Semua Bab Dendam Titisan Ashura: Bab 51 - Bab 60
170 Bab
Raksha vs Harsa
“Suja, Asoka, bersiaplah mundur sesuai rencana.” perintah Raksha dalam hati.“Siap, Yang Mulia.” balas Suja dan Asoka bersamaan terdengar didalam kepala Raksha.Raksha melihat Chandra masih berjuang menahan pukulan dan tendangan Suja yang kuat dengan perisai dan pedangnya. Di tengah aduan serangan yang intens itu, Chandra lengah karena luka yang tengah dia derita sehingga Suja berhasil mencekiknya kuat.Perisai Chandra lepas dari genggamannya, tetapi dia masih menggenggam pedang peraknya sekuat yang dia bisa. Krisnobroto dan Gesang yang ada di belakangnya tampak cemas dengan kondisi Chandra yang wajahnya perlahan membiru karena kekurangan napas.Di tengah keterdesakan itu, Raksha pun tiba. Dia meloncat tinggi lalu menusuk kedua pundak Suja dengan keris gandanya.Suja mendadak limbung. Dia terpaksa melepas Chandra yang langsung terbatuk keras, berusaha meraup sebanyak udara yang dia butuhkan.Raksha menyeret keris pera
Baca selengkapnya
Ujian Akhir Selesai
“Raksha!”Sena buru-buru menghampiri lalu merangkul Raksha yang hampir terjatuh. Kecemasannya kian menjadi melihat lengan kanan Raksha yang terkilir.“Jangan bergerak, biar aku bantu sembuhkan.” Sena perlahan meraih lengan kanan Raksha. Cahaya perak Kanuragan Khsatriyans yang memancar dari telapak tangan kanannya itu memberikan sensasi dingin sehingga rasa perih yang terasa di tangannya lambat laun redam.Raksha belum berkomentar apapun. Dia melihat prajurit Kanezka tengah kelimpungan merawat sesama rekannya yang terluka, termasuk para petinggi padepokan. Tidak ada pendekar muda yang tewas, tetapi mereka mengalami luka serius.Di tengah kekacauan itu, Krisnobroto pun mengacungkan tangan kanannya tinggi ke arah patung Dewa Kartikeya. Dia memejamkan matanya agak lama untuk berkonsentrasi sampai akhirnya sepanjang lengan kanannya memancarkan cahaya perak terang.Cahaya perak Kanuragan Khsatriyans milik Krisnobroto membuat dua m
Baca selengkapnya
Bergabungnya Siluman Srigala Gardapati
Terlepas dari kebenciannya terhadap Kanezka, Pancaka, dan Pendekar Pedang Cahaya yang zalim, Raksha tidak bisa berbohong kalau liontin perak di kalung yang tengah dia kenakan itu memancarkan cahaya perak kebiruan yang indah.Kalung perak dengan liontin berbentuk segi sembilan itu dipercaya sebagai ‘bagian’ dari Dewa Kartikeya, yang juga menjadi tanda simbolis bahwa orang yang mengenakan itu telah diberi amanah oleh Dewa Kartikeya untuk menjadi Pendekar Pedang Cahaya di Nusantara.Lucunya, Raksha tidak pernah menyangka kalau Dewa Kartikeya ‘rela’ memberikan sebagian anugerahnya pada dirinya yang sejatinya adalah pendekar dunia arwah. Entah apa yang dewa konyol itu pikirkan. Dia akan menyesal saat Pendekar Pedang Cahaya dan Kerajaan Kanezka runtuh dengan kekuatannya sendiri nanti, pikir Raksha.“Para dewa adil ketika mereka menganugerahkan kekuatannya pada para pendekar yang mereka percaya. Nusantara membutuhkan keadilan seperti ini,
Baca selengkapnya
Seremoni Kelulusan
