All Chapters of Pernikahan Rahasia Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30
67 Chapters
Kesehatan Rafli Memburuk
Sekitar jam lima sore dokter Frans datang. Ia ingin mengecek keadaan Rafli. Ada mimik tak mengenakan dari wajah dokter Frans. Membuat Danu ikut gelisah.“Tuan Danu mari ikut saya ke ruangan,” titah dokter Frans setelah selesai memeriksa Rafli.“Nak, tunggu, ya. Ayah pergi sama dokter. Kamu sama suster dulu, ya.”“Iya, Ayah.”“Pintar,” puji Danu lalu mengelus sayang kepalanya.Danu pun pergi menuju ruangan dokter Frans. Ia begitu takut dengan apa yang akan dokter Frans katakan. Ia tak mau mendengar berita buruk yang bisa membuat dirinya down dan kehilangan semangat.Sampai di ruangan dokter Frans, Danu dipersilakan duduk dengan beribu perasaan yang tidak bisa ia jelaskan.“Begini, Tuan,” Dokter Frans memulai berbicara lalu terdiam kembali.“Iya, Dok. Katakanlah jangan membuat saya penasaran.”“Apa Tuan sudah siap? Siap mendengar apa pun yang saya katakan, baik ataupun buruk mengenai kondisi terkini putra
Read more
Rasanya Ingin Bersembunyi
Setelah melihat angka yang fantastis yang ia habiskan untuk berlibur. Jihan sama sekali tidak menyesal. Ia malah bangga dengan begitu geng sosialitanya tetap akan memuja dan mengagumi dirinya. Meski dalam hati kecilnya, ia begitu capek harus menjadi orang lain terus.Rasa lelah batin dan lahirnya sama sekali tidak ia hiraukan. Yang terpenting ia senang karena terus mendapat pujian dari orang lain. Bahkan rasa khawatirnya pada kedua anaknya lenyap seketika, setelah mendapat pujian dari geng sosialitanya. Sepertinya Jihan memang jadi haus akan pujian dan sanjungan dari orang lain.Tepat pukul tujuh pagi. Jihan berangkat ke perusahaan tempat ia kerja. Sekitar dua puluh menit perjalanan menggunakan taksi online ia sampai di Kantor. Di kantor Jihan merasa mendapatkan tatapan aneh dari para karyawan. Sekilas tatapan mereka menunjukkan tatapan tidak percaya.Jihan tentu merasa risi, sebab biasanya jika dirinya lewat maka ia akan mendapatkan tatapan dipuja, serta tatapan penuh kekaguman. Ji
Read more
Pergi Menjauh
Grup sosialitanya begitu ramai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama. Pertanyaan yang mengarah pada apakah benar rumah tangga Jihan akan berakhir?Jika dipikirkan untuk apa mereka ingin tahu masalah kehidupan orang lain? Bukankan kita punya kehidupan masing-masing? Itulah manusia. Mungkin memang sudah menjadi hukum alam jika yang namanya manusia akan merasa penasaran dengan kehidupan orang lain lalu mereka akan membandingkan dengan hidupnya sendiri.TingBunyi notif pesan[Bu, apa benar berita yang sedang ramai ini? Jika ibu dengan suami akan berpisah?]Seketika Jihan langsung mematikan handphonenya, lalu ia beranjak hendak pergi dari sana. Belakang gedung Kantor. Sepertinya ia sama sekali tidak punya muka untuk berhadapan dengan mereka. Ia tak tahu lagi harus berkata apa, jujur atau tetap berbohong.Jujur artinya ia akan semakin terlihat gagal, jika berbohong pun ia tetap akan dicap sebagai pembohong apalagi jika Danu membongka
Read more
Jihan Pulang
Jihan tidak terima jika harus di nasihati Dewi. Jihan memilih pergi. Tapi, Dewi kembali menahannya.“Mbak, Dewi bilang jangan pergi.” Dewi menahan tangan Jihan.Jihan menatap ke arah tangannya yang dipegang oleh Dewi.“Lepas, enggak?”“Enggak!”Sekuat tenaga, Jihan menipis cekalan tangan Dewi hingga terlepas.“Cukup, wi. Jangan ikut campur! Aku muak! Aku mau pergi dari sini jangan melarang.”“Mbak, jelas sampai kapanpun aku akan melarang Mbak untuk pergi dari sini.”“Punya hak apa kamu? Sampai kamu berani melarang aku?”“Dewi memang enggak punya hak. Tapi, Dewi punya kewajiban untuk memberi tahu Mbak.”“Kau terlalu banyak basa-basi.” Jihan kembali melanjutkan keinginan untuk pergi.Baru beberapa langkah Jihan melangkah, langkahnya langsung terhenti tatkala indra pendengarannya mendengar sesuatu yang memuat ia syok.“Rafli masuk rumah sakit. Pak Danu yang bilang, dan Rafli membutuhkan Mbak Jihan.”Jihan langsung menoleh, dan menjatuhkan koper yang ia pegang. Seketika ia teringat mimpi
Read more
Wanita Penggoda
Kini Jihan berada di kamar rawat Rafli. Dadanya begitu terasa sesak melihat keadaan Rafli yang sangat mengkhawatirkan. Selang infus, tabung oksigen serta suara dari monitor begitu terdengar jelas.Dengan langkah perlahan serta tangan yang tak hentinya membekap mulut. Ia takut suara tangisnya membuat Rafli terbangun.Penyesalan yang Jihan rasakan, ia menyesal telah melupakan anaknya selama dua bulan ini. Ia juga menyesal telah bersikap egois. Andai jika selama dua bulan ini ia berada di samping anak-anak, mungkin saja akan lain ceritanya.Mungkin saja Rafli tidak akan separah ini, begitu pikir Jihan.Jihan duduk di samping bangsal, menatap lekat penuh rasa sesak. Merutuki dirinya sendiri sebab tidak becus menjadi seorang Bunda. Andai sejak awal ia tahu jika Rafli akan seperti ini, sudah pasti ia tak akan pergi. Ia akan tetap bertahan di rumah itu meski hatinya harus terluka, meski hatinya harus merasakan rasa sakit.Jihan memegang tangan Rafli.
Read more
BERUSAHA BANGKIT
Jihan menatap benci pada Danu. Bagaimana bisa Danu membandingkan dirinya dengan istri keduanya? Kira-kira di mana akal serta hatinya? Dalam masalah ini bukankah Danu yang memulai? Bukankah Danu yang memulai menyalahkan api peperangan? Lantas kenapa dengan mudahnya Danu memojokkan Jihan, seolah-olah Jihan salah, seolah-olah Jihan sumber api dalam kehancuran rumah tangga mereka.Kenapa dalam kasus seperti ini istri pertama selalu menjadi korban? Selalu dinomor duakan. Padahal istri pertamalah yang selalu ada di samping suami saat masa-masa sulit. Setelah berhasil istri pertama dilupakan tergantikan oleh istri kedua. Ini yang disebut ketidakadilan, di sini letak kesalahannya. Padahal konsep memiliki istri lebih dari satu itu adil dan mampu.Adil dalam membagi materil, adil dalam memberikan perhatian. Mampu, ia harus mampu memberikan kebahagiaan untuk istri-istrinya. Dalam agama pun tidak di dilarang memiliki istri lebih dari satu , cuma jika tidak bisa berbuat adil lebih baik memiliki sa
Read more
KEINGINAN JIHAN
Perlahan keadaan Rafli semakin membaik. tentunya membuat Jihan senang sebab, itu artinya ia bisa membawa kedua anaknya pergi. Meninggalkan Kota Jakarta, meninggalkan suami pengkhianat serta meninggalkan semua luka-luka yang telah ditorehkan oleh Danu.Niatnya untuk pergi pun sudah Jihan sampaikan kepada ibunya serta ibu mertuanya dan mereka setuju atas keinginan Jihan. Mereka sama sekali tidak melarang sebab mereka pun sama-sama korban pengkhianat para suami. Sama-sama tahu bagaimana rasanya orang yang sudah hidup bersama kita bahkan di tengah-tengah hubungan mereka sudah hadir buah hati. Tetap tidak bisa membuat pasangannya setia. Tentu rasanya itu sakit, sakit sekali."Bu, Jihan mau pergi."Jihan tiba-tiba saja berbicara seperti itu. Saat Ningsih dan Rita sedang menjenguk Rafli.Ningsih dan Rita hanya bisa saling pandang, lalu sama-sama memberikan isyarat yang hanya mereka saja yang tahu akan makna isyarat itu.Rita bangkit lalu menuntun Jihan untuk duduk di sofa. Sementara Ningsih
Read more
KEMBALI MERASA SAKIT
Keputusan Jihan untuk bercerai serta pergi dari ibu kota sudah bulat. Melalui pertimbangan matang, menarik sebab-akibat yang akan ia alami kedepannya. Serta merencanakan ulang bagaimana kehidupan dirinya di tempat baru nanti.Jihan selalu yakin Tuhan selalu ada bersama umat-Nya, terlebih di sini Jihan-lah yang menjadi korban. Korban pengkhianat sang suami. Sepertinya tujuh tahun membina rumah tangga tak sedikitpun membekas di hati Danu.Saat ini Jihan tengah memegang surat cerai. Di dalamnya sudah ada tanda tangan dirinya. Hari ini Jihan bermaksud untuk menemui Danu menyerahkan surat cerai dan meminta tanda tangan Danu. Jihan ingin proses perceraiannya berjalan cepat dan lancar. Ia sudah tidak ingin lagi berhubungan dengan Danu jangankan berhubungan melihatnya saja Jihan sudah tidak sudi. Tapi, demi kelancaran proses perceraian tak ada cara lain. Selain bertemu Danu."Sayangnya Bunda, Bunda mau pergi dulu. Kalian tunggu di rumah, ya, sama encus Mona.""Iya Bunda," ucap serempak Rafli
Read more
DANU JAHAT
BrakDanu menggebrak meja Sinta hingga sang empunya merasa kaget. Sinta langsung tertunduk seraya tangannya saling bertautan. Ia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya."Kau tuli atau apa, hah? Saya kan sudah bilang jangan ada yang masuk ke rungan saya, tapi kenapa kamu langgar! Kau sudah bosan kerja sama saya?""Ma-maaf Tuan. Saya sudah melarang tapi... Bu Jihan memaksa masuk," terang Sinta."Jihan? Jadi yang tadi masuk Jihan?""Iya, Tuan. Bu Jihan yang masuk.""Sial!" Danu mengepalkan tangan lalu meninjukannya di udara."Ke mana sekarang dia?""Bu Jihan pulang. Bu Jihan hanya menitipkan ini." Menyerahkan selembar amplop warna coklat."Apa ini?" Danu mengambil amplop itu seraya memolak-balikkannya."Bu Jihan bilang itu surat cerai," Sinta sedikit ragu saat mengucapkan kata surat cerai."Berani-beraninya." Danu meremas amplop yang berisi surat cerai.Dengan memasang wajah marah, Danu segera menyusul Jihan. Danu butuh penjelasan. Namun sebelum menyusul Jihan, Danu terlebih dahulu memi
Read more
PAMIT
Jihan meringkuk di bawah selimut dengan air mata yang menganak sungai. Kejadian tadi saat dengan penuh paksaan Danu sudah menggaulinya. Dan sekarang Danu tega meninggalkan dirinya.Jihan sama sekali tidak tahu apa keinginan Danu. Dia pria yang tidak bisa ia tebak. Jihan kira... dirinya sudah mengenal Danu lebih dalam. Kenyataannya ia belum mengetahui sisi lain dari Danu. Serakah.Jika memang Danu sudah tidak menginginkan Jihan lagi, untuk apa dia menolak gugatan cerai? Dan untuk apa pula dia menikah lagi?Sungguh Jihan ingin segera menghilang dari kehidupan Danu dan Jihan berharap selamanya tidak melihat wajah Danu.Jihan menyeka air matanya. Lalu ia ubah posisinya dari tiduran menjadi duduk. Dia tekatkan bagaimanapun caranya dirinya tetap ingin bercerai. Ini bukan waktunya untuk bersedih atau terlihat lemah."Aku akan pergi malam ini juga. Aku tidak peduli dia bersedia atau tidak jika bercerai. Sudah cukup dia menyakitiku sekarang tidak lagi."Jihan bergegas ke kamar mandi membersihk
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status