Semua Bab ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT : Bab 51 - Bab 60
67 Bab
MENYESAL
SAFNARasa jenuh berkepanjangan berada di rumah bak istana ini jika Tuan Roger tak ada bersamaku. Ingin sekali-kali melihat dunia luar, tak perlu jauh, cukup ke supermarket terdekat saja. Tak ingin macam-macam, hanya sekedar melihat suasana luar. Aku ingin merasakan membeli keperluan sendiri tanpa menyuruh siapa pun. Kali ini aku nekad meminta tuan memberi izin untuk keluar rumah barang sebentar. Demi dikabulkan, terus menerus bujukan dilemparkan. Entah bawaan bayi mungkin, hasrat menghirup aroma dunia luar begitu menggebu. Nyatanya sang suami sangat keberatan dengan permintaan ini. Ia bahkan, akan akan bersuara tinggi ika keluar lagi pinta itu. Betapa susah meluluhkan hatinya. Atau menutup panggilan sebab sangat kesal pada istri yang merengek terus menerus. Aku tak menyerah, di waktu berikutnya menelpon lagi. Tema pembicaraannya sama, ingin keluar rumah. Ingin belanja keperluan sehari-hari secara langsung. Dan juga mau melihat bagaimana suasana ibukota saat ini. Awalnya sikap tua
Baca selengkapnya
JANGAN SAKITI
ROGER"Apa kau bilang, Istriku hilang? Dasar bodoh! Apa saja kerja kalian?"Gemuruh di dada lebih hebat dari teriakanku pada wanita yang tengah tergagap di ujung telpon."Aku tidak mau tahu, cari sampai dapat atau nyawamu gantinya!" Kumasukkan ponsel ke saku jas dan segera berlari menuju lift.Aku berlari di sepanjang koridor hingga napas tersengal-sengal. Beberapa karyawan yang berlalu lalang hampir tertabrak.Di antara mereka ada yang minta maaf padahal jelas siapa yang salah. Mungkin karena posisiku adalah pimpinan.Aku melesatkan mobil ke tempat yang disebutkan bodyguard Safna. Menyalip kendaraan di depan , menikung kanan-kirinya. Melibas aspal, meninggalkan jejak suara gesekan yang tertelan klakson memekakkan telinga.Lepas memarkirkan mobil, aku kembali berlari-lari di sepanjang koridor 'Super Mega Mall'"Kami sudah mencari di seluruh penjuru Mall ini, Tuan. Nyonya tak ada."Cacian kulemparkan sebagai pelampiasan. Rasanya ingin kuhantam mereka yang telah lalai menjalankan kewaji
Baca selengkapnya
KAU BOHONG
ROGERBelum sempat melangkah, seseorang yang entah datang dari mana menempelkan yang bisa kutebak itu adalah pistol, lalu menggiringku masuk."Safna!"Meski ruangan redup, aku masih bisa meyakini bahwa wanita yang tertidur di pojok kanan itu adalah istriku."Mas Roger, jeli sekali matamu. Cinta kalian memang luar biasa!"Dan pasti orang yang baru berbicara itu Arsela. Sekilat ia menempelkan tubuhnya di badanku. Menciumi dada ini. Meski jijik aku tak berkutik oleh pistol yang menempel di punggung."Bunuh saja aku jika itu akan memuaskanmu. Lepaskan Safna, dia tidak berdosa. Kumohon!"Wanita ular itu menyeringai, lalu menghampiri Safna."Arsela, jangan sakiti dia!"Tanganku berderak menyaksikan cara Arsela membangunkan Safna. Ditendang hingga wanitaku meringis saat terbangun."Mas!" panggil Safna. Tak peduli rasa sakit, ia mencoba bangkit. Namun, cengkraman tangan Arsela kemudian menahannya."Apa maumu Arsela?""Apa mauku? Manis sekali. Harusnya kau tanyakan dari dulu apa mauku, Roger!
