All Chapters of Salah Kirim Paket: Chapter 101 - Chapter 110
140 Chapters
Muntah Lagi
Pov Alia“Kenapa kamu bersama Marcel,Al?” tanya Bang Rizal ketika aku sampai di hadapannya. Perlahan kuhembuskan napas yang terasa sesak. Pertanyaan Bang Rizal adalah sebuah kecurigaan yang ia tujukan padaku.“Mereka tadi bermesraan di dalam toilet,Zal. Lihat aja baju mereka sampai basah seperti itu,” ucap Kartika lalu tersenyum sinis ke arahku.Aku diam,biarlah Bang Rizal percaya kepada siapa,aku atau dia? Dari sini dapat kulihat seberapa dekat ia dengan wanita tak punya urat malu itu. Kalau dia mengenalku,pasti ia percaya aku tak akan melakukan hal hina seperti yang Kartika tuduhkan.“Apa benar seperti itu,Al?” Menggelengkan kepalaku pelan, menatap Bang Rizal penuh kekecewaan kemudian kulangkahkan kaki meninggalkan sepasang sahabat itu. Pertanyaan suamiku menunjukkan jika ia tak mempercayai aku. Lalu untuk apa kujelaskan?“Alia,tunggu! Abang belum selesai bicara!” Aku terus melangkah,tak kuhiraukan suara Bang Rizal yang terus memanggil namaku. Rasa kesal kian memenuhi rongga dada
Read more
Hamil?
Pov Alia"Apa maksud kamu, Bisma? Apa hubungan kamu dan Syasya?""Ck! Jangan pura-pura tidak tahu, Alia. Bukankah mantan adik iparmu sudah cerita semuanya?" Bisma melangkah mendekat, refleks aku mundur. "Aku tidak mengerti, kita baru saja kenal. Apa lagi Syasya. Jangan mengada-ada kamu, Bisma!"Aku kembali mundur satu langkah. Sial, kaki ini menyentuh dinding. Toilet berada di ujung ruangan. Sekeliling tempat ini sepi, Allah... Bantu aku lepas dari lelaki gila ini. "Katakan di mana wanita itu? Jangan coba-coba menyembunyikannya dariku!" Bisma mencengkeram lengan kiri hingga aku meringis kesakitan. "Aw... Sakit, aku akan katakan pada Bang Rizal. Kupastikan dia membatalkan kontrak kerja sama dengan kamu. Lelaki tidak tahu malu!" "Kamu!" Tangan lelaki itu melayang ke udara. "Tolong! Tolong!" Lebih baik berteriak meminta pertolongan, aku tidak akan sanggup menghadapi lelaki ini. Entah dari mana Bang Rizal menemukan teman seperti Bisma dan Kartika. Teman yang menusuk dari belakang.
Read more
Keraguan Rizal
Pov Alia"Iya, kamu pasti hamil, Al? Kapan terakhir datang bulan?" tanya Marcel sudah seperti dokter. Aku terdiam memikirkan pertanyaannya. Kapan aku terakhir haid? Ah, aku saja lupa, bagaimana bisa menjawab? Semenjak selalu kecewa ketika telat datang bulan, semenjak itu pula aku tak pernah mengingat kapan terakhir datang bulan. Aku takut terlalu berharap lalu akhirnya kecewa. Lelah, putus asa dan mulai menyerah, itu yang sempat kurasa. Hingga akhirnya aku memilih pasrah, mengikuti alur yang Tuhan tuliskan. "Aku lupa, aku bahkan tak pernah mau mengingat itu. Takut kecewa."Aku segera merogoh ponsel yang ada di dalam tas. Sepertinya aku harus kembali ke hotel. Takut Bisma kembali berulah dan merepotkan aku lagi. Dengan cepat jemariku menari di atas layar, memesan sebuah taksi melalui aplikasi online. "Aku antar sampai halaman hotel, Al. Wajah kamu pucat. Aku takut kamu muntah atau pingsan di jalan." Marcel menantapku lekat. "Aku sudah pesan taksi online.""Yakin?""Yakinlah, lebih
Read more
Hamil?
