Semua Bab Fall in Rose: Bab 31 - Bab 40
74 Bab
32. Bae Ailin
"Noona!" Rose mengerjap. Menemukan Steave yang sedang melangkah cepat menghampirinya. Tapi, satu hal lain yang membuatnya terkejut adalah fakta bahwa orang yang baru dikenalinya bisa semudah itu bersikap santai. Sebab, orang Korea sendiri sangat tertutup. Mungkinkah karena sikap ramah Rose. "Steave?!" "Kau ingin menemui Si Caplang?" Rose tertawa, pasalnya telinga Chan memang panjang dan besar, tapi ia tidak pernah terpikirkan untuk memanggilnya caplang,"Iya, siapa lagi?" "Aku kecewa. Kukira kau akan mencariku, padahal aku ingin mengajakmu makan siang," Steave begitu mudah akrab dengan siapapun, ia merangkulkan tangannya ke bahu Rose dengan tetap menerapkan hand manner. Rose terkekeh. Ia juga terlihat sangat nyaman dengan sikap Steave yang santai, namun tetap sopan, "Baiklah. Mulai sekarang aku akan mencarimu." Steave melangkah masih dengan tangan yang merangkul di bahu perempuan itu, membuat Rose otomatis mengikuti pergerakannya, "Lagipula Chan masih mengurus trainer baru. Kau s
Baca selengkapnya
33. Petaka
Chan benar-benar tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Han Na-Na yang dalam benaknya terbayang sosok Ailin dari balik piano. Matanya membeku. Hanya bisa terpaku. Hati terus berdesir dan mengatakan hal-hal yang seolah tak sesuai kenyataan.Tapi, Park Chan terus meyakinkan diri, seseorang bisa saja tampak mirip."Permainan yang bagus, Na-Na." kata Chan datar. Nyatanya ia sedang meyakinkan diri untuk membuang bayangan Ailin.Na-Na memberikan satu senyuman yang paling indah sambil menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat, "Terima kasih."Detik itu juga, Chan semakin merasakan getaran tersendiri dalam dadanya. Senyuman itu mengalirkan kehangatan ke seluruh pembuluh darahnya. Senyum yang menyerupai guratan senyum lain.Memang ada momen dimana Na-Na sangat-sangat menyerupai Ailin. Diantaranya saat tersenyum dan bermain piano. Dari bahasa tubuh dan gayanya bermain piano. Senyum tipis yang menawan. Bahkan saat bernyanyi, suara mereka terkadang nyaris tak bisa dibedakan.Mungkinkah?"A
Baca selengkapnya
34. Petaka 2
Tepat ketika langkah keduanya telah sampai diambang pintu, tiba-tiba rasa nyeri itu seakan datang begitu saja menggelitik hatinya. Chan memang bermain piano, tapi tidak sendiri.Ada Han Na-Na di sampingnya. Mereka berada di satu kursi yang sama. Sepertinya Chan sedang mengajari beberapa tehnik, tapi entah mengapa ada tawa yang menyelimuti keduanya, senyum Chan juga sangat luas, ada lubang di kedua sisi wajahnhya. Bukankah chan tidak bisa semudah itu untuk memberikan senyuman kepada orang lain?Bahkan Rose tidak pernah mendapatkan senyuman itu di saat pertama bertemu Chan. Entah mengapa itu menjadi pemandangan yang sangat menyebalkan.Seketika hantaman akan beberapa pekan lalu, saat Rose menemukan figura yang terdapat foto Chan dan Ailin di atas nakas kamar kutu beras dan juga semua artikel yang pernah dilihatnya saat mencari tau tentang sosok Bae Ailin.Seharusnya Rose secara otomatis sudah melangkah bersama Steave, tapi Rose hanya membeku, ia tetap berdiri di tempatnya. Seolah berada
Baca selengkapnya
35. Yang Tak Pasti
Rose mengeluarkan sekotak Kimbab dari tasnya dan meletakkan di atas meja kerja Chan, "Ini satu-satunya obat anti maag!""Wah! Kau memang istri yang sangat perhatian." Chan membelalakkan mata sambil meraih kotak tersebut. Tampak antusias.Rose duduk diatas sofa nan empuk yang tersedia di ruangan tersebut, menyandarkan diri disana agar lebih santai. Melepas penat. Tak ingin peduli banyak tentang celotehan suaminya itu. Suami? Ah, rasanya tidak pantas ada sebutan itu. Pasien? ya, mungkin itu jauh lebih tepat."Noona! Aku tidak ingin berjauhan dengan istriku!" Chan merajuk. Berlari kecil dari kursi kerjanya menghampiri Rose. Menempatkan diri tepat disamping perempuan itu.Rose agak sedikit menjauh. Merasa tak nyaman, "Jangan panggil aku dengan panggilan seperti itu!""Wae? Kau memang istriku, kan?" Chan mengunyah Kimbab lezat buatan Rose."Kata siapa?" Rose terkekeh. Melipat tangan di depan dada, "memangnya pernikahan ini seratus persen sah?""Tentu saja. Kau tak ingat jika kita mengucapka
Baca selengkapnya
36. Menyentuh Hati
Tiba-tiba petir menggelegar, membuat keduanya tersentak. Langit yang tadi begitu cerah harus berubah menjadi kian gelap. Inilah roda kehidupan. Ada kalanya malam yang dipenuhi bintang, tiba-tiba menjadi murung. Semuanya bisa saja terjadi selama kehidupan maish berjalan,Steave dan Na-na memilih untuk meninggalkan kedai tersebut sebelum hujan turun. Di tengah perjalanan, perlahan rintikan hujan itu jatuh begitu tipis, keduanya semakin mempercepat langkah.Namun apa daya, hujan justru semakin deras. Mereka tak punya pilihan. Na-na memilih untuk berteduh sejenak di bawah pohon nan rindang yang otomatis diikuti oleh Steave. Meski kemungkinan basah itu ada, setidaknya itu lebih baik dari pada harus melanjutkan perjalanan yang justru akan semakin membuat keduanya basah kuyup.Na-Na mengusap seluruh sisi tubuhnya yang terkena cipratan air. Entah mengapa ada dorongan tersendiri yang terjadi secara otomatis. Steave memainkan tangannya di sekitar rambut perempuan itu yang setengah basah. Memberi
Baca selengkapnya
37. Harapan
Chan beranjak untuk mengarah lebih dekat dengan Rose bersama tatapan yang tak bisa ditafsirkan. Rose justru kebingungan dengan tatapan seperti itu."W-wae?" Rose agak menjauh, "Iya.. iya.. Aku akan tidur disampingmu setelah belajar.""Aku ingin sekarang." balas Chan datar.Takut Chan menjadi gila, Rose memilih untuk segera menutup bukunya, lalu berjalan pelan menuju ranjang lebih dulu dari Chan. Di tengah langkahnya, ada pikiran liar yang tiba-tiba datang menghampiri. Karena lebih baik Rose tidur setelah melihat Chan pulas terlebih dahulu. Toh, Rose tetap harus belajar lagi."Apa kau mau teh?"Chan justru mendekat seraya memegang kedua bahunya, "Aku ingin sesuatu, tapi bukan teh.""Lalu apa?""Aku ingin memelukmu."Kalimat itu membuat mata Rose melebar dan bergetar. Tatapan Chan membuatnya selalu mengalah. Detik-detik berlalu sekonyong hening."Ini sudah malam, Chan. Kau harus banyak istirahat, besok kau harus kembali bekerja. Aku juga sudah lelah." Rose berusaha keluar dari situasi ca
Baca selengkapnya
38. Saingan Lama
"Kami datang!" Seketika kedatangan Hyesi bersama dengan para pianis besutan LEYO Studio memecah fokus semua penghuni ruangan. Termasuk Chan yang berbalik dengan wajah angkuhnya. Chan melipat kedua tangannya di depan dada sambil menyandarkan punggungnya di piano milik Na-Na. Chan juga nampak meneliti satu persatu pianis yang baru datang tersebut. "Bagus kalian datang." "Sepertinya ada hal penting yang ingin kau katakan?" Hyesi memilih duduk di atas kursi, sementara pianis yang lain tetap berdiri, "Cepat katakan! Kau tau aku sudah muak berhadapan dengan pimpinanku sendiri, bukan?" "Memang ada." ucap Chan santai, "Bulan depan, akan ada acara besar di Blue House. Presiden meminta satu pianis saja untuk mengiringi acara tersebut. Bukankah itu sebuah penghormatan bagi agensi kita?" "Tapi..," Chan menatap semua orang satu persatu, "Aku tidak bisa sembarang memilih siapa yang akan kubawa ke acara besar tersebut. Maka dari itu, aku berharap kalian bisa segera berlatih dan akan kuseleksi.
