" kata Ronald. Rian kemudian menghela napas sebelum akhirnya memutuskan untuk
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status