“Memangnya ada tampang penipu di wajah aku,Bang?” ucapku kesal.Sebagai mantan kakak dan suami harusnya dia tahu jika ucapanku itu benar. Mana mungkin aku berbohong bahkan memfitnah orang. Entah apa yang ada di kepala Bang Rizal hingga ia begitu percaya dengan parasit berkedok sahabat.“Bukan begitu,Alia. Setahuku Bisma tidak dekat dengan wanita mana pun,apa lagi Syasya. Kalau pun dekat dengan Syasya harusnya aku tahu,dong.”Aku menghembuskan napas kasar, ternyata susah meyakinkan orang tanpa bukti meski itu suamiku sendiri. Sepertinya aku harus mencari bukti agar memperkuat ucapanku. Ah, masalah Mas Alvan selesai tapi kini tumbuh masalah baru yang jauh lebih rumit. Dulu Bang Rizal membantuku tapi kali ini aku harus berusaha sendiri.“Abang yakin Bisma atau pun Kartika bisa dipercaya? Keluarga saja bisa menusuk dari belakang,apa lagi orang lain yang tidak memiliki ikatan apa pun. Harusnya masalahku dengan Mas Alvan bisa dijadikan pelajaran jika tak selamanya orang bisa dipercaya terma
Read more
Alat Uji Kehamilan
"Jangan bercanda, Ma.""Mama yakin kamu hamil, Al. Sudah telat haidnya, kan?"Aku diam mencoba mengingat kapan terakhir aku datang bulan. Namun tetap saja aku sama sekali tidak ingat. "Alia lupa, Ma."Mama dan Bang Rizal menghembuskan napas kesal. Mau bagaimana lagi kalau aku benar-benar lupa. "Alia ke kamar dulu, Ma,capek."Aku melangkah meninggalkan Mama dan Bang Rizal yang menatapku. Aku tak menghiraukan, badanku terasa lelah. Ingin segera istirahat. Sebenarnya aku mengharap apa yang dikatakan Mama itu benar. Namun aku takut terlalu berharap lalu akhirnya kecewa. Bertahun-tahun aku menunggu hingga akhirnya memilih pasrah. Alasan ini pula yang membuat Mas Alvan meninggalkan aku. Aku merebahkan tubuh di atas ranjang. Merogoh ponsel yang ada di saku gamisku. Iseng kulihat aplikasi dengan logo F berwarna biru. Seketika aku beristigfar kala membaca berita yang muncul di berandaku. Dadaku bergemuruh, rasa marah hampir meledak saat membaca setiap kata yang tertulis di sana. Bagaiman
Read more
Pingsan
Perlahan muncul satu garis merah, aku memejamkan mata seraya menahan napas menanti garis merah selanjutnya. Dengan jantung berdebar kubuka mata,bulir bening nan hangat tiba-tiba jatuh membasahi pipi. Ya Allah....Ternyata rasa sakitnya masih sama. Harapan untuk merasakan adanya kehidupan di dalam kandungan sirna sudah. Aku memang sering merasakan hal ini, tapi entah kenapa kali ini rasanya jauh lebih sakit dan kecewa. "Sayang, bagaimana hasilnya?" Sebuah ketukan pintu menyadarkan aku dari tangisan dan kekecewaan ini. Perlahan aku atur napas seraya menenangkan hati. Tidak lupa kuhapus jejak air mata yang masih tertinggal di pipi. Mama dan Bang Rizal tak perlu tahu betapa hancur hati dan perasaanku. Cukup kutelan sendiri kekecewaan. Kreeek.... Sedikit ragu kutarik pintu hingga mereka bisa melihat dengan jelas keberadaanku. "Bagaimana hasilnya, Al? Positif, kan?" tanya Mama begitu antusias. Sungguh aku tidak sanggup melihat mendung dan hujan di wajahnya. "Sayang, kenapa diam?"T
Read more
Bibit Posesif
Pov Rizal"Istri saya kenapa, Dok?" tanyaku lagi. "Selamat, istri Pak Rizal tengah mengandung."Aku terdiam, lalu menatap Alia yang kebingungan sama sepertiku. Bukankah tadi pagi kami melakukan tes dan hasilnya negatif. Namun kenapa dokter bilang Alia hamil? Tuhan... Ini mimpi atau halusinasi saja? "Kenapa Pak Rizal dan Bu Alia bengong? Kalian tidak senang?" tanya Dokter itu heran. "Dokter tidak sedang bercanda, kan?" tanya Alia. "Seorang dokter tidak boleh bercanda menyangkut kesehatan dan kondisi pasiennya.""Tapi tadi pagi kami melakukan cek urine tapi hasilnya negatif. Hanya satu garis berwarna merah yang nampak."Dokter muda itu tersenyum lalu menatap kaki bergantian. Perkataanku ini serius lho, kenapa wanita justru tersenyum? Hem. "Ada banyak faktor yang menyebabkan test pack tidak akurat, salah satunya alat uji kehamilan itu sudah kadaluwarsa. Bu Alia sudah melihat tanggal expired pada test pack?"Alia menggeleng. Bagaimana dia bisa tahu jika mengecek kehamilan saja masi
