All Chapters of Baju Bayi di Rumah Mertua : Chapter 31 - Chapter 40
65 Chapters
Hari Pertama Bekerja
"Huum, gak kebayang kalo bini tua lahiran, bini muda bunting. Duh ... reportnya," ucap Evi setelah tawanya reda.Ck! Amit-amit! Jangan sampai itu terjadi. Hatiku belum seluas ukhti-ukhti muslimah yang rela berbagi suami demi mengejar ridho Ilahi."Jadi menurutmu gimana, Vi? Aku mending datang gak nih, besok ke kantor si Zaki?" Aku yang sudah malas membahas perihal Mas Hamid, kemudian mengalihkan pembahasan."Datang aja." Terdengar Evi membalas tanpa ragu."Tapi kok aku deg-degan gitu, ya.""Kenapa?""Takut Zaki nyuruh aku kerja nggak bener," ucapku berterus terang."Ya ... coba aja kamu tanyain langsung sama dia," usul Evi yang sontak aku iyakan.Panggilan dengan Evi kuakhiri setelah bersenda gurau sejenak.Aku lantas men-scroll nomor kontak dengan kaku. Ragu juga untuk menghubungi Zaki sekarang-sekarang ini. Takut dia sibuk. Kalau dilihat-lihat dari gaya berpakaian dan cara bersikap, kelihatan kalau Zaki itu bos. Pokoknya beda kelas lah sama Mas Hamid yang cuma lulusan D3 dan jadi en
Read more
Bos Semprul!
Seperti tak menghiraukan pertanyaan dariku, Zaki berlalu setelah menatapku sekilas.Ya ampun, apa gunanya aku menunggu kalau ujung-ujungnya dicuekin begini?"Zak, aku kerja apa?" Aku menguntit langkah Zaki yang seperti abai akan keberadaanku.Bukannya menjawab, Zaki terus melenggang bebas tanpa beban. Melangkahkan kaki memasuki gedung yang yang tak bisa kupastikan memiliki berapa tingkat.Aku terus mengikuti ke mana pun langkahnya terayun. Dia naik lift, aku pun ikut. Habisnya bagaimana dia, kan yang meminta aku datang ke kantor ini?Selama aku mengikutinya, tak pernah sekalipun Zaki mengkomplain tindakanku. Hanya melirik sekilas tanpa sepatah kata pun terucap dari bibirnya.Orang aneh!Kenapa mendadak seperti tidak kenal begini? Apa Karena dia sudah memakai pakaian seperti Bos?Sampai di lantai tiga gedung ini, lift berhenti dan terlihat Zaki turun. Tentu saja aku mengekori dirinya lagi dan lagi.Ya, seperti pengawal pribadi, aku tak berhenti mengikuti langkah bos satu ini, bahkan sa
Read more
Tamparan dari Nova
Sepanjang perjalanan pulang, aku terus berpikir. Tak mungkin aku bolak-balik setiap hari mengandalkan Ojek Online. Gaji sebulan saja belum tahu pasti berapa besarnya.Ah, apa mungkin sebaiknya aku mencari kost saja di sekitaran tempatku bekerja? Tapi, rugi jika aku meninggalkan rumah itu begitu saja. Bisa-bisa Mas Hamid membawa Nova masuk ke rumah itu lagi. Makin merugi lah aku.Huft!Tidak! Aku tak mungkin membiarkan hal itu terjadi. Cukup dua kali aku dibodohi oleh keluarga Mas Hamid, tak mau aku mengulanginya.Lantas, apa yang harus aku lakukan? Ah, iya. Aku pasang saja iklan di beranda facebook-ku dengan memberikan keterangan kalau rumah itu siap dijual.Ide yang bagus!Tiba di rumah aku tak langsung masuk. Kuambil foto dari segala sisi, untuk kebutuhan ikan penjualan. Setelah mengambil beberapa gambar, barulah aku membuka kunci rumah dan masuk.Tak langsung membersihkan diri, aku memilih duduk sejenak di ruang tamu. Bersiap memasang foto yang baru saja kuambil. Tapi, rasa-rasanya
Read more
Perginya Nova dan Ancaman Bu Ida
Bu Ida buru-buru menyusul langkah Nova yang masuk ke dalam rumah sambil berurai air mata. Sementara di sini, Mas Hamid sendiri justru memilih tetap diam dan berdiri seperti patung yang tak punya hati dan perasaan. Apa yang diinginkannya, benar-benar membuatku tak mengerti dan tak habis pikir.Kenapa dia justru ingin melepas Nova dan mempertahankan pernikahan denganku? Apa yang salah dengannya?Apa dia tidak kasihan dengan Meisha? Buah cintanya bersama wanita yang menjadi cinta pertamanya?Entahlah. Aku benar-benar tak sanggup membaca jalan pikiran lelaki 28 tahun ini.Tak berselang lama, terdengar keributan dari dalam. Dan tak lama setelah itu, terlihat Nova keluar sambil membawa Meisha dalam gendongannya, sementara sebelah tangannya menyeret tas jinjing yang ukurannya cukup besar. Di belakangnya, Bu Ida menangis sambil menyebut nama Meisha berulang kali. Wanita yang statusnya masih resmi menjadi mertuaku, terlihat terus memegangi dadanya dengan ekspresi menyedihkan.Mungkin, istilah
Read more
Hutang yang Harus Dibayar
Baru kali ini aku melihat Bu Ida membentak anak kesayangannya. Tak itu saja, bahkan bentakannya kali ini, disertai dengan ancaman yang begitu dahsyat. Membuatku bertanya,'sesayang itukah dia dengan Nova dan anaknya?'Mendengar ancaman sang ibu yang tampaknya tak main-main, membuat Mas Hamid gerak cepat masuk ke dalam. Tak lama kemudian, dia kembali ke hadapanku dan ibunya dengan membawa barang yang aku minta.Sebuah sertifikat yang sedari tadi menjadi bahan perdebatan, akhirnya dia munculkan dan diserahkan padaku penuh kepasrahan.Bagus! Tak sia-sia rupanya aku berlagak arogan dan menunjukkan sikap egois sedari tadi."Semoga kamu puas, Lisa," ucap Bu Ida sambil menatapku dengan tatapan tajam. Tampak sekali dia kecewa padaku. Peduli apa? Yang terpenting, sertifikat ini sudah berpindah tangan padaku sekarang.Maafkan aku, Nova. Aku bahkan memanfaatkan situasi untuk menekan Ibu dan suamimu untuk kepentinganku. Aku bahkan membuatmu harus pergi bersama hati yang terluka. Maafkan aku, Nova,
Read more
Calon Istri, Katanya
[Elu harus datang ke rumah gue malam ini juga. Setelah shalat Isya, ya, inget. Nggak boleh telat.]Apa? Ke rumah Zaki? Malam-malam? Ngapain?Kok perasaanku mendadak tidak enak begini, ya?[Ngapain?] tanyaku diliputi rasa penasaran yang teramat sangat. Bagaimana tidak, bukankah permintaannya sedikit aneh? Ah tidak. Maksudku … sangat aneh.Lucu saja kalau aku harus ke rumah Pak Bos malam-malam. Apa dia ingin memintaku membuatkannya kopi seperti saat di kantor siang tadi? Kalau itu alasannya, kok, kayak kurang kerjaan banget.Aku terdiam untuk beberapa lama saat mengira-ngira apa tujuan Zaki memintaku datang ke rumahnya di malam hari.Aku yang sedang melamun sembari terus menduga-duga, dibuat tersentak saat menyadari Zaki mengirim pesan lagi ke ponselku.[Mau 20 juta nggak? Kalau ke sini lewat dari jam 8 malam, gue batal minjemin. Oh, ya, datang harus cantik. Kalau jelek juga batal.]Kubaca baik-baik pesan darinya. Takut mataku sudah terlalu ngantuk atau Zaki typo, kan bisa berabe.Terny
Read more
Aku Pula yang Jadi Tumbal
"Ya … soal itu 'kan masih jauh, Ma. Lagian biar aja, sih, si Lisa fokus kuliah dulu. Mama sendiri juga paham, 'kan kalau aku masih pengen ngejar karir?" Terdengar Zaki masih tertarik mendebat sang ibu.Bodo amat lah. Dia sendiri yang cari perkara dengan mengaku-ngaku aku sebagai pacarnya. Tanggung sendiri akibatnya! Aku mah ogah pusing.Kunikmati saja makanan-makanan enak yang ada, daripada mubazir. Bukankah ongkos ojek online ke sini juga lumayan mahal tadi? Jadi wajar saja kalau aku menikmati santapan mewah ini bukan?Mendengar jawaban sang anak, terdengar Bu Naimah menarik napas dengan berat. Seperti ada beban yang menumpuk di dadanya."Tapi, umurmu sudah berapa, Zak? Teman-temanmu yang lain, Mama perhatikan minimal sudah pada punya anak satu. Kalau yang perempuan udah banyak yang lebih dari dua malah," ujar Bu Naimah dengan raut wajah kecewa.Zaki mendesah singkat."Ma, tapi soal nikah sama punya anak, 'kan bukan ajang perlombaan. Kita nggak bisa nge-judge kalau yang lambat nikah
Read more
Baku Hantam Jilid 2
"Enak aja. Kenapa juga aku yang harus dibuat tumbal? Nggak mau aku!" Aku bersungut-sungut kesal padanya yang dengan sesuka hati ingin mengorbankan nama baik seorang Lisa di hadapan orang tuanya."O ... jadi ceritnya elu beneran mau, nih, nikah sama gue? Ngarep amat lu?" Zaki terkekeh geli ketika memperolok diriku yang masih menampakan raut wajah kesal."Ya …. bukan gitu juga.""Terus, maksudnya gimana?" tantang Zaki dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu santai tapi menjengkelkan."Gue yang harus ngaku kalau gue yang brengsek? Ogah lah. Hamid aja yang jelas-jelas serakah aja nggak mau ngaku dia."Aku terkesiap saat mendengar nama itu disebut secara tiba-tiba."Ish! Ngapain sampai bahas ke situ, sih?" Aku tak memungkiri, mendengar nama Mas Hamid memang membuat aku jadi bad mood dalam seketika."Suka-suka gue, lah," balasnya dengan ekspresi tak kalah menyebalkan.Huh! Brengsek emang Zaki. Sudahlah, mending aku diam. Capek buang-buang energi buat debat sama dia. Mending energiku aku s
Read more
Harus Bersandiwara Lagi
"Eh elu, tuh, ya benar-benar kurang ajar! Gak ada akhlak lu, Mid! Udah nyakitin hati, masih juga nyakitin fisik. Kalau sampe Lisa kenapa-kenapa, lihat aja gue bakal bantu Lisa bikin laporan ke kepolisian. Dengan tuduhan kekerasan dalam rumah tangga. Dengar itu, Hamid!"Dari balik dinding kamar, dapat kudengar suara orang berteriak di seberang sana. Aku berusaha mengangkat kepala, tapi ternyata sakitnya luar biasa. Setelahnya kuusap bagian yang terasa nyeri dan ternyata …."Aw …." Aku meringis, menahan rasa sakit yang mendera.Pantas saja sakit begini. Benjol cukup besar rupanya.Aku mengingat-ingat lagi bagaimana kronologinya sampai kepalaku benjol begini. Ya, aku ingat, kepalaku terkena lemparan kursi saat Mas Hamid yang mungkin merasa direndahkan, mengamuk pada Zaki.Aku menarik napas dalam-dalam.Alhamdulillah, aku masih bisa mengingatnya, berarti aku tak amnesia. Terima kasih ya Allah. Aku masih pantas bersyukur. Meski agak sakit tapi tak sampai lupa ingatan. Kasihan orang tuaku k
Read more
Jawab, Alisa!
Sejenak aku terjebak dalam kebimbangan dengan apa yang mungkin sedang dibahas Zaki bersama ibunya. Benarkah aku memang harus kembali ke rumah Zaki?Aku menarik napas panjang saat merasa tak yakin dengan sandiwara yang harus kulakukan selanjutnya. Tapi …maksa tinggal seorang diri di sini pun aku punya banyak ketakutan. Salah satunya aku masih was-was jika Mas Hamid kembali lagi malam ini."Lis, lu ikut gue balik ke rumah aja, ya, malam ini," ucap Zaki sesaat setelah dia mengakhiri panggilan dengan sang mama."Tapi uang Evi? Gimana? Aku belum sempat transfer, nih," ujarku ketika mengingat pasal sahabat baikku itu.Zaki berdecak lirih."Gampang .... Ayo!" Tanpa kompromi, pria bertubuh tinggi ini langsung menggendong dan membawaku menuju mobil. Sengaja dia menempatkanku di jok belakang supaya bisa berbaring. "Kunci rumah lu, di dalam tas yang tadi, kan, ya?" tanyanya buru-buru."Iya," balasku singkat.Terlihat Zaki bergegas kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil tas sekaligus meng
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status