All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 51 - Chapter 60
614 Chapters
BAB 51. Kelakuan Intan.
“Iya, benar itu aku yang buat. Dari mulai design, pilih bahan dan juga jahitnya. Ustazah yang nyerahin semuanya jadi aku kerjakan sebisanya,” jawabku jujur.“Tapi, hasilnya luar biasa wow loh, Mbak. Aku kira Mbak Zahra beli di butik khusus baju pengantin. Mana harganya murah lagi,” sahut Mbak Lintang.“Masya Allah. Terima kasih, Mbak. Aku juga masih terus belajar biar jahitan makin bagus dan rapi,” jawabku senang sekaligus heran. Orang sekelas mereka memuji design dan jahitanku.“Besok, Ibu juga insya Allah mau jahit sama kamu saja lah, Mbak. Nanti sewaktu nikahan Fawas,” ucap Bu Hajjah Halimah.“Masya Allah yang benar, Bu? Dengan senang hati akan aku layani," jawabku.“Sorry, Bu. Aku enggak mau! Aku sudah ada langganan butik terkenal,” sahut pacarnya Mas Fawas. Seketika aku tidak enak hati.“Loh, bukannya semalam Kak Dewi juta bilang bagus, ya?” tanya Mbak Lintang.“Iya sih, tapi kalau yang buat designerku jauh lebih hebat dan lebih bagus dari itu,” jawabnya.“Kalau Kak Dewi enggak
Read more
BAB 52. Bapak Pulang.
“Mbak Fatki, ya Allah!” Susanti panik lalu menolongku.Badanku sakit sekali. Intan benar-benar keterlaluan. Aku sudah tahan diri untuk tidak meladeninya ini malah dia seenaknya sendiri.“P—ak Fais?” Intan tergagap. Dia menutup mulutnya sendiri. Pasti dia kaget dan tidak menyangka dosen idolanya ada di sini.“A—duh, maaf. Sa—ya tidak sengaja,” ucap Intan lagi. Dia seperti orang kebingungan.Susanti meradang. Didorongnya Intan dia menabrak kursi jatuh terjengkang, hingga drees Intan tersingkap.Semua orang kaget kami langsung jadi pusat perhatian. Pasti Bu Hajjah Halimah dan rombongan sangat malu karena kejadian ini. Mereka tidak tahu apa-apa malah ikut jadi sorotan.“Kamu kurang ajar sekali!” Mas Arman marah dan hendak menampar Susanti, tapi tangannya ditahan Mas Fawas. Mas Arman aneh, bukannya menolong adiknya malah sibuk membalas Susanti.“Tahan, Bro! Jangan main kasar sama perempuan. Malu sama gender kita,” ucap Mas Fawas.“Jangan ikut campur! Anak labil ini sudah mendorong adikku.
Read more
BAB 53.
“Mas, maaf gara-gara aku baju Mas Fais jadi basah kena tumpahan kuah bakso. Sudah gitu tadi Mas Fais ikut jatuh, ” ucapku tulus kuanggukkan kepala berkali-kali. Aku ingat orang Korea dari film yang kutonton kalau minta maaf sedikit membungkukkan badan.“Eh ... iya, Mbak. Sudah jangan begitu aku tidak apa-apa."“Iya, Mas aku juga minta maaf ya, tolong jangan ceritakan pada Ustazah Zahra kami malu,” sahut Susanti dia ikut-ikutan membungkukkan badan.“Kalian Ini, aku sudah bilang tidak apa-apa santai saja. Kalau gitu aku permisi duluan, ya?” Aku dan Susanti kompak mengangguk.Setelah mobil Mas Fais pergi, kami juga segera pulang. Sore ini gagal total balik lagi ke ruko gara-gara ulah si Intan biang kerok itu.“Mbak, kita pulang kan?” tanya Susanti.“Iya, pulang. Besok pagi-pagi sekali kita ke Ruko sekalian kamu cari orang ya, San, untuk bantu-bantu bersih-bersih lantai bawah. Kalau siang beres sorenya kita bisa langsung angkut barang,” kataku.“Siap, Bu Bos! Kita ketemuan jam berapa?”“
Read more
BAB 54. Bapak Pulang.
