All Chapters of Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain: Chapter 51 - Chapter 60
132 Chapters
Part51
"Jadi, kamu pengasuh barunya Alta?" sindirku. "Kesini naik apa? Naik angkot?" aku tertawa getir. Wajahnya kian memerah menahan malu. Malu karena apa yang dulu dia ucapkan sekarang berbalik kepadanya. "Heh, enak saja kamu mengataiku pengasuh. Aku ini calon istrinya Mas Ilham. Jadi kamu jangan mencari-cari alasan untuk menarik perhatian Ilham melalui anaknya. Mas Ilham tidak akan lagi tertarik sama kamu."Aku kembali tertawa. Merasa lucu dengan semua ocehannya. Seandainya kutunjukkan semua isi chat Mas Ilham yang seperti pengemis menghiba dan memohon agar aku kembali padanya, mungkin dia tidak akan punya muka lagi untuk berhadapan langsung denganku.Tapi biarlah, aku masih mengingat pesan Mas Rafi kemarin. "Biarkan mereka menikah, Mas janji akan menuruti permintaan kamu untuk segera membuat mereka angkat kaki dari rumah itu."Baiklah, kalau Mas Rafi sudah berjanji seperti itu. Kita lihat saja nanti, sesombong apa kalian nanti saat tak lagi memiliki rumah. Haruskah kalian tidur di mo
Read more
Part52
Ya, Allah. Aku takut sekali jika aku ini adalah wanita yang tidak sempurna. Kemarin-kemarin aku dan Mas Ilham tidak terlalu mempermasalahkannya karena ada Alta yang menjadi penghibur kami. Bahkan untuk saling memeriksakan diri pun kami enggan. Tapi kini aku menyadari, setelah kehamilan Viona, akulah yang seharusnya bermasalah. Ataukah harus kuperiksakan lagi ke rumah sakit tentang keadaanku, meskipun kini aku sudah tidak bersuami? Akupun pulang. Sudah cukup puas rasanya bertemu dengan Alta setelah sekian lama tidak melihatnya. "Bagaimana tadi, Nay?" tanya Ibu ketika aku sampai. "Sudah, Bu. Nay sudah bertemu dengan Alta.""Ibu juga sangat rindu kepada Alta.""Nay, sih ingin sekali membawa Alta kesini, Bu. Tapi mau bagaimana lagi, nanti Mas Ilham jadi tahu kalau kita tinggal di sini.""Makanya kamu itu dulu cepat-cepat punya anak. Biar tidak jadi seperti ini. Nah, kan kamu jadi kesepian sendiri.""Nay juga maunya begitu, Buk. Tapi kalau Allah belum berkehendak kita bisa apa? Lagipul
Read more
Part53
Malam ini tanpa pemberitahuan Mas Rafi datang berkunjung. Seperti biasa dia terlihat rapi sekali. Kebetulan Bapak dan Ibu sudah naik ke atas untuk beristirahat. Malam ini giliranku menjaga toko sampai nanti tutup. Sore tadi banyak kue yang terjual, hingga Ibu harus kembali membuatnya hingga saat ini dia kelelahan. "Mas Rafi mau kemana?" tanyaku berpura-pura. "Ya mau kesini." jawabnya. "Kok tidak bilang-bilang?""Sengaja. Cuman mau lihat, kamu ada yang ngapelin atau tidak. Ini kan malam minggu.""Mas Rafi ada-ada saja. Mau malam Minggu atau malam apapun ya sama saja. Nay tetap jagain toko.""Baguslah kalau begitu. Jadi setiap malam Mas bisa mampir ke sini.""Lho, apa tidak takut ada yang marah?""Siapa? Tidak ada kok.""Benar? Kalau sama Bapak dan Ibuknya Nay, juga tidak takut?""Wah, kalau itu apa lagi. Mas sudah dapat ijin kok," ucapnya penuh percaya diri. Aku hanya tersenyum, karena kurasa Bapak dan Ibu juga tidak keberatan dengan keberadaannya. Mas Rafi duduk di kursi tepat di
Read more
Part54
