Lahat ng Kabanata ng 8 Tahun Mencintainya: Kabanata 21 - Kabanata 30
148 Kabanata
Es Krim
 Daver dan Anara pergi ke salah satu kedai es krim dekat rumah Anara. Letaknya di taman kompleks yang sedikit ramai akan anak-anak. "Mbak, stroberi satu vanilla satu, ya," pesan Daver pada si Mbak penjaga kedai. "Baik, kak. Silakan ditunggu aja di meja." Anara sedikit bingung kenapa Daver tidak bertanya padanya soal rasa es krim miliknya. "Daver," panggil Anara saat keduanya sudah duduk di sepasang kursi dan meja yang tersedia. "Ha?" "Lo yang rasa apa?" "Vanilla."&
Magbasa pa
Permintaan
  "If you can't beat them, eat them."-Davenara   ***   "Lo kalah dari Daver?" Laki-laki itu membanting gelas berisi minuman keras yang diminumnya tadi. "Lo bego apa tolol? Daver udah setahun keluar dari Fightcamp dan lo masih belom bisa ngalahin dia?!"   Karakternya bagaikan Hitler. Tidak mau dipimpin dan tidak mau dikalahkan. Membunuh siapa pun yang berani menghadapinya.   "Gema, gue harus latih lo kayak gimana lagi?"   Gema mengembuskan napasnya. Ia lelah ditindas. Ia juga lelah menjad
Magbasa pa
Misi
***"Far, kok ninggalin, sih!" ketus Anara menghampiri Fara yang duduk sendirian di kantin."Habisnya pas ngintip tadi di kelas, lo lagi diajak Bu Dwi ngobrol. Ya, gue langsung aja ke kantin." Fara menyeruput mie ayamnya. Lalu menepuk kursi di sebelahnya. "Sini duduk."Anara duduk di sebelah Fara. Sebelumnya, ia berteriak pada mas mie ayam untuk memesan satu porsi."Tumben gak bareng mereka?" Mata Anara menunjuk Daver dkk. "Kenapa?""Kalau sama mereka makan jadi gak tenang. Apalagi ada Evan. Iseng banget orangnya, bacot lagi. Pusing gue," jawab Fara sembari menggeleng-geleng saat mengingat bandelnya Evan. Hal itu membuat Anara tertawa.
Magbasa pa
Rumit
"The happiest time is when you have something to focus your energy on."-Daver Negarald (s.j)***Sepulang dari rumah Giselle, Daver membersihkan tubuhnya dari keringat yang melekat sejak pulang sekolah tadi. Selesai mandi, ia memakai baju dengan cepat dan langsung mengambil ponselnya yang mati.Daver mencari charger-an yang ia lupa taruh di mana. Harusnya ia tidak perlu mencabut dari stopkontak daripada harus muter-muter mencari kabel itu."Ini dia." Daver mencolok kabel itu ke ponsel dan stopkontaknya.Hal yang pertama ia lakukan adalah membuka aplikasi LI
Magbasa pa
Welcome
Malam itu Anara meneguk ludahnya kasar.Masih dengan telepon yang tersambung, Anara spontan berkata, "Gue gak mau Daver mati."Gema tersenyum di balik layar ponselnya. Suara Anara terdengar begitu lucu di pendengarannya. Meskipun kalimat yang dilontarkan Anara tadi tidak disukainya."Iya. Gue tau kekhawatiran lo. Gue bakal bantu Daver walaupun gak banyak. Seenggaknya gue bisa mastiin pergerakan Rezo.""Gue boleh kasih tau ini ke Daver?""Tanpa lo kasih tau gue yakin udah ada yang ngasih tau dia. Dia banyak temen di Fightcamp."Mendengar Anara tidak berbicara atau bertanya lagi, Gema
Magbasa pa
Ternyata
"I can and i will. Watch me."-Daver Negarald***Daver kesal melihat senyuman yang terlihat seperti sebuah ledekan di matanya. Bahkan ia baru sadar bahwa wajah Lardo lebih ngeselin daripada Gema."Di mana Gema?" ulang Daver dengan nada menekan. Mata Daver sangat tajam seperti singa mau menerkam kelinci.Lardo terkekeh. Bukannya menjawab Daver, ia malah balik bertanya. "Lo ada masalah apa sama Rezo?""Lo gak usah ngalihin pembicaraan. Mana temen lo?" Daver masih sabar. Ia pun tidak menyadari mengapa Lardo membahas soal Rezo. Ia tidak mengindahkan itu.
Magbasa pa
Semoga
 Bima, Lardo, dan Gema menatap satu sama lain. Mereka menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya saat Daver mengetahui fakta itu.Beberapa detik kemudian, Daver tertawa. Namun ketiganya tahu bahwa tawa ini bukan tawa humor. Tawa ini tidak ada unsur canda sama sekali."Dav?"Daver menggertakkan giginya. "Bangsat. Dia ngelakuin itu semua dan masih beraninya mau ngebunuh gue?"Jika ada Rezo di sini, Daver seratus persen yakin nyawa cowok itu tidak akan aman.Bima menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dipikir dia Iron-Man kali, ya."Daver mengembuskan na
Magbasa pa
Susah
"We are confusing. We don't know about our own feelings.It's totally silly."-Fara Maria***Fara melihat dari jauh Daver yang sudah menunggunya. Saat ia mendekat, cowok itu tersenyum tipis padanya."Kenapa?" tanya Fara to the point. Ia masih jutek, sejutek-juteknya cewek yang lagi datang bulan.Daver menahan dirinya untuk tidak tersenyum saat melihat wajah Fara yang bete abis. Faktanya, cewek memang terlihat lebih cute saat marah."Sorry, ya, gue bikin lo kesel terus. Gue juga selalu ngebatalin jalan." Da
Magbasa pa
Debat
***"Far, Ra, di sini." Daver mengarahkan matanya pada meja teman-temannya. Anara dan Fara yang berjalan di depannya langsung mendekati meja Evan dkk."Neng, masih mau makan di sini lagi?" tanya Evan dengan wajah konyol saat Fara duduk di hadapannya."Duh, muka lo ngeselin banget." Fara menahan rasa sebalnya. Ingin sekali ia menampol wajah Evan.Kepala Ander melongok untuk melihat Fara karena terhalang Rino. Ia mau berbicara dengan Fara. Tapi Rino malah menjahilinya. Saat kepalanya ke kanan, Rino ikut ke kanan. Begitu juga saat kepalanya ke kiri."Belom gue tebas kepala lo," tandas Ander sambil menahan tawanya. "Minggir pala 
Magbasa pa
Elrino
"Dunia sengaja mengulur pertemuan kita dengan menghadirkan orang-orang baru."-Davenara***"Mau makan apa dulu, gak?" tanya Rino dengan volume suara yang besar. Karena suara kendaraan lain seperti bertengkar di telinga mereka.Anara mempererat pegangannya di pinggang Rino karena cowok itu menaikkan kecepatan motornya."Enggak. Lo laper? Kalau iya, gue temenin aja gak apa-apa."Rino menggeleng. "Gak laper, tapi gimana kalau nongkrong dulu? Es krim, mau?"Sepertinya anak-anak Zhenix —Daver, Evan, Ander, Rino, El
Magbasa pa
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status