All Chapters of Asisten Kesayangan CEO Angkuh: Chapter 51 - Chapter 60
104 Chapters
51. Terbakar Cemburu
Rara kini tengah sibuk memeriksa tumpukan laporan persediaan di gudang. Awalnya ia tidak menemukan kejanggalan, akan tetapi lama kelamaan ia menemukan data yang tidak sesuai antara data barang setengah jadi dan barang yang siap dijual. Ada perbedaan data yang mematik rasa curiganya, yang semakin menguatkan dugaannya, jika telah terjadi pemalsuan data yang melibatkan beberapa oknum di beberapa divisi. "Mengapa bisa seperti ini? Apa yang mereka incar? Bukankan gaji mereka sudah lebih tinggi dari tempat lain?" Rara bergumam sendiri. Ia terus membolak balik lembaran-lembaran di depannya. Sudah lebih dari dua jam Rara duduk di ruang itu, dan angka-angka yang tertera di lembaran-lembaran itu belum juga membuat Rara merasa lelah. Beberapa orang datang dan pergi, mengantarkan dokumen-dokumen yang Rara minta. Karena hal ini adalah yang pertama kalinya terjadi di perusahaan itu, para karyawan di pabrik merasa canggung sekaligus heran. Untuk apa itu semua dan apa artinya bagi perusahaan? Apaka
Read more
52. Aku mengkhawatirkanmu
Rara menghabiskan satu gelas jus jeruk yang baru saja dihidangkan oleh Joni, hingga membuat pria itu terperangah. "Haus sekali ya Mbak?" Joni bertanya dengan polosnya membuat Rara sedikit salah tingkah. "Iya, Pak." Tidak ada kata lain yang bisa diucapkan Rara untuk menutupi rasa malunya. Ia lupa jika Joni masih berdiri di depannya. "Apa perlu saya bawakan lagi jus-nya, Mbak?" tawar Joni tulus. Mulai terbersit rasa kasihan pada gadis di depannya itu, melihat tumpukan dokumen-dokumen yang masih menggunung. "Boleh, kalau Pak Joni tidak keberatan." "Tidak. Sama sekali tidak. Saya ambilkan dulu kalau begitu." Rara mengangguk lalu kembali menatap lembaran di depannya. Dilliriknya sekilas arloji di tangan kanannya. Sudah hampir tengah hari, sedangkan dokumen yang sudah ia periksa baru dapat setengah dari jumlah keseluruhan. Haruskah ia melembur di pabrik? Saat Rara kembali sibuk dengan dokumen-dokumen di depannya, sesosok pria menghentikan langkahnya tepat di depan pintu ruangan itu.
Read more
53. Melarikan Diri
Wisnu sedang asyik mengamati jalannya mesin produksi cetak ketika sebuah siulan mengganggu indera dengarnya. "Sejak kapan kau ada di sini?" tanya Raka mulai memasuki ruangan yang berukuran cukup besar. Ada banyak mesin di sana dan semuanya sedang beroperasi. Wisnu menoleh ke asal suara. Tampak olehnya, Raka berjalan mendekat ke arahnya. Angin apa yang tiba-tiba menggiring sepupunya itu untuk datang kemari? Apakah ia juga sedang mencari Rara? Doni? Mana pria itu? Wisnu mencari-cari sosok Doni. Tidak ikut menemani atasannya? "Ada rapat dadakan?" Wisnu justru balik bertanya pada Raka. Raka mengabaikan pertanyaan Wisnu, memilih berjalan mengelilingi ruangan besar itu. Suara mesin riuh rendah menyapa telinganya. Beberapa karyawan di ruangan itu menepi ketika kedua sosok itu hendak melintas ke arah mereka. "Baru pertama kali kemari, heh?" Entah apa maksud pertanyaan Wisnu. Sekedar pertanyaan biasa atau kalimat sindiran pada sepupunya itu. Raka hanya mengangkat kedua bahunya, lalu me
Read more
54. Nyaris Ketahuan
