All Chapters of Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!: Chapter 31 - Chapter 40
140 Chapters
Bab 31
"Tante Soraya mau nempatin suster ini di ruang bawah tanah? Nggak bisa, di sana sumpek, lebih baik suster untuk Nurma ya di kamar dia aja, ngapain kan biar bisa diawasi," sanggah Mas Firman. Aku ingin tertawa, memang benar kata pepatah, kalau orang berbohong dan merasa bersalah, pasti takkan tenang hidupnya.Mas Firman menghela napasnya beberapa kali, terlihat sangat jelas ia tengah ketakutan. "Bagaimana kalau Mbok Tuti beresin dulu?" Mas Firman mengusulkan yang membuatku tersenyum. Jelas ia menyuruh Mbok Tuti, pasti ada maksud untuk mengajak Airin kabur lebih dulu. "Saya nggak suka sama Mbok Tuti, dia itu songong, kalau memang berantakan saya aja yang beresin, gitu aja kok repot!" Tante Soraya menengadahkan tangannya, ia meminta kunci sambil mengangkat alisnya. Mas Firman sedikit melirik ke arahku, kemudian berteriak memanggil Mbok Tuti dan meminta kuncinya. Mbok Tuti datang dengan langkah tergesa-gesa, ia langsung menyerahkan kunci tersebut yang sengaja disimpan di saku bajunya
Read more
Bab 32
"Dia itu, dia itu .... "Mas Firman tidak mampu melanjutkan ucapannya, ia terlihat memukul kepalanya sendiri. "Saya ini calon istri Mas Firman seutuhnya," terang Airin membuat kami semua menoleh ke arahnya berdiri, ia tidak mengelak, bahkan belum dicecar pun sudah mengatakan sejujurnya. Langkah kaki Airin terus maju ke depan, wanita itu kini berada di sebelah Mas Firman. Ia berani menggandeng Mas Firman dan mendorong aku untuk menyingkir. Aku menatap penuh ke arahnya, aku rasa ia sudah lelah bermain petak umpat bertahun-tahun lamanya. "Saya ini yang pertama, Giska telah merebut Mas Firman dari saya," ucap Airin. "Bosan berada di sini terus, jadi memang seharusnya saya menunjukkan jati diri," jelas Airin. Aku merapikan rambut ini, rambut yang sudah dipangkas dan belum dirapikan. "Saya sudah tahu, Adnan sudah cerita, tapi saya lakukan ini memang sengaja, karena tidak ingin harta Giska pindah ke tangan kalian!" Tante Soraya menjelaskan pada mereka, mulutnya berkata tapi kakinya maj
Read more
Bab 33
Aku pikir Adnan membuka pintu depan sebelah kiri karena ada orang yang ingin turun, hampir saja bibir ini tadi nyeletuk bahwa Mbak Giska yang hadir di tengah kericuhan ini. Namun, ternyata dugaanku salah, Adnan membawa sebuah bingkisan dan menurunkannya.Aku dan Tante Soraya sudah diusir oleh Mas Firman, Adnan harus mengetahuinya. "Kamu bawa apa?" tanyaku saat Adnan sudah berdiri di tengah kami. "Ini bingkisan buat Pak Firman," jawab Adnan. "Bu Soraya dan Bu Nurma mau ke mana?" tambahnya dengan pertanyaan yang sudah ketebak. "Terus rambut Bu Nurma kok seperti ini?" Aku menunduk malu, potongan rambut seperti ini tidak akan bisa dirapikan, kecuali aku meminta sambung rambut, itu juga pasti salonnya kesulitan karena bagian poni dipangkas habis oleh Mas Firman. Jalan satu-satunya aku memakai rambut palsu."Ini perbuatan Firman, Adnan. Permisi, saya mau ke apartemen, biarkan Nurma ikut dengan saya," ungkap Tante Soraya. Mata Adnan berpindah ke arah Mas Firman dan Airin yang tengah berd
Read more
Bab 34
Wanita berhijab itu benar Mbak Giska, ia mengubah penampilan dengan menutup auratnya. Aku sedikit terpesona menatap wajah Mbak Giska yang kini dibalut oleh busana muslim. Kakinya mulai melangkah ke arah kami. Sesekali aku mengedarkan pandangan pada Tante Soraya yang juga tengah terperangah melihat Mbak Giska. Aku yakin kalau tantenya terkejut karena melihat sosok wanita tangguh berada di hadapannya."Mbak Giska sudah bisa berjalan?" tanyaku padanya. "Lalu hijab ini ....?"Mbak Giska tersenyum, ia tampak sudah tidak punya beban. Berbeda saat sakit dulu, sekarang ia sudah bisa menggerakkan kakinya. "Aku sudah bisa jalan meskipun tertatih, kata dokter, aku harus sering membiasakan diri. Udah sebulan kan terapi? Ini hasilnya, terima kasih banyak, Nurma, kamu memang adik madu yang sangat baik. Tidak salah aku dalam memilihmu dulu," ungkap Mbak Giska sambil membentangkan tangannya. Ia memintaku untuk memeluknya.Aku jadi mengulang memori, dimana sang kakak madu menyelamatkan nyawa ibuku.
Read more
Bab 35
Mbak Giska meminta kami untuk duduk supaya bisa bicara lebih nyaman. Aku dan Tante Soraya duduk di sebelah Mbak Giska, jadi posisinya ada di tengah-tengah kami berdua.Aku jadi teringat kala itu Mbak Giska bersandar di atas ranjang, di mana ia selalu menatapku sendu, mungkin hatinya ingin berkata minta tolong tapi tak kuasa. Namun, kini kumelihat pancaran kebahagiaan di rona matanya, aku yakin saat ini adalah puncak kebahagiaannya yaitu lepas dari laki-laki tidak bertanggung jawab bahkan dzolim terhadapnya.Mbak Giska melambaikan tangannya, ia mengejutkan aku yang tengah mengingat masa lalu. "Kamu itu jangan kebanyakan bengong, Nurma, kita harus gerak cepat karena aku yakin Mas Firman tidak akan tinggal diam," pesan Mbak Giska sambil menepuk pangkal paha ini. "Maafin aku, Mbak. Jujur aja, aku masih nggak nyangka Mbak Giska semakin berangsur membaik," ungkapku sambil membelai tangannya, kini aku menumpuk telapak tangannya di atas tangan ini."Sudahlah, kita kembali ke rencana, ya. J
Read more
Bab 36
Bab 36"Aku ingin menyekap Airin dan Mbok Tuti. Bagaimana menurut kalian?" Mbak Giska mengusulkan ide untuk memberikan pelajaran pada Airin. Mungkin hatinya hancur ketika mengetahui bahwa Mas Firman menikah dengannya hanya karena ingin memanfaatkan Mbak Giska. "Atur aja, tapi lebih baik kamu urus administrasi terapi di sini, lalu tinggal bersama Tante di apartemen, ini untuk sementara," ucap Tante Soraya. Mbak Giska mengatur rencana, ia meminta tolong pada kedua wanita yang ditugaskan oleh Adnan untuk memberikan obat tidur pada minuman Airin, Mbok Tuti, dan satpam rumah. "Tunggu, Mbak. Aku rasa jangan sekarang, tunggu sampai Mas Firman pergi ke kantor," usulku. "Mbak nggak sabar, Nurma, ingin lihat para anteg Mas Firman itu melongo melihat orang yang pernah nyaris dibunuh oleh mereka."Kalau Mbak Giska sudah yakin, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kubiarkan ia melakukan apa yang ingin dilakukan.Akhirnya kami urus semua lebih dulu, setelah itu barulah berangkat ke apartemen te
Read more
Bab 37
Bab 37Aku tidur tepat waktu, tapi sudah bolak balik ke samping kanan dan kiri tetap saja masih belum bisa memejamkan mata. Tengok ke arah Mbak Giska sudah terlelap, begitu juga dengan Tante Soraya. Mereka sudah pulas dan bisa tidur. Akhirnya aku coba mengusap layar ponsel. Masuk ke aplikasi berwarna hijau logo gagang telepon. Aku lihat begitu banyak chat yang belum terbalas, termasuk Adnan yang ternyata mengirim pesan padaku.[Bagaimana, Bu? Sudah beres rambutnya?]Pesannya sudah dikirim sejak tadi, jadi rasanya percuma kalau dibalas. Dulu ketika aku sering ditugaskan ke luar kota, aku saling berkirim pesan dengan Mas Firman, namun baru kali ini aku mengetahui bahwa ia berkirim pesan disambi dengan kemesraan bersama Airin. Betapa bodohnya aku selama ini telah dimanfaatkan olehnya. Penyesalan memang selalu terjadi di akhir. Namun karena penyesalan inilah aku jadi bisa belajar.Baterai ponsel sudah terlihat redup, akhirnya aku putuskan untuk mencoba memejamkan mata ini, supaya pagi h
Read more
Bab 38
"Ya, aku Nurma. Kenapa? Kaget ya aku bisa nyulik kalian?" tanyaku dengan senyuman miring. Kaki kulangkahkan perlahan dengan dagu sedikit mendongak. Tangan sengaja kulipat di atas dada dan melihat wajah Airin yang ternganga mulutnya tentu membuat hati ini bahagia."Aku akan lapor ke Mas Firman, bahwa kamu benar-benar sudah membangkang," timpal Airin. Wanita itu tetap jadi kambing hitam, ia suka mengadu domba untuk keretakan rumah tanggaku juga Mbak Giska. Kemungkinan Mas Firman dipengaruhi olehnya. Namun, itulah kecocokan mereka berdua, sudah sangat seimbang antara keduanya. Terlihat wanita yang tidak lain adalah selingkuhan Mas Firman itu mencoba berontak, ia menggeser kursi dan coba menendang segala macam yang ada di dekatnya. Begitu juga dengan dua orang lainnya, tapi mereka lebih banyak diam dan hanya menyorotiku dengan sinis. "Oh ya, mau ngadu? Pakai toa?" Aku sengaja mengejeknya sambil memiringkan bibir, rambut ini sengaja aku kibaskan di depan matanya. "Kamu sombong, Nurma! B
Read more
Bab 39
Airin tak berkedip. Ia memandang Mbak Giska sambil menggelengkan kepala. Ada satu hal yang ia tidak ketahui, bahwa hilangnya Mbak Giska memang sudah permainan kami. "Siapa kamu? Hanya mirip Giska, kan? Sepertinya tidak mungkin kalau .... " Airin berhenti berbicara, matanya berputar ke seluruh ruangan. Aku melihat ia beberapa kali membasahi bibir. Senyum pun aku layangkan dengan tangan yang masih melipat di atas dada. Ingin aku tertawa lepas, tapi konyol rasanya jika ia tengah kaget, tapi aku malah menertawakan. Ingat, membalas tidak harus mengikuti semua perbuatan jeleknya, kami hanya ingin membuat mereka menyesali atas segala perbuatannya. "Aku Giska, Airin, wanita yang ada di tengah kami berdua," tutur Mbak Giska sambil menengok ke arahku dengan senyum manisnya. Airin masih menggelengkan kepala, begitu juga dengan Mbok Tuti, orang yang memberikan obat supaya Mbak Giska tetap lumpuh dan bisu. "Nggak mungkin, kamu itu sudah bisu dan lumpuh, aku rasa ini bukan kamu, Giska," ucap A
Read more
Bab 40
Mbak Giska memerintahkan sopirnya untuk tarik gas dengan kecepatan tinggi. Sopir pun mengangguk dan langsung memacu kecepatannya. Mobil melaju sangat kencang. Hingga akhirnya sopir diberhentikan oleh pihak yang berwajib karena menyalahi aturan lalu lintas. Ia menerobos lampu merah. "Polisi, Bu," ucapnya sambil menganga. "Hadapi lah, kan kan salah, sudah nerobos lampu merah," timpalku. Sekitar lima menit mereka bermusyawarah, dan akhirnya selesai dengan surat tilang. Kemudian, sopir masuk kembali ke dalam mobil dengan mengembuskan napas kasarnya. "Saya nggak mau cepat-cepat lagi, Bu. Ditilang, nanti sidang minggu depan," katanya dengan muka melas. "Lagian kan aku suruh cepat bukan berarti juga harus terobos lampu merah," timpal Mbak Giska sambil terkekeh. Tidak semua orang menganggap sopir seperti keluarga, tapi Mbak Giska memperlakukan siapa saja tanpa pandang bulu. Sebenarnya Mbak Giska itu wanita yang baik, tapi kenapa kebaikannya malah disalah artikan oleh beberapa orang, te
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status