Baca selengkapnya
39. Best Friend
Tepat setelah Rose melakukan operasi sebagai salah satu bagian dari tugas dokter residen tahun terakhir, staf rumah sakit menghampirinya jika ia kedatangan tamu di lobi. Rose sempat bingung seraya mengais beberapa hiptesa yang beterbangan di kepalanya, tapi ia memilih untuk menghampiri sosok yang di maksud daripada harus berpikir keras untuk satu hal yang tidak terlalu penting. Sekarang ini Rose sedang penat.Hyojoo?Mata Rose melebar beserta mulut yang terbuka. Keduanya saling melambaikan tangan. Rose berlari dan menarik sahabat terbaiknya itu ke dalam satu pelukan yang penuh dengan rindu."Aku merindukanmu.""Aku juga." Hanya berlangsung beberapa detik, lalu keduanya memutuskan untuk mengurai pelukan tersebut dan pergi bersama menuju taman rumah sakit. Mencari tempat yang tepat untuk bersantai. Bangku yang terletak di bawah pohon besar menjadi sasaran bagi keduanya."Wah.. Bagaimana bisa kau datang kesini?" tanya Rose penasaran."Aku ada kunjungan ke sini sejak kemarin, tapi katanya
Baca selengkapnya
40. Keliru
Cklek. "Mianhae, Min Jae-ya.. Aku sudah membuatmu lama menunggu." tutur Rose merasa bersalah sembari menutup pintu ruangannya. Min-Jae bangkit dari bangku, "Ah, tidak juga. Santai saja!" "Ayo, Noona!" ajaknya. Sambil membenahi sling-bag, Rose tersenyum manis seraya mengangguk. Berjalan beriringan bersama pemuda itu. Beberapa waktu setelah Hyo-Joo pergi, Min-Jae datang menjemput Rose untuk acara amal yang akan diadakan di sebuah yayasan anak penderita kanker dan tumor. Pun sebenarnya, Rose tidak banyak berkegiatan di rumah sakit hari ini. Ia juga sudah melakukan beberapa operasi terjadwal. Sejak pemindahan tugasnya, banyak sekali kelonggaran khusus yang dibayarkan oleh keluarga Park demi membawa dokter residen itu bergabung dengan mereka. Hanya saja, Rose tetap harus belajar lebih keras dan tetap datang ke rumah sakit untuk melakukan operasi sekaligus mengurus Park Chan. Rose juga mengatakan jika hari ini sedang sangat sibuk di rumah sakit sebagai cara terbaik agar Chan tidak men
Baca selengkapnya
41. Bukan Sandiwara
"Memangnya siapa kau?! Mana mungkin Jihyun Noona mau berhubungan dengan pria kasar sepertimu!" umpat Min-Jae. Api dalam diri Chan semakin besar. Merasa begitu diremehkan tanpa tau fakta yang ada. Lantas pria tampan pemilik mata bulat itu memberikan tinjunya lagi di wajah Min-Jae tanpa ampun. Tinjuan itu terlihat begitu menyakitkan, meski pemuda tak tumbang. Sedangkan Rose tidak bisa beraksi apa-apa lagi, ia justru pecah melihat Min-Jae yang berkorban untuk dirinya. "Aku suaminya!" teriak Chan memekik agar Min-Jae puas. Detik itu juga, pemuda itu membulatkan matanya. Ia seolah berada di atmosfer yang berbeda. Tergugu dalam beberapa waktu untuk mencerna ucapan dan situasi yang terjadi, kemudian berganti menatap Rose yang tengah bingung harus berkata apa pada Min-Jae. Rose yang sejak tadi berusaha untuk menarik Chan, mendadak mundur saat pengakuan itu tersemat. Ia kehilangan tenaganya. Mata Rose yang berlinang itu seolah menjawab segalanya. "A-apa itu sungguhan, Noona?" Min-Jae mas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status