All Chapters of Yes, I Do: Chapter 51 - Chapter 60
116 Chapters
Bab 51. Luka yang Menimbulkan Luka yang Lain
Kali ini Papa dan Mama pergi bersama Cheryl dengan menggunakan mobilnya. Sedangkan aku pergi bersama Keenan di mobilnya.Suasana agak sedikit canggung mengingat Keenan baru saja menyatakan cintanya. Aku hanya heran, kenapa aku tidak merasa sedih seperti biasanya? Apa karena suasana hati sudah didominasi oleh kedatangan Papa dan Mama?“Apa kamu sedih karena Papa dan Mama ikut mobil Cheryl?” tanya Keenan membuatku terkesiap.“Tidak. Sikap Mama sudah seperti itu sejak beliau mengenal Cheryl,” jawabku.“Pasti ada sesuatu yang membuat mamamu bersikap seperti itu,” ujar Keenan.“Iya dan aku tidak mengerti masalah yang sudah aku lakukan yang membuat Mama bersikap demikian,” sahutku lirih.Keenan meraih tanganku, mungkin sekadar ingin menyalurkan ketenangan.“Setidaknya papamu masih bisa bersikap netral,” ujar Keenan.“Iya,” jawabku.“Li, sekarang kamu resmi menjadi kekasihku, ‘kan?” tanya Keenan.“Katanya, kita selesaikan dulu masa lalu, baru menjalani hubungan yang lebih serius,” jawabku de
Read more
Bab 52. Tidak Ada
Aku hanya tersenyum dengan tulus pada Cheryl. Aku ikhlas … sungguh aku ikhlas. Cheryl juga sudah melakukan banyak hal untukku. Dia berhak mendapatkan banyak hadiah dari Mama.Sebenarnya aku tidak pernah peduli dengan materi. Aku juga tidak pernah iri dengan milik orang lain. Aku menjalani kehidupan dengan apa yang diberikan Tuhan padaku.Apa aku terlalu pasrah?Aku hanya tidak ingin ribet dengan urusan materi. Seandainya pun aku tidak mendapat warisan, aku tidak akan menuntut macam-macam. Apa ini yang dinamakan sudah mati rasa?Di dalam hidup ini, aku hanya ingin merasa dicintai oleh orang-orang yang aku sayangi. Aku hanya ingin Mama menyayangiku. Mungkin selama ini Mama menyayangiku, tetapi caranya tidak sampai menyentuh hatiku sehingga membuatku tidak merasa kalau Mama menyayangiku.Ah, sudahlah … aku tidak ingin membahasnya lagi. Papa sudah memberikan penjelasan dan aku akan menurunkan ekspektasi untuk mendapatkan hati Mama.Benar! Mungkin ini satu-satunya cara agar aku tidak kecew
Read more
Bab 53. Apa yang Terjadi?
BRAK!“Aaaaa! Tolong!” seruku sambil menutup wajah dengan kedua tangan.Tin! Tin! Tin!Aku mendengar suara bel mobil yang saling bersahutan, membuat debaran di dada tiba-tiba meningkat berkali-kali lipat. Ini membuatku tidak berani membuka mata.Apa kami baik-baik saja? