All Chapters of Terpikat Janda Tajir: Chapter 101 - Chapter 110
115 Chapters
Season 2 Part 85
Dua hari tidak masuk sekolah, karena Amira masih harus mengontrol emosinya. Apalagi masih sangat sedih atas kehilangannya Om Reza yang ternyata diam-diam ia sukai. Tak banyak bicara, tersenyum, hanya sesekali menyahut, dan sesekali memberikan seringai pada ledekan teman-temannya.Kadang, ia merindukan keisengan Deni, Roni, Acel, dan teman-teman lelaki lainnya pada rambutnya. Namun, kemarin rambut itu sudah berubah menjadi lurus dan panjang. Yah, walau tak selurus penggaris, tetapi penampilan Amira berubah seratus persen dan membuat semua teman di kelas tas mengenalinya.Sang papa yang memintanya untuk meluruskan rambut. Menjadi Amira yang baru, yang kuat, dan mampu berprestasi di sekolah. Ingat, tak ada lagi yang namanya jatuh cinta dengan siapa pun itu, sampai memang waktunya tiba. "Gue baru sadar, kalau lo itu benar-benar cantik. Mau rambut tawon, mau rambut jalan tol. Gaya apa aja pasti cantik," puji Andrea pada Amira yang diikuti anggukan dua teman kembar lainnya."Terima kasih y
Read more
Season 2 Part 86
Amira menghentikan kayuhan sepedanya. Ia menoleh sekilas dan melihat ada lelaki yang hampir tiga minggu ia rindukan. Wajahnya dibuat sedatar mungkin, lalu tanpa menyahut, Amira kembali mengayuh sepedanya. Hatinya berdebar tak karuan. Belum pernah rasanya seperti ini. Ditambah lagi, Reza mengatakan saya rindu. Namun Amira tahu, jika itu hanya bualan. Hampir semua lelaki pandai membual, kecuali sang papa. Takkan ada lelaki seperti papanya. Kayuhan yang awalnya santai cenderung pelan, berubah menjadi kencang. Apalagi lelaki itu masih terus mengikuti Amira."Mira, saya mau bicara. Makan baso di depan mau tidak? Saya akan ijin Tante Ami sekarang," rengek lelaki itu dengan wajah memelas. Sayang sekali, Amira tak dapat melanjutkan kayuhannya, karena Reza sudah turun dari motor dan memegang sepedanya."Gak mau! Mira mau pulang," balas Amira dengan air mata bersiap tumpah. Ish, cengeng sekali diriku ini. Umpat Amira kesal dengan dirinya sendiri. Amira berusaha menghindar dari Reza, tetap tak
Read more
Season 2 Part 87
Sepuluh hari sebelum ulang tahun Amira.Pagi tak menyampaikan kabar baik hari ini. Masih sama seperti kemarin. Hujan rintik-rintik sejak malam. Tanah yang dipijak terasa amat beku tanpa setitik tanda-tanda kehangatan akan muncul. Lelaki itu hanya bisa memeluk erat bantal kursi, menaruh gadunya di sana sambil memandangi air hujan dari jendela kamarnya. Merasakan kebekuan hati yang sama. Rindu dan kesal itu menjadi satu. Namun jika membayangkan akan benar-benar meninggalkan itu terasa amat sakit.Sepuluh hari sudah Reza memilih berdiam diri di rumah. Tidak kuliah, tidak berkumpul bersama teman-teman, apalagi berjumpa dengan Meisya. Entah apa yang membuatnya begitu berat menjalankan tanggung jawab untuk Meisya. Hatinya terlalu berat untuk seorang gadis kecil bernama Amira. Jika dibilang lebay, ya ... dia memang lebay;bahkan cengeng. Untuk urusan percintaan sekelas usia dua puluh satu tahun, tentulah ia termasuk kategori cengeng. Ketika hatinya condong pada satu titik, tetapi ditarik pak
Read more
Season 2 Part 88