Raka melihat seseorang yang tingkah polahnya sangat mencurigakan. Berjalan mundur dengan mengendap-endap, bukankah itu sangat mencurigakan? Ia lantas berteriak, berharap sosok itu berhenti. Namun, ia justru harus merelakan sook itu hilang, melesat ke luar dari gerbang besar pabrik. "Siapa itu?" Raka menatap Doni. Doni hanya balas menatap atasannya tanpa menjawab. Hatinya tiba-tiba berdesir hebat. Apakah itu Rara? "Doni!" tegur Raka setengah berteriak. "Eh-Anu-I-Itu, saya tidak tahu, Bos." "Periksa cctv!" Raka menitahkan Doni untuk mendatangi pos satpam. Kini detak jantung Doni menjadi jauh lebih cepat lagi. 'Bagaimana ini? Bagaimana jika itu Rara? Jika kamera cctv diperiksa, akan jelas terlihat keberadaan Rara.' Perang batin yang tiba-tiba itu membuat Doni tidak langsung melaksanakan perintah Raka. "Apa yang sedang kamu lakukan? Mengapa justru bengong dan berdiam diri di situ? Cepat periksa rekaman cctv!" Gertakan Raka membuat Doni pada akhirnya melangkah ke pos satpam. P
Read more
55. Sekali Ini Saja
"Apa maksudnya, Pak? Saya kok tidak paham." "Sebentar. Akan kujelaskan sebentar lagi. Kamu lantai berapa?" Tangan besar pria itu bersiap menekan salah satu angka di tombol lift. "Tujuh, Pak." Percakapan mereka hanya berlangsung beberapa menit, dan itu tidak cukup bagi keduanya memberi dan menerima informasi. Sepertinya, Dewa lupa jika Rara adalah orang pusat, yang tidak lain kaki tangan Widjanarko, yang sedang melakukan audit di perusahaan tempatnya bekerja. "Kamu ikut aku ke ruanganku dulu, nanti aku jelaskan di sana," ucap Dewa setelah pintu lift terbuka di lantai lima. Karena didorong rasa penasaran, Rara akhirnya mengikuti Dewa dari belakang. Langkah Dewa sedikit tergesa karena waktu sudah begitu mendesak menurutnya. Ia belum membuat desain produk baru untuk rapat besok, sesuai permintaan atasan mereka. Raut wajah Rara berubah-ubah selama mendengar penjelasan dari Dewa. Ia tidak mengira jika pria di depannya itu memiliki ide seperti ini. "Pak, apakah itu tidak melanggar k
Read more
56. Dokter Riswan
Brukk! Rara jatuh pingsan. Raka yang terkejut langsung menarik tubuh Rara hanya dalam satu tarikan. Susan ternganga melihat adegan ini, hingga tidak mendengar perintah Raka. "Apa kau tidak mendengar perintahku? Cepat suruh dokter klinik ke ruanganku!!" Susan hanya bisa mengangguk berulang kali. Ia sendiri tiba-tiba menjadi gugup. Di kepalanya hanya ada bayangan kejadian barusan, betapa kejadian itu selalu ia impikan terjadi pada dirinya. Tangannya bergetar saat memegang gagang telpon, dan dengan terbata-bata ia menyampaikan perintah Raka pada dokter klinik kantor. Susan memberanikan diri menyusul Raka ke ruangannya. Ia ingin melihat seberapa parah kondisi Rara, gadis yang beruntung digendong pria terseksi di gedung ini. Raka tampaknya tahu jika sekretarisnya menyusul di belakang, dan kini sedang berdiri mematung di depan pintu. "Buatkan teh panas atau jahe panas!" "Ba-Baik, Pak." Susan segera pergi meninggalkan tempatnya berdiri. Saking gugupnya, ia beberapa kali harus tersand
Read more
57. Aku Mencintai Orang Lain
Rara masih terpaku pada lembaran dengan tulisan indah di atasnya. Tidak percaya dengan yang ia baca, gadis itu berulang kali membaca tulisan itu. Dan ia tidak dapat memungkiri kenyataan, ketika kedua netranya jatuh pada tanda tangan di tengah kertas. "Riswan..." sebut Rara setengah berbisik. Ia jadi terkenang kembali dengan kenangan masa lalu. Surat misterius yang selalu ada di bawah meja tempat duduknya, sewaktu masih di SMA, dan hanya tertanda inisial Rsw dipojok kanan bawah. Surat dengan tulisan yang sama setiap harinya. Hai, Rara. Lift terbuka, memaksa Rara untuk cepat-cepat memasukkan kertas itu ke dalam saku jasnya. Degup jantungnya berdetak tidak seperti biasa. Tidak cepat tapi berdentum seperti suara drum. Pelan tapi keras, membuat seluruh ruang di dadanya bergetar membuatnya kesulitan untuk bernapas. Dengan setengah berlari, Rara menuju lobi. Tampak olehnya sosok Doni yang berdiri dengan tidak sabar. Ketika kedua netra mereka saling bertabrakan, Doni langsung mengangkat tan
Read more
58. Mengawasimu
Rara tidak menggerakkan tubuhnya sama sekali setelah mendengar ucapan pria di depannya. Kalimat itu seolah seperti pernyataan yang bermakna khusus untuknya. Menyadari sikap Rara yang tiba-tiba berubah, membuat Riswan mengganti alur pembicaraan. Ia memikirkan bahan pembicaraan apa yang bisa membuatnya berlama-lama dengan gadis itu. Ia sungguh merasakan kerinduan yang sangat padanya. "Bagaimana perutmu? Apakah sudah baikan?" Akhirnya Riswan menemukan topik yang sangat pas. Rara mengangguk pelan. "Sudah baikan." "Mengapa masih seperti dulu? Mengapa kamu abaikan? Penyakit itu bisa bertambah parah dan itu sangat berbahaya." Nada khawatir jelas diperlihatkan oleh Riswan. Ia mencintai Rara sejak dulu, dan cintanya tidak pernah bisa berpaling dari gadis itu. Itulah mengapa ia memilih untuk meneruskan pendidikannya dengan mengambil jurusan kedokteran. Ia ingin menyembuhkan penyakit Rara, dan terbukti, hal itu menjadi penyemangat terbesarnya hingga mampu menyelesaikan pendidikannya satu t
Read more
59. Kedatangan Wisnu
"Datang kemari? Siapa?" Riswan memutar tubuhnya, mengikuti arah pandang Rara. Pria itu sama terkejutnya dengan Rara. Apa hal yang membawa sang wakil direktur datang kemari? Riswan terus menatap orang nomor dua di tempatnya bekerja. Merasa ditatap sedemikian rupa oleh Rara dan Riswan, Wisnu mempercepat langkahnya. "Aaah, ternyata di sini ada Dokter Riswan juga. Kebetulan sekali. Ada yang ingin aku tanyakan padamu. Kita berbincang di dalam," ajak Wisnu tanpa meminta persetujuan dulu pada si empunya rumah. Riswan menatap Rara, tapi Rara hanya mengedikkan kedua bahunya. Ingin sebenarnya Riswan menolak, mengingat keadaan Rara yang masih belum begitu fit. Namun, ada untungnya juga bagi dirinya. Ia masih bisa berlama-lama di rumah Rara. Menghirup udara yang sama, di tempat yang sama dengan pujaan hatinya. Riswan mengikuti Wisnu, disusul Rara di belakangnya. Wisnu seperti sudah sangat akrab dengan rumah Rara, membuat Riswan mulai berpikiran yang tidak-tidak. "Apakah ia sering datang kema
Read more
60. Amarah Wisnu
Rara segera masuk ke dalam rumahnya, setelah memastikan Riswan benar-benar sudah pergi. Ia secepat kilat membereskan ruang tamu, melipat pakaian, dan membersihkan dirinya. Makanan yang dipesan oleh Riswan, sudah tiba tidak lama setelah pria itu pergi. Setelah menyantap makan malam dan meminum obat, Rara segera mengeluarkan berkas-berkas yang ia bawa dari pabrik. Dilliriknya jam dinding di ruang makan, baru kemudian ia memulai pekerjaannya. Dan hal itu terus berlangsung selama tiga hari masa cutinya. Dari sederetan data yang ia peroleh dan olah, ia memang menemukan ada banyak benang merah dengan masalah yang dihadapi perusahaan Raka. Perusahaan Raka bukan kalah bersaing, tapi terpuruk akibat pengkhianatan dari dalam perusahaan itu sendiri. Sekarang, Rara harus menemukan motif pengkhianatan itu. Siapa dalang dari semua ini? Alasan apa yang melatar-belakanginya? Beberapa nama sudah masuk dalam catatan merahnya, dan ia harus mulai mencari tahu motif orang-orang tersebut. Senin Pagi
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status