Baca selengkapnya
LARI
Sebuah pesan dalam bentuk gambar melengkungkan dua sudut bibirku. Dion berhasil menculik Safna. Kabar yang cukup menggembirakan. Ingin secepatnya aku melihat Roger menderita kehilangan istri kesayangannya itu.Aku bergegas menuju tempat yang diberitahu Dion. Setibanya di sana, seringaiku semakin lebar, melihat wanita itu terkulai lemas di sudut ruangan."Bagaimana, kau puas!" tanya Dion."Belum, kalau tak melihat Roger menderita!" tukasku dengan nada angkuh. Bagaimanapun Roger harus merasakan apa yang kurasakan, jika aku kehilangan anak karenanya, mengapa dia tidak. Adil bukan? Dion memerintahkanku untuk menelpon Roger. Kuturuti itu. Tampak sekali kecemasan dari nada suara suami Safna. Memuaskan, aku benci itu!Untung saja ponsel ini tak kubanting selepas bicara dengannya. Aku benar-benar ingin dia sengsara. Kini, tinggal menunggu kedatangannya saja. Dua jam berselang, derap langkah seseorang memasuki ruangan yang minim penerangan. Suara Roger menggema di seisi tempat yang mirip g
Baca selengkapnya
LAMBAT KUSADARI
ARSELA Retakan di hatiku makin meluas. Hampir-hampir membelah jadi dua bagian. Jelas, ketulusan cinta terpancar di dirinya seperti yang aku lihat juga pada Roger. Kuat dan mengakar.Lalu aku? Di bagian mana namaku tersemat? Atau jangan-jangan memang tak pernah ada aku di cerukan hatinya. Betapa menyedihkannya nasib seorang Arsela. Kupalingkan pandangan kala satu tetes bening lolos dari netra ini. Mengapa cinta ini lambat kusadari? Sekarang, percuma kalau pun ada bagianku di hatinya. Itu sisa saja. Selanjutnya tak ingin lagi kudengar kisah apapun tentang mereka. Terlalu sakit rasanya. Keheningan pun menyapa hati-hati yang nestapa. Baru saja mata ini akan terpejam, Safna berteriak, “Nyonya, awas! Ada ular!"Safna mendorong tubuhku ke samping. Refleks kutembak ular itu. Seketika menimbulkan suara menggeleggar."Bodoh, kau Arsela!" rutukku. Suara senjata api itu akan menginformasikan pada Dion akan keberadaan kami. Tanpa pikir panjang, kutarik tangan Safna. Berlari ke mana saja kaki
Baca selengkapnya
HENTIKAN
SAFNA“Aku takkan memaafkan kalian jika seinchi saja tubuh istriku terluka!"Mata tuan makin memerah melihatku dijadikan sandera lawan. Meski takut menghebat, aku berusaha kuat seperti Nyonya Arsela. Otakku berputar mencari solusi atas kegentingan ini. Mengapa buntu begini? “Lihat! Tuan kalian pingsan!" Aku menjerit tiba-tiba. Pria yang menyanderaku seketika pecah fokusnya. Kumanfaatkan untuk menggigit tangannya kuat-kuat. Detik kemudian satu tembakan melesat di antaraku dan lelaki brewokan itu. Tubuhku menegang menyadari nyawa ini di ujung tanduk. Ketegangan menguat kala Sekilat kulihat Dion mengarahkan pistol pada Nyonya Arsela. “Nyonya awas!” Aku berlari menghalau istri pertama suamiku. Suara tembakkan menguatkan jeritanku. Namun, mengapa tak ada yang sakit. “Mas Roger!”Aku membalikkan badan seiring meraungnya Nyonya Arsela. Tuan! Apa tuan yang tertembak? Ia menyelamatkanku. Selanjutnya aku tak tahu siapa menembak siapa. Fokusku hanya satu, menyelamatkan Tuan. Aku merengku
Baca selengkapnya
TUDUHAN
SAFNASatu pria lagi yang berusia sama dengan Tuan David setengah berlari menuju brankar Nyonya Arsela.Wanita itu melepaskan cengkraman dari kerudungku dengan sekali hentak hingga terhuyung. Untung saja bisa cepat menyeimbangkan diri. Seorang perawat langsung menuju Nyonya Arsela mengecek kondisinya bersama pria yang tak kukenal.Gurat wajah pria berpakaian formal itu mirip Nyonya Arsela, apakah dia ayahnya? "P-papi .... Mami berusaha menyelamatkan Arsela, istri simpanan Roger hendak membunuh menantu kita."Apa? Apa yang wanita itu katakan? Kenapa dia memutar balikan fakta. Dia ... dia ternyata nyonya besar. Ibu tiri suamiku."Kurang ajar, kau mencoba membunuh putriku!" Pria bertubuh tinggi besar berkumis tipis itu menghampiriku seraya menggeram, matanya seperti mau mencuat, saking marah.Tangan tuan itu terangkat hendak menamparku, tetapi ditahan oleh dokter. Pria itu menurunkan tangannya dengan gigi bergemeletuk, menahan emosi yang menggelegak.Aku menggeleng lemah, meminta perli
Baca selengkapnya
PENGAKUAN
SAFNA"Mari kita lihat sama-sama yang Nyonya ini lakukan pada Nyonya Arsela di ruangan ini." Sang Dokter melirik sebentar ke arahku. Aku mengira pria ini sepertinya lebih percaya padaku.. Sorot matanya menandakan hal tersebut. Sementara pada Nyonya itu tampak mencurigai. Dokter yang terlihat masih muda itu meminta kami berkumpul, duduk di sofa yang terdapat di ruangan perawatan nyonya Arsela. Kami lun melakukan apa yanh diperintahkannya. Dapat kulihat wajah nyonya besar begitu piasnya, keringat sebesar biji jagung luruh satu persatu dari pelipisnya. Gelisah yang nampak jelas meski dilihat sekilas saja. Ia pasti tenagh ketakutan kejahatannya terbongkar. Sudah bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika terbukti dirinya bersalah.. Pastilah tuan David Alvendo takkan tinggal diam. Juga dengan keluatga nyonya Arsela. Dokter memutar sebuah video yang terhubung dengan CCTV. Tak ada yang bersuara saat adegan di sana mulai berputar, di awali kedatangan Nyonya Amora, berbicara pada Nyonya Ar
Baca selengkapnya
LEBIH BUTUH
ROGERSilau cahaya putih menerpa kornea. Kelopak kututup kembali kala ada denyut cukup nyeri di kening.Ingin kupijit pangkal hidung untuk mengurangi nyeri yang menghebat, tetapi tak ada kekuatan tangan untuk sekedar terangkat beberapa inchi saja."Alhamdulillah, kamu sadar, Mas!"Sayup terdengar suara yang sangat kukenal. Selanjutnya samar ada wajah yang mendekat.Ada yang basah di pipiku. Terjatuh dari mata bulat itu. Meski berat, kucoba mengangkat dua sudut bibir.Lalu, tangisannya makin jelas di telingaku. Ia pun menempelkan wajah di dada ini.Perlahan, aku bisa beradaptasi dengan kondisi tubuh setelah koma dua minggu. Safna amat telaten merawatku. Ia akan cerewet pada suster yang menurutnya lambat memeriksa.Sambil menyuapi ia akan menceritakan tentang yang terjadi selama aku dan Arsela koma. Gerahamku saling menekan kala mendengar cerita bahwa si penyihir itu mau membunuh Arsela, ingin menghilangkan saksi atas keterlibatannya mungkin.Di tengah obrolan, Papi datang mengunjungi.
Baca selengkapnya
AKU TAK BISA
ROGER"Jangan pernah berkata begitu lagi. Aku tak suka. Kau tak perlu berkorban untuk hal yang bukan kewajibanmu menanggungnya."Emosiku sedikit tersulut dengan perkataan Safna. Solusi darinya tak memberi jalan keluar tepat. Yang ada menambah masalah di atas masalah. Apa dia pikir aku lelaki sejahat itu. Akan mudah melepasnya setelah kami melalui kisah berat bersama. Apalagi di rahimnya telah tumbuh Roger junior. Wanita ini mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Baginya satu kalimatku sudah cukup. Tak boleh ada bantahan. Ia takkan berani bicara lebih jauh. Cukup sekali, sudah mengerti harus bagaimana bersikap. Safna bukan Arsela yang akan menyerang jika dibantah. Ia cenderung patuh dan menerima apa saja perintahku. "Apa boleh sementara aku tinggal di rumah Abah sampai Mbak Arsela tenang."Kudekap tubuh itu tanpa peduli dengan tatapan orang-orang di sekitar taman. Aku tahu Safna tertekan meski ia berusaha tegar. Posisinya dilema kini. Rasa bersalah pasti menyergapnya melihat Arsela hampir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status