“Itulah kehidupan, San. Memang kadang tak adil untuk kita. Kita hanya tinggal menjalaninya saja.”“Iya, Mbak. Aku sudah kenyang Mbak kalau dibuli. Dari kecil aku dibuli. Bukan karena suatu kesalahan yang aku perbuat, tapi karena kemiskinan kami. Makanya aku tumbuh jadi pribadi yang mudah emosi dan gampang tersinggung. Aku juga jadi lebih peduli pada orang lain. Aku merasakan enggak enaknya dibuli, jadi kalau ada orang lain yang buli jiwa bar-barku meronta-ronta. Ingin membela dan membalasnya.”“Iya, San, Mbak paham. Alhamdulillah enggak kerasa kita sudah sampai. Terima kasih banyak ya, sudah jadi pendengar setia Mbak hari ini. Besok jangan lupa pagi-pagi,” ucapku seraya melepas helm.“Siap, Bos!”Baru saja Susanti hendak pergi, datang Intan dan pacar barunya alias mantan pacar Susanti.Mereka bertemu pandang, Susanti hendak pergi, tapi ditahan oleh Intan. Ck, ini orang pasti mau buat masalah lagi.“Mau apa?” tanya Intan.“Mau buat perhitungan sama kamu, karena kamu tadi sudah sok, ja
Read more
BAB 55. Bertengkar dengan Ika.
“Aah, ayangku, kamu pulangnya lama sekali sih, aku kan, kangen berat padamu,” teriak Ika dengan manjanya lalu memeluk bapak. Bapak menoleh pada kami. Mungkin karena merasa tidak enak pada kami bapak melepaskan pelukan Ika.“Pak!” Kusalami bapak.Ibu diam saja. Beliau menutup kembali pintu ruang jahitku lalu masuk kamar. Begitu pun Mas Arman. Dia langsung masuk lamar lagi tanpa mau bersalaman dulu dengan bapak.Sepertinya bapak tidak mau ambil pusing. Beliau malah sibuk bercengkrama dengan Ika dan mengajak ngobrol anak mereka yang masih di perut Ika. Mengelus mesra perut Ika.Aku yang melihat saja perih apa lagi ibu yang merasakannya juga. Tapi Kenapa ibu tidak juga sadar akan semua kesalahannya? Harusnya ibu bisa mengambil hikmah dari semua ini. Jika kuat bertahan dan berdamai, jika tidak lepaskanlah.Kalau begini ceritanya ibu sama saja menyiksa hatinya sendiri. Anak-anak sudah besar. Mau mempertahankan apa lagi? Seusia ibu dan bapak harusnya bukan lagi memikirkan tentang cinta, tapi
Read more
BAB 56. Ingin tidur denganku.
“Jaga mulutmu, Fatki atau aku sobek pakai ini!” Ika mengacungkan silet padaku.“Mengancam? Lakukan saja kalau bisa,” tantangku.Ika diam saja tak berani mendekat. Halah mental kerupuk begitu beraninya main ancam.“Eh, belum tidur Fatki, sudah malam loh, ini?” ujar bapak ketika keluar dari kamar mandi.“Habis negur Ika, Pak. Dia ambil dompet Bapak dari dalam tas. Kataku itu tidak sopan eh, malah Ika marah-marah padaku . Itu dia megang silet katanya mau nyilet mulutku karena tidak mau dinasehati.”Ika tergagap pasti dia tidak akan menyangka kalau aku bakalan mengadu begini.“Ika, ya Allah, jangan ceroboh begini kamu bisa celaka sendiri. Siniin siletnya! Uang di dompet harus dibagi dulu dengan adil!" seru bapak. Ika memberikan silet itu dengan perasaan dongkol padaku. Matanya tajam menatapku. Jelas sekali gambaran kebencian di sana.“Pak, ini selimutnya. Bapak istirahatlah.”“Terima kasih, Nak.” Aku mengiyakan lalu masuk kamar.Rasanya lega dan enak sekali meluruskan pinggang setelah se
Read more
BAB 57. Mas Arman tidak mau dicerai.
“Aku tidak bisa berbagi, Mas. Aku mau kamu seutuhnya milikku. Pokoknya kamu tidak boleh tidur dengan Fatki kalau kamu nekat tidur dengannya maka malam ini juga aku pergi dari sini!” Ancam Reni.Waw! Ternyata Reni cinta mati pada Mas Arman. Sepertinya dia memang benar-benar tidak ridho Mas Arman tidur denganku. Biasanya kan, pelakor akan masa bodo lakinya mau tidur di mana yang penting duit ngalir untuknya.Eehh ... tapi, kan, emang Mas Arman tidak punya duit. Bingung sendiri aku. Lalu Reni mau dengan Mas Arman karena apanya, ya?“Ya sudah, iya, ayo, kita kembali tidur. Kamu pasti lelah kan, jangan nangis lagi takut di dengar bapak di ruang tengah.Se per sekian detik sudah tidak terdengar suara mereka lagi. Baguslah mereka akhirnya pergi juga.Aku lebih baik melanjutkan shopping onlineku saja. Mencari barang-barang yang aku inginkan. Targetku 4 hari ruko itu harus sudah rapi dan bisa ditempati. Setelah itu kejar target jahitan yang sudah menggunung.Aku beralih ke akun IG-ku. Ada ban
Read more
BAB 58. Sayangnya bapak mertua padaku.
