บททั้งหมดของ TOPENG SUAMI DAN ADIK ANGKATKU: บทที่ 41 - บทที่ 50
75
41-Kado Misterius
[Amel, aku benar-benar minta maaf jika dulu tak jujur padamu tentang kondisiku. Aku tak bermaksud melukai hatimu, hanya saja aku nggak sanggup jika mematahkan mimpi-mimpimu. Jika saat itu kamu sakit, tentu aku jauh lebih sakit. Aku harus menerima takdirku yang mandul dan harus menerima takdirku yang lain dengan melihatmu bersanding bersama sahabatku sendiri. Sekali lagi maafkan aku, Mel] [Aku tak memaksamu membalas semua pesan yang kukirimkan. Aku juga tak memaksamu untuk memaafkan kesalahan-kesalahan yang kulakukan, tapi aku hanya ingin kamu tahu. Rasa itu tak pernah pudar sampai sekarang. Namun, lagi dan lagi aku cukup tahu diri jika tak bisa menjadi sosok sempurna untuk hidupmu. Aku pergi bukan karena tak mencintaimu lagi, tapi justru karena cintaku terlalu besar hingga membiarkanmu bersamanya. Sekarang, terbukti kamu memiliki dua gadis kecil yang cantik. Bayangkan jika kamu bersamaku, tak akan mungkin bisa seperti sekarang. Kebahagiaanmu tentu akan berkurang] Banyak sekali pesan
Read More
42-Dia
"Jangan dibuka dulu ya, Sayang. Kita kan belum tahu kado ini dari siapa," ujarku pelan sembari mengusap punggung kedua gadis kecilku itu. Mereka menghela napas seketika. Tampak kecewa di wajah polos mereka berdua. "Tapi, Ma ... itu sudah ada nama Yuka sama Yuki kan? Bibi bilang itu buat kita, Mama." Yuki merajuk sembari bergelayut manja di lenganku. "Iya, Sayang. Cuma kita nggak tahu siapa pengirimnya. Kalau isinya benda berbahaya bagaimana?" Tak ingin kalah, aku terus membujuk mereka agar tak membuka kado itu sekarang. Setidaknya sampai aku tahu siapa pengirim kado tanpa nama itu. Papa mereka atau memang Mas Denis. "Aku yang kirim kadonya, Mel." Suara itu tiba-tiba mengagetkanku. Aku dan anak-anak pun mendongak ke arah pintu masuk. Sosok jangkung dengan hoodie hitamnya itu sudah berdiri di samping pintu utama dengan senyum tipisnya. Entah mengapa tiap kali melihatnya, getar dalam dada masih begitu terasa. Kupikir memang belum bisa melupakan dia sepenuhnya. "Boleh aku masuk?" tan
Read More
43-Ratu dan Puteri
[Mas, sebaiknya kamu tak perlu terlalu sering memberikan kado untuk Yuki dan Yuka. Bukannya nggak suka, tapi aku nggak mau mereka ketagihan.dan ketergantungan sama kamu. Bukan kamu yang seharusnya bersikap demikian, tapi papanya.]Kukirimkan pesan itu pada Mas Denis. Walau bagaimanapun aku harus mencegahnya dan memberinya peringatan lagi entah untuk ke berapa kalinya. Aku benar-benar tak ingin anak-anakku merasa nyaman dengan dia dan bergantung padanya. Rasa trauma itu sesekali hinggap dan pergi. Dua bulan setelah pertemuanku kembali dengan laki-laki itu, sikapnya tak pernah berubah. Sangat manis, bahkan bisa dikatakan terlalu manis untukku dan anak-anakku meski status hubungan kami sekadar teman biasa. Cukup lama aku menunggu balasan darinya. Mungkinkah dia akan mengerti kali ini? Atau jawabannya akan tetap sama seperti sebelumnya yang selalu berusaha meyakinkanku akan cinta dan kesetiaannya itu. Aku ingin percaya sepenuhnya, tapi lagi-lagi tiap kali aku ingin memulai meyakini, tia
Read More
44-Pesan