Kenapa tiba-tiba dia menanyakan hal itu? Apa karena aku hanya lulusan SMA? Sementara dia mungkin seorang sarjana yang setara dengan Mas Ilham. Atau jangan-jangan....Ah, aku teringat akan kata-kataku barusan. Dan dia mengembalikan ucapan itu padaku? Pintar juga dia menjebakku dengan kata-kataku sendiri. Aku diam saja tak menjawab. Takut salah dalam berprasangka, dan akhirnya malu sendiri. "Bagaimana, Nay?" dia mencoba kembali bertanya."Bagaimana apanya?" tanyaku masih dalam mode bingung. Dia kembali menggaruk-garuk rambutnya. Masih salah tingkah dan tak tahu lagi harus berkata apa? Walaupun aku bukan seorang sarjana, pertanyaan tadi jelas aku sudah tahu maksud dan tujuannya. Tapi, haruskah saat ini aku sepeka itu menjawab semuanya. Sedangkan dari dia sendiri hanya menggunakan kata-kata isyarat tanpa penjelasan. Sebenarnya yang bodoh aku atau dia?Lama kami terjebak dalam situasi ini. Saling berdiam diri tanpa ada yang mau mengalah. Pantas saja sampai sekarang Mas Rafi tidak punya
Read more
Part55
"Nay turut prihatin dengan cerita Mas Rafi. Mas Rafi yang sabar, ya. Semoga Mas Rafi nantinya segera mendapatkan jodoh yang lebih baik lagi.""Terima kasih, Nay. Maaf kalau Mas terlalu berterus terang sama kamu.""Tidak apa-apa, Mas. Nay juga kan sering curhat sama Mas Rafi. Mas juga sudah tahu semua tentang masalah hidup Nay. Sekarang giliran Nay yang ingin tahu tentang kehidupan Mas.""Itu juga karena diancam kali, ya? Makanya Mas boleh terlibat dengan urusan rumah tangga kamu?""Dih, ngaku sendiri kalau ternyata Mas Rafi ini bar-bar. Suka mengancam," kami kembali tertawa. "Jadi, bagaimana tentang percakapan kita tadi?""Percakapan yang mana, Mas?""Anu, itu," dia kembali mengacak-acak rambutnya. Terlalu susah ya untuk mengungkapkan perasaan? Mas Rafi memang sangat jauh berbeda dengan Mas Ilham. Mas Ilham terlihat lebih gampang dan berterus terang. Dia juga memiliki banyak teman wanita. Dan kuakui, Mas Ilham memang memiliki pesona untuk bisa meluluhkan dan membuat wanita jatuh hat
Read more
Part56
Terlebih lagi jika Mas Ilham sampai tahu. Apa tidak akan terjadi apa-apa dengan hubungan mereka? Bukankah mereka itu berteman? Meskipun Mas Rafi bilang bukan teman akrab? Ah, entahlah. Ini terlalu mendadak. Akupun belum sempat memikirkannya. "Nay, masih takut, Mas," jawabku. "Takut apa?""Bagaimana kalau Mas Ilham sampai tahu?""Memangnya kenapa? Bukankah kalian sudah resmi berpisah? Toh Ilham juga akan segera menikah.""Bukan begitu. Hanya saja, bukankah nantinya akan membuat hubungan Mas dan Mas Ilham menjadi tidak enak?""Mas sudah tidak perduli lagi dengan apa yang Ilham pikirkan. Semuanya sekarang Mas serahkan sama kamu," ucapnya lirih. Aku tidak menyangka, jawaban demi jawaban yang aku ucapkan membuat hatinya kembali mengecil. "Kalau begitu, biar Nay pikirkan dulu ya, Mas. Nay juga harus minta ijin dulu kepada Bapak dan Ibuk.""Tidak apa-apa, Nay. Mas tidak akan memaksa kamu. Justru Mas yang harusnya minta maaf karena terlalu agresif seperti ini.""Tidak apa-apa kok, Mas. Nay
Read more
Part57
Hari ini Mas Rafi terlihat sangat gagah. Membuat jantungku jadi berdebar tak menentu. Rasa rendah diri tiba-tiba menghampiri mengingat status kami yang sangat jauh berbeda.Apa benar laki-laki yang nyaris sempurna seperti ini, benar-benar memiliki perasaan terhadapku? Bagaimana tanggapan orang tuanya nanti saat tahu kalau anak laki-laki semata wayangnya, yang masih berstatus perjaka, tiba-tiba menjalin hubungan dengan wanita yang berasal dari kampung? Berstatus janda pula. Ah, lagi-lagi hal ini mengusikku. Mas Rafi tersenyum manis saat melihatku yang sudah berdiri di depan toko, menunggunya. Aku juga membalas senyumannya dengan perasaan malu. "Jangan terlalu lama di sana," pesan Bapak yang merasa terpaksa mengijinkanku. "Ingat Nay, kamu hanya akan menyapa mantan mertuamu saja, jangan bertindak berlebihan. Pokoknya langsung pulang."Bapak terlihat serius dengan ucapannya. Sepertinya Bapak benar-benar sudah membenci hal-hal mengenai urusan mantan menantu dan juga keluarga mereka itu.
Read more
Part58
Untunglah dari keterangan Alta, orang tua Mas Ilham tidak begitu saja langsung percaya. Apalagi saat ini Mas Ilham juga akan melangsungkan pernikahan. "Naya?" tiba-tiba terdengar suara Mama mertua yang baru saja muncul. Tak lama disusul oleh suaminya. Dengan takzim aku mencium punggung tangan mereka secara bergantian. Bagaimanapun selama ini mereka selalu bersikap baik kepadaku dan juga orangtuaku. "Bagaimana keadaan Papa dan Mama? Sehatkan? Maaf karena Nay belum ada menghubungiku Papa dan Mama," ucapku merasa bersalah. "Tidak usah minta maaf, Nay. Kamu sama sekali tidak bersalah. Kami tahu kalau semua ini adalah kesalahan Ilham. Kami kira, setelah menikah untuk yang kedua kalinya, dia akan bertobat dan tidak lagi mengulangi perbuatannya. Nyatanya, penyakit lamanya kambuh lagi," sungut Mama mertua. "Maksudnya, Ma?" tanyaku penasaran. Masih bingung dengan ucapan Mama barusan. Ataukah, perceraian Mas Ilham terdahulu memang juga karena Mas Ilham yang berselingkuh? Lalu cerita-cerit
Read more
Part59
Kulirik Mas Rafi yang duduk di seberangku, bergabung bersama teman-temannya. Dia mengeluarkan gawai dan mulai memain jari jemarinya di layar. Dia bangkit dan berdiri, menjauh dari teman-temannya. Dia terlihat sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon genggamnya. Setelah selesai, dia kembali bergabung dengan teman-temannya dan secara bergantian memberikan selamat kepada Ilham dan Viona. Mas Rafi kembali menoleh ke arahku sembari melemparkan senyum. Beberapa tamu mulai menikmati hidangan yang disajikan di halaman depan. Hanya tinggal kami saja yang masih berada di dalam. Mas Rafi mengangguk, memberikan kode untuk mendekat. Sebenarnya aku masih enggan, namun tentu saja aku harus percaya dengan Mas Rafi. Aku mendekati mereka. Mas Ilham tampak salah tingkah melihatku. Viona makin berang. Tentu saja dia berdiri di hadapanku mengahalangi pandangan Mas Ilham. "Untuk apa kamu kesini, ha?" tantangnya. "Kamu pikir masih bisa untuk merebut Mas Ilham lagi? Kamu lihat sendiri kan kalau
Read more
Part60
Wajah Mas Ilham semakin memucat. Berkali-kali dia membolak-balik berkas yang ada di tangannya. Namun ia tetap merasa tak percaya. "Ada apa, Mas?" kini giliran Viona yang terlihat cemas. Mas Ilham sama sekali tak menghiraukannya. "Pak, bagaimana mungkin tanda tangan saya berada di sini. Ini pasti sebuah jebakan, Pak. Bagaimanapun, saya tidak merasa pernah menjual rumah ini," Mas Ilham bersungut di depan para lelaki itu. "Tapi anda mengakui, kalau itu tanda tangan anda, kan?" seru salah seorang dari mereka. Dari cara bicaranya, dia terlihat seperti seorang pengacara. Sementara dua orang lainnya, bertubuh tegap tinggi layaknya bodyguard. Sungguh diluar dugaan, bagaimana Mas Rafi bisa mengenal orang-orang seperti itu. Aku saja sampai takut melihatnya. Dan mudah-mudahan saja aku jangan sampai berurusan dengan mereka. "Benar itu, Mas? Jadi kamu benar-benar sudah menjual rumah ini?" lagi-lagi Viona kembali meradang. "Sudah, kamu diam dulu. Aku juga lagi pusing ini," balas Mas Ilham tid
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status