“Baiklah karena aku banyak urusan jadi aku pamit dulu. Bapak sarapnnya aku bawa ya, untuk bekal. Lumayan hemat ....”“Iya, Nak, tambah ini gorengannya. Makan yang banyak Bapak lihat kamu jadi kurus. Pasti banyak pikiran terus malas makan. Makan yang banyak ya, Bapak takut dosa, Bapak takut jadi mertua yang zholim nanti di akhirat pertanggung jawabannya berat.”Aku tertegun dengan ucapan bapak. Ya Allah ternyata bapak sepeduli dan sesayang itu padaku.“Terima kasih banyak, Pak sudah peduli dan sayang padaku. Bapak bagiku bukan hanya sekedar Bapak mertua, tapi seperti Bapak kandungku sendiri. Baiklah aku berangkat. Assalamualaikum .... “ Kusalami beliau takjim mungkin sekaranglah aku bisa berbakti pada beliau karena setelah aku bercerai tidak akan mungkin bisa lagi .“Tunggu, Dik, aku mau bicara!” Mas Arman mencekal tanganku saat aku akan memakai sepatuku.“Katakan padaku siapa laki-laki yang sudah meluluhkan hatimu selain aku? Pasti kamu ada laki-laki lain kan, jadi kamu kekeh mau pi
Read more
BAB 59. Mas Arman cemburu dengan tukang ojek.
“Tolong, Bapak! Pak!” teriakku. Mang ojek yang mungkin merasa terancam membela dirinya jadilah mereka saling hantam dan tonjok. Bapak lari ke arah kami diikuti ibu dan juga Intan.“Arman, berhenti! Cukup.” Teriakan bapak tidak diindahkan oleh Mas Arman.Bugh!Bapak menonjok wajah Mas Arman hingga Mas Arman mental.“Memalukan! Pagi-pagi sudah bikin ribut. Bikin masalah saja!” bentak bapak.Mas Arman hendak bangun dan siap menyerang lagi, tapi bapak lebih dulu menendang pantatnya.Kang ojek, mengusap-usap pipinya. Duh, kasihan sekali. Mau cari duit malah dapat sial. Mas Arman memang benar-benar keterlaluan masa main pukul tanpa tahu salahnya ini orang apa. Yang aku khawatirkan ternyata jadi kenyataan. Kang ojek enggak pakai jaket kebangsaannya. Dandannya super duper keren makanya Mas Arman salah paham. Pasti dia kira kang ojek ini orang spesial yang menjemputku. Gitulah kalau nafsu dan emosi digedein. Merugikan orang lain.“Mas, maaf ya, sepertinya suamiku salah paham.” Aku benar-bena
Read more
BAB 60. Ibu mertuaku kenapa?
Ting!Mas Arman kembali mengirimkan pesan. Ck, kirain sudah bunuh diri.[Kamu tega, Dik. Kamu sudah benar-benar tidak mencintaiku lagi. Selamat tinggal!]Halah, gitu doang. Palingan cuma gertakan. Cuma kecelakaan motor aja kesakitan kerjaannya meraung-raung tak jelas setiap malam.[Selamat tinggal. Aku tunggu hantumu kelayapan!] Balasku dan dalam hitungan detik dibaca dong! Ha ha Mas Arman tingkahmu makin seperti orang hilang akal.~K~U🌸🌸🌸Aku tertegun ketika sampai ruko kok, sudah dipasang banner? Cepat sekali kerjanya Susanti. Terus ini yang masang banner siapa? Bannernya juga cantik, sesuai ekspektasiku. Terus itu pintu kacanya juga sedang dipasang sama tukangnya. Susanti benar-benar bisa diandalkan.“Mbak, maaf ongkosnya belum?” tegur kang ojek.“Eh, iya, maaf, Mas. Lupa.” Kuberikan uang dua puluh ribuan.“Enggak usah disusukin Mas, kembaliannya ambil aja,” kataku seraya berlari masuk ke ruko.“Assalamualaikum! Susanti, San!” panggilku.“Wa’alaikumsalam! Lagi di toilet Mbak, m
Read more
PREV
1
...
45678
...
62
DMCA.com Protection Status