Read more
Sate Ditengah Malam
"Sudah pulang?" Mama menatap heran ke arah kami. Lebih tepatnya ke arah tangan kami yang bergandengan. "Iya, Ma," jawabku. "Lepas, Bang! Aku mau duduk!" ucapnya seraya menepis tangan ini. "Pelan-pelan, Sayang." Kubantu Alia duduk meski ia menghadiahiku tatapan tajam. Sebenarnya apa yang salah? Aku hanya ingin menjaga calon anak kami. "Astaga, Rizal... Alia bukan anak kecil, biarkan dia duduk sendiri. Lihat tu wajah istri kamu yang masam, sudah seperti jeruk yang belum matang," ledek Mama semakin membuat wajah Alia ditekuk. Ah, andai saja Mama tahu jika putrinya tengah mengandung, sudah pasti beliau memperlakukan Alia sama sepertiku memperlakukannya. "Mama beli test pack kapan?" tanya Alia. "Mama lupa, itu test pack saat kamu masih menjadi istri Alvan."Aku dan Alia saling beradu pandang. Pantas saja hasilnya negatif, test pack-nya saja sudah kadaluwarsa. Mama... Mama. Hem. "Kenapa kalian melihat Mama seperti itu? Ada yang salah?"Jelas salah Mama, itu yang membuat hasil tes u
Read more
Sebuah Pesan
Pov AliaAku membolak-balikkan badan, sesekali kulirik benda bulat yang menempel di dinding kamar. Sudah pukul setengah dua tapi Bang Rizal belum juga pulang. Ke mana sebenarnya suamiku itu? Membeli sate atau pergi ke bulan? Mengambil benda pipi, aku menghubungi nomor Bang Rizal. Suara merdu Judika mengalun indah memenuhi kamar. Ah, Bang Rizal tak membawa ponselnya. Rasa khawatir semakin menjadi, perlahan aku beranjak dari ranjang. Aku berjalan menuju ruang tamu, menunggu Bang Rizal. Berkali-kali aku menyibak gorden, berharap mobil yang kunanti berada di halaman rumah. Tapi sayang, mobil itu tak kunjung datang. Apa lagi sang pemilik yang kini berada entah di mana. Kakiku kesemutan karena berdiri terlalu lama. Akhirnya aku memilih menyandarkan tubuh di sofa. Perlahan rasa kantuk hadir hingga akhirnya aku kembali menjelajahi dunia mimpi. Tubuhku terbang melayang hingga menembus awas. Ah, mimpi ini seperti nyata. "Maaf, ya, karena menunggu Abang kamu jadi tidur di sofa."Samar terd
Read more
Kabur
"Kenapa, Al?" tanya Bang Rizal kala melihatku diam sambil menatap layar ponsel. Kuberikan ponsel dengan layar masih menyala. Suamiku mengernyitkan dahi lalu mengembalikan ponsel itu padaku. "Dari nomor baru, kamu kenal?" tanyanya seraya menarik tubuhku. Kepalaku ia letakkan di atas pahanya hingga aku bisa melihat jelas betapa tampan suamiku ini. Ah, pantas saja Kartika terobsesi padanya. "Kenapa lihatin begitu? Abang ganteng, kan?" Aku mencebikkan bibir. Bisa-bisanya dia tahu isi pikiranku. "Soal pesan tadi tak usah kamu hiraukan, Al. Mungkin orang iseng. Jangan terlalu menanggapi pesan dari nomor baru. Abang takut kamu kenapa-napa."Aku mengangguk meski hati bertentangan dengan perkataan Bang Rizal. Pengirim pesan itu seolah kenal denganku. Dia bahkan memanggilku Mbak. Siapa sebenarnya yang sedang membutuhkan bantuanku? Kreek... Seketika aku dan Bang Rizal menoleh ke arah pintu. "Maaf, aku kira Bang Rizal masih di luar." Mia menggaruk kepala yang tak gatal."Masuk, sudah biasa
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status