“Tegakkan kepala kalian! Simpan teguh semangat suci ini di hati kalian! Pendekar Pedang Cahaya akan menyinari Nusantara dari kegelapan Pendekar Dunia Arwah yang terkutuk! Perjalanan kalian baru dimulai disini! Tunjukkan keloyalan kalian kepada Kanezka!”“Siap!”Seruan Krisnobroto yang menggaung hebat di padepokan Udayana langsung dibalas dengan seruan puluhan pendekar muda yang baru saja dilantik menjadi Pendekar Pedang Cahaya setelah melewati tiga ujian pokok selama pelatihan. Raksha, Sena, dan Baswara ada diantara barisan Pendekar Pedang Cahaya tersebut.Usai upacara pelatikan, para Pendekar Pedang Cahaya baru pun kembali ke keluarganya dengan senyum merekah dan penuh kebanggaan. Raksha melihat senyum para pendekar baru itu dan tangis haru keluarganya yang menyambutnya. Sepertinya menjadi Pendekar Pedang Cahaya adalah suatu kebanggaan terbesar di kalangan Kerajaan Kanezka.Namun bagi Raksha, julukan Pendekar Pedang Cahaya yang ki
Baca selengkapnya
Tiba di Kota Rasagama
“Aw…”Rasa perih yang menusuk di punggung Raksha kembali terasa. Raksha merasakan rasa sakit yang janggal ini semenjak di hari ketiga dalam perjalanannya menuju Kota Rasagama.Raksha tidak pernah terbentur, terbakar, ataupun terhantam di bagian punggung yang terasa perih itu sebelumnya. Rasa sakit ini muncul sekonyong-konyong. Untungnya dia bisa menekan semua keperihan itu dengan Kanuragan Ozora sehingga dia dapat menyembunyikan itu didepan Sena.“Titik nyerinya berasal dari bekas luka bakar yang terpatri di punggung anda, Yang Mulia.”Informasi Asoka kemarin itu membuat dia berpikir kalau luka bakar yang di punggungnya dulu berasal dari Prajurit Kanezka yang menempelkan besi panas berbentuk simbol segi sembilan di tiap penduduk desanya, termasuk dirinya.                             &nbs
Baca selengkapnya
Kecurigaan di Kota Rasagama
“Intimidasi ini tidak mengubah apapun, komandan. Semua tuduhanmu tidak benar.”Wajah Lingga memerah murka mendengar penjelasan Yasa. “Dasar kakek bau tanah! Buat apa lagi kau sembunyikan kenyataan?! Kau tahu sendiri kalau Kerajaan Kanezka tidak akan memberikan toleransi sedikitpun pada siapapun yang bekerja sama atau melindungi Pendekar Dunia Arwah?!” sentaknya kasar.“Kau tidak punya bukti atas tuduhanmu, komandan. Kalau kau masih memaksakan ini, maka aku akan menyampaikan pesan pada Raja Widyanata atas kezalimanmu.”Lingga sontak membisu. Dia memaksakan senyumnya untuk menyembunyikan ketegangannya. “Kau berani membawa nama Raja Widyanata untuk menyembunyikan kesalahanmu? Dasar orang tua tidak tahu malu!”“Aku serius. Sekali lagi kau berteriak di rumahku, maka aku akan segera mengirim utusanku agar pergi ke Raja Widyanata. Pergi sekarang juga sebelum aku melakukannya, komandan.”Lingga ma
Baca selengkapnya
Kawan Lama
“Hahh…! Hahh….!”Ari berlari seperti orang kesetanan menjauhi penginapan tempat Raksha berada. Matanya tidak mungkin salah melihat. Walau tubuh pria yang dia lihat itu kini sudah semakin tegap dan kekar, dia tahu kalau pria itu adalah temannya semasa di kampung halamannya dulu. Dia yakin kalau pria itu adalah Raksha.Ari terus berlari seraya menyingkirkan orang-orang yang tengah berseliweran di kota. Jantungnya masih berdegup kencang karena dia tahu kalau Raksha menyadari keberadaannya.Baru saja Ari belok ke gang sepi, mendadak tubuhnya limbung. Dia merasakan ada yang mencengkeram pergelangan kaki kanannya tiba-tiba sehingga dia kehilangan keseimbangan lalu terjatuh. Dia kala itu tidak sadar kalau Asoka yang melakukannya dari balik bayangannya.“Aduh!”Ari terguling jatuh. Sebelum dia beranjak bangun, sosok Raksha sudah ada di hadapannya.“H-hii…!” Ari reflek merangkak mundur karena t
Baca selengkapnya
Ancaman Yaksha
“Yang Mulia, apa yang harus kita lakukan?”Pertanyaan Suja malah membuat Raksha semakin bingung. Langkah kaki prajurit Kanezka yang terdengar semakin ketara membuat dia tidak bisa fokus pada Ari.Sekilas Raksha memfokuskan dirinya. Bayangan tubuhnya menyeruak lebat menyelimuti Suja, Asoka, dan Ari bersamaan.“Sembunyi disini sementara. Jangan buat gaduh.” seru Raksha setelah bayangannya itu berhasil menelan masuk ketiganya.Beberapa detik setelah itu, prajurit Kanezka yang Raksha duga kini tiba. Prajurit itu menatapinya dengan raut wajah curiga dan bengis. Raksha memasang muka datarnya ketika prajurit itu menghampirinya.“Hei! Apa yang kau lakukan disini?!” seru prajurit itu kasar.“Saya tersesat, tuan. Saya baru di kota ini.” jawab Raksha datar.Prajurit itu masih tampak senewen. Dia mengamati Raksha dari ujung kepala hingga ujung kakinya. “Kau bukan orang asli sini ya…&rdq
Baca selengkapnya
Tabib Aryasatya
“Yang Mulia, anda tidak apa-apa?”Kecemasan Gardapati baru saja menyadarkan Raksha dari rasa pusingnya. Raksha melihat sekitar, sosok pria yang ada di penglihatan batinnya hilang. Yang terlihat sekarang hanyalah sosok Ari yang masih tersungkur tidak sadarkan diri.Siapa pria itu?Apa dia adalah Pendekar Dunia Arwah yang Chandra peringatkan agar dia menjauh darinya?Apa pria itu juga yang menjadi incaran Lingga dan pasukan Kanezka di kota ini?Apa hubungannya dengan bekas luka bakar berbentuk segi sembilan yang ada di balik punggung tiap penduduk desa Raksha?Pertanyaan itu berseliweran tiada henti, tetapi Raksha tidak bisa menjawabnya. Dia memilih untuk meninggalkan pertanyaan itu lalu membawa Ari yang masih tidak sadarkan diri ke tabib terdekat.Raksha berjalan menyusuri kota, tidak peduli walau orang-orang menatapinya dengan rasa penasaran. Kebingungannya berhenti ketika salah satu dari penduduk kota memberitahu ada satu
Baca selengkapnya
Menjaga Rahasia
“Mana tabibnya?!”Tiba-tiba pintu ruangan sang tabib terbanting. Dua orang prajurit Kanezka arogan itu baru saja masuk dengan wajah merah murka. Mereka berdua tengah merangkul seorang rekan mereka sesama prajurit yang masih belum sadarkan diri.Raksha ingat kalau prajurit Kanezka yang pingsan itu adalah prajurit yang diserang Ari saat dia kerasukan siluman.“Hei, bantu obati teman kami ini!” sentak prajurit Kanezka itu kasar. Salah satu dari mereka pun bergegas menuju ranjang terdekatnya lalu menyeret Ari kasar untuk memberikan tempat pada rekannya.Raksha buru-buru menangkap Ari sebelum jatuh ke lantai. Tatapannya yang tajam tertuju pada prajurit Kanezka yang kasar itu. “Hei, kami duluan!” sentaknya tidak sabar.Sang prajurit yang disentak langsung menatap keki. Raksha tahu kalau sang prajurit hendak menendanganya. Dia bisa menangkisnya, tapi itu berisiko melukai Ari. Pada akhirnya dia memilih menahan rasa sakit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status