Dua minggu sudah aku tak mengaktifkan nomor handphone itu sebab sengaja memakai nomor baru. Tak ada yang tahu nomor baruku kecuali Bi Marni dan Pak Agus saja. Bahkan karyawan di twins resto pun tak ada yang tahu. Bukan sengaja menghilang, hanya saja aku memang ingin fokus pada istikharahku sendiri. Tak ingin teracuni pikiran dan keinginanku yang lain. Berharap pilihan yang kuambil nanti memang semata-mata karenaNya, bukan karena keinginanku saja. [Mas, beri aku waktu untuk istikharah. Aku tak tahu sampai kapan, hanya saja aku berharap kamu mau menunggu dan tak menggangguku dulu. Aku akan menonaktifkan nomor ini, jadi bersabarlah menunggu jawabanku sampai nomor handphoneku aktif kembali. Namun, jika kamu memang nggak bisa menunggu terlalu lama, kamu boleh mencari perempuan pengganti yang jauh lebih pantas untukmu. Aku tak mengapa, santai saja]Pesan yang kukirimkan pada Mas Denis beberapa saat sebelum nomor handphoneku nggak aktif itu kembali terngiang di benak. Aku percaya dia rela
Read More
45-Harapan
Pasca istikharah beberapa hari lalu, hubunganku dengan Mas Denis semakin erat terjalin. Dia memberiku waktu untuk menerimanya kembali. Tak ada paksaan agar aku segera mengiyakan pernyataan cintanya, hanya saja aku memberikan signal mau kembali menjalin hubungan seperti dulu bersamanya.Sebenarnya aku tak meragukan cintanya, hanya saja pernikahanku dengan Mas Bima masih menyisakan trauma yang belum sepenuhnya hilang. Aku ingin menghapus jejaknya perlahan sebelum meyakinkan diri untuk menjalin hubungan serius dengan lelaki lain. "Bunda ... dapat kiriman bunga sama bantal berbentuk hati lagi. Yuki sama Yuka juga dapat boneka baru. Bagus banget, Bun. Suka pokoknya." Teriakan Yuki dari teras rumah membuatku terjaga dari lamunan.Aku yakin kedua anak kembarku itu baru menerima kiriman kado dari Mas Denis seperti biasanya. Laki-laki itu memang gemar mengirimi kami kado, nyaris setiap hari. Tak selalu mewah, kadang hanya sekadar ajakan jalan-jalan atau makan di luar, tapi itu sudah membuatku
Read More
46-Merah Jambu
Pagi-pagi sekali aku sudah menyiapkan baju ganti, camilan, susu dan peralatan lain untuk si kembar sebab hari ini mereka akan diajak ke kebun binatang oleh Mas Denis dan mamanya, Tante Rosita. Bukan dalam acara khusus, tapi hanya sekadar refreshing biasa untuk menghilangkan penat. Lagipula memang sudah cukup lama si kembar tak jalan-jalan. Tak lupa kuajak Bik Marni sekalian karena dia memang sudah kuanggap seperti ibuku sendiri. Sejak semalam, kedua gadis kembarku itu nyaris tak bisa tidur membayangkan keseruan mereka saat jalan-jalan nanti. Menjelang pukul sebelas malam mereka baru terlelap setelah kelelahan bercerita dan bermain bersama. Saat ini mereka masih main petak umpet di kamar saat terdengar deru mobil Mas Denis yang baru parkir di halaman. Tak lama setelahnya, dua gadis kecilku itu berkejaran dan saling mendahului menuju teras rumah sembari memanggil nama laki-laki yang dekat dengannya akhir-akhir ini. "Om, Yuka sama Yuki sudah siap dari tadi loh. Bunda juga sudah siap
Read More
47-Pertemuan Tak Terduga
Dalam perjalanan, aku hanya menjadi pendengar setia cerita si kembar dengan tante Rosita. Mereka terlihat begitu akrab, sesekali Mas Denis pun ikut menimpali cerita mereka. Pemandangan yang entah mengapa menyelipkan rasa lega dan bahagia tersendiri dalam dada. Sampai tempat tujuan, Mas Denis segera membeli tiket untuk kami semua dan mulai melangkah ke dalam kebun binatang yang sejuk karena banyak pepohonan rindang. Di beberapa tempat disediakan kursi-kursi untuk tempat melepas lelah. Tante Rosita dan si kembar tampak asyik menikmati jalan-jalan ini. Mereka asyik ngobrol dan sesekali tertawa. Tak jarang kulihat mereka foto bersama, membuat video atau memotret hewan-hewan yang lucu menurut mereka.Mas Denis berjalan mensejajariku. Dengan santainya beberapa kali memotretku begitu saja tanpa permisi. Dia hanya tertawa kecil saat aku melotot tak suka ke arahnya. Aku memang nggak terlalu suka jika difoto, entah karena apa, tapi dia justru berulang kali mengarahkan kameranya padaku sengaja
Read More
48-Badut Cantik
"Mbak! Jalannya yang cepet dong! Jangan kayak siput!" Teriakan anak laki-laki itu membuatku tersentak seketika. Aku dan Dinda saling pandang sesaat, tanpa ada sepatah kata pun yang terucap. Dia pun tak mengapa kedua anak kembarku yang mungkin begitu merindukannya. Meski dia penyebab hancurnya rumah tanggaku, tapi Yuki dan Yuka tak terlalu tahu soal itu. Aku pun tak mengajari mereka untuk membenci ayah dan tantenya.Dinda kembali melanjutkan langkahnya menyusul anak laki-laki itu dan suaminya yang sudah melangkah lebih dulu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Dinda? Apa dia memang tak bahagia? Bukankah dia bilang laki-laki itu adalah calon suami idamannya? Namun, mengapa tak ada keceriaan di wajahnya saat berpapasan denganku tadi?Berbagai pertanyaan masih terus berputar di benak hingga kulihat si kembar sudah saling berkejaran di depanku bersama tante Rosita, sedangkan Mas Denis masih duduk di sebelahku sambil memotret aktivitas mereka."Sekarang mama sama Om Denis ya, Oma." Teriakan
Read More
49-Cemburu
[Makan siang ke cafe depan kantor mau?Kalau mau nanti aku jemput] Pesan Mas Denis baru sempat kubaca setelah menjemput dua gadis kecilku dari sekolah. Aku tersenyum tipis lalu gegas membalas pesan yang dikirimkannya. [Boleh, Mas. Ajak anak-anak sekalian boleh?] Aku membalasnya singkat lalu meminta anak-anak untuk segera membersihkan badan dan ganti baju sebelum melakukan aktivitas lainnya. [Justru harus ada anak-anak. Aku lebih kangen sama mereka dibandingkan sama mamanya] Lagi-lagi senyumku mengembang saat membaca balasan Mas Denis yang terekam di layar. Aku lega melihat kedekatannya dengan kedua anak perempuanku. Mas Denis memang berusaha mendekati mereka sebelum mendekatiku. Ketulusan dan perhatiannya pada anak-anakku membuat hati ini semakin yakin jika dia akan menjadi ayah sambung yang baik untuk Yuki dan Yuka. [Bener nih? Aku cemburu] Hanya itu yang kukirimkan padanya. Tak lama setelahnya Mas Denis kembali membalas pesan yang kukirimkan. [Yuki sama Yuka memang secantik
Read More
50-Persekongkolan
POV : BIMA Hampir dua bulan aku bekerja sebagai manager di perusahaan ini. Suasananya cukup nyaman. Teman-teman kantor juga asyik dan seru, termasuk Aina. Aku tak menyangka jika gadis cantik dan supel itu ternyata menyukai Denis. Awalnya aku tak tahu, hanya saja beberapa kali kuperhatikan kegugupannya saat bertemu, tak sengaja berpapasan atau beradu pandang dengan Denis membuatku semakin yakin ada cinta di hati Aina untuk mantan sahabatku itu. Denis yang kukira bekerja sebagai manager sama sepertiku ternyata dia justru menjadi direktur di perusahaannya sendiri yang berlokasi tepat di samping kantorku bekerja. Aku baru tahu jika sekarang dia memiliki tiga perusahaan dengan bidang yang sama dan semuanya berkembang dengan baik. "Pak, kok malah bengong. Apa ada masalah?" tanya Aina cukup mengagetkan. Aku tersentak seketika mendengar pertanyaannya barusan. Baru menyadari jika aku dan dia masih makan siang di Bianglala Cafe, tepat di depan kantor kami. "Sorry, Ain. Jadi, kamu beneran s
Read More
ก่อนหน้า
1
...
345678
DMCA.com Protection Status