"Reza! Tunggu!" Meisya segera bangun dari duduknya. Terlambat, Reza sudah berada di atas motornya dan melihat kekasihnya dengan tatapan sinis."Za, tunggu! Gue bisa jelasin!" rengek Meisya dengan air mata berlinang, sambil berlari kwluar dari pagar."Tak perlu ada penjelasan untuk suatu kebohongan!" Breem!Reza melesatkan motornya meninggalkan Meisya yang menangis, berteriak memanggil namanya. Ada senyum terbit di bibir lelaki itu. Ada batu karang yang menyudutkan hatinya berakhir dengan hancur. Kelegaan karena dosa yang tak pernah ia buat membuat seakan saat ini dirinya dikelilingi oleh para bidadari cantik berwajah Amira. Jujur, takkan mungkin ada pria yang tidak tergoda oleh kemolekan, kecerdasan, dan kecantikan yang ada pada Meisya. Ia pun merasakan hal yang sama dan jatuh cinta untuk waktu yang lama pada seorang Meisya. Namun, ada hal yang tidak dihilangkan dari hati, yaitu ketertarikannya pada seorang gadis kecil bernama Amira. Sebagai seorang lelaki dewasa, hasrat ingin meny
Read more
Season 2 Part 89
"Kedatangan kami kemari selain ingin bersilaturahim, adalah untuk melamar Amira untuk anak kami Reza tujuh tahun lagi.""Apa?!" pekik semua orang yang ada di sana. Termasuk Bik Astri yang hampir saja menumpahkan air yang ia bawa dalam nampan-hendak dihidangkan."M-maksud Ibu?" tanya Ami kebingungan. Matanya mengerjap beberapa kali, mencoba memastikan saat ini dia tidak sedang bermimpi. Kepalanya menoleh pada suami dan juga anak gadisnya yang sama kagetnya dengan dirinya. "Jika boleh sama, kami ingin mengikat Amira untuk Reza," ujar Yasmin dengan wajah merona malu. Sebenarnya ia tahu ini permintaan konyol, tetapi demi anak sulungnya yang bucin berat dengan seorang gadis goib, dirinya rela melakukan hal aneh seperti ini."He he he ... Begini, Pak, Bu. Bukannya saya menolak, tetapi Amira masih sangat kecil. Datang bulan aja baru kemarin. Tidur juga masih suka ngigo, ngences ke mana-mana," terang Emir sambil menahan tawanya."Papa ih ... Ngapain ngencesnya diomongin sih? Males ih! Sebel!
Read more
Seaeon 2 Part 90
Keempatnya dihukum di depan lapangan saat upacara bendera berlangsung. Mereka menunduk bukan karena malu, melainkan karena merasa lucu atas apa yang mereka jalani saat ini. Sepanjang belajar di kelas VII belum pernah keempatnya dihukum seperti ini. Hanya karena membicarakan Sonya dan Amira, mereka harus menanggung akibatnya. Sambil menunduk, Amira menoleh pada Andrea yang ada di sampingnya. Ekor kedua matanya bermain-main, mengedip pada Andrea beberapa kali memberi kode pada temannya itu untuk melihat apa yang dia lakukan."Jadi, demi menjaga kebersi ... huuaachii ... maaf," ucap Pak Usman yang sedang memberikan pidatonya tiba-tiba bersin. Seluruh peserta upacara, termasuk jajaran guru, staf, dan juga seluruh siswa tertawa melihat Pak Usman."Saya ulangi ya ... huuachiii ...." Pria itu kembali bersin hingga ada sesuatu yang keluar dari hidungnya. Dengan gerekan cepat membalik tubuhny hingga memunggungi audiense, Pak Usman mengambil tisu, lalu membersihkan hidungnga dengan cepat. Jang
Read more
Season 2 Part 91
Dua tahun lebih sudah berlalu. Hari ini adalah hari kelulusan Amira dari seragam biru putih. Semua siswa menanti dengan debaran tak bisa dikendalikan. Mereka antre dari pagi untuk membaca penguman kelulusan. Pagar besar sekolah masih terkunci. Karena masih pukul lima lebih lima belas menit. Gerbang sekolah biasa dibuka pukul lima tiga puluh. Antrean semua siswa sudah tak sabar ingin membaca papan pengumaman di kelas mereka masing-masing.Sudah ada Amira yang semakin hari semakin cantik dan mempersona. Begitu juga dengan ketiga teman kembar tiganya. Mereka tumbuh menjadi gadis yang menggemaskan sekaligus cerdas. Jika Amira lebih menonjol pada aktifitas olah raga, berbeda dengan Andrea dan Aleta yang berprestasi di bidang akademis. Keduanya selalu saja mendapat peringkat tiga besar di kelas. Lain lagi Andini, si gadis tidak nyambung itu memiliki suara yang sangat bagus dan masuk ke dalam group paduan suara sekolah. "Lu udah sarapan?" tanya Andrea pada Amira yang berdiri di sampingnya.
Read more
Season 2 Part 92
"Mira, mau ke mana?" tanya Aminarsih pada puterinya. "Naik ke kamar, Bu. Daah ... makasih Ibu kejutannya," ujar Amira yang baru saja hendak naik ke atas, lalu berbalik badan, mencium pipi ibunya, lalu dengan berlari cepat ala goib, sudah berada di dalam kamar sambil memegang ponsel. Jika yang lain perlu mengatur napas, maka Amira tak perlu karena berlari secepat apapun ia tidak akan terengah-engah."Hallo, Sayang," ucapnya sambil menutup mulut menahan tawa."A-a-apa?" suara terbata Reza di seberang sana."Sayang."Brugh!Brugh"Hallo ... hallo ...."Amira memandang sambungan telepon yang terputus. Apakah sinyalnya jelek? Gadis itu mencoba melakukan panggilan lagi, tetapi tidak tersambung. Ia tak marah atau kecewa, gadis itu malah terus saja tersipu malu, bahkan ia membawa tubuhnya berputar-putar karena rasa senang yang luar biasa. Akhirnya, setelah dua tahun setengah memendam rindu, ia dapat mendengar suara itu. Suara yang membuatnya meleleh seperti hari ini. CupAmira mencium ponse
Read more
Season 2 Part 93
Dasar Amira! Terbiasa tak punya ponsel, sehingga ia melupakan benda itu. Padahal sudah satu bulan ini ia pakai. Namun, Amira lebih sering mengabaikan ponselnya, karena tak ada akun media sosial apapun di dalam sana. Hanya, WA, musik, dan aplikasi ruang guru.Mulai dari bangun tidur, mandi, salat, kemudian berpakaian, Amira masih tak sadar dengan keberadaan ponselnya. Benda itu jatuh di kolong tempat tidurnya sehingga ia pun tak menyadarinya. Ponsel itu disilent dan saat ini tengah berkelap-kelip, tanda seseorang tengah menghubungi dirinya. Namun sayang, Amira yang sibuk dengan hari pertama mulai masuk sekolah, memilih langsung keluar kamar dengan aneka pernak pernik di tubuhnya.Ranselnya penuh dengan barang persiapan pengenalan lingkungan sekolah. Mulai dari tanah liat, chiki, sampai bola bekel ada di dalam tasnya. Amira tak tahu saja, bahwa kekasih hatinya tengah memendam penasaran karena teleponnya tak kunjung diangkat. Padahal lelaki itu hendak mengucapkan kalimat selamat hari per
Read more
Season 2 Part 94
Berawal dari kejadian hari pertama di sekolah, Amira menjadi terkenal. Ditambah lagi, semua guru baru mengetahui bahwa Amira adalah cicit pemilik lembaga pembelajaran mereka, sehingga hampir semua guru dan staf sangat menyukai Amira. Saat ini, Amira belajar di kelas XA bersama dengan Andini. Baru sepekan mengikuti kegiatan belajar mengajar, Amira sudah akrab dengan semua teman di kelasnya. Ditambah lagi desas-desus bahwa gadis itu adalah cikal-bakal pemilik lembaga pendidikan ini kelak. Tentulah banyak teman baik laki-laki mau pun perempuan yang dekat dan baik pada Amira. Namun tetap saja, Amira lebih merasa cocok dengan Andini. Si lemot yang menggemaskan."Nomor lima dong," bisik Andini pada Amira. Hari ini mereka ada kuis dari pelajaran matematika yang mengulang materi pembelajaran saat seragam putih biru. Andini dan Amira duduk di barisan tengah, juga saling bersebelahan."Belum. Baru nomor dua," jawab Amira sambil berbisik."Bohong dosa loh, Mira," balas Andini."Ish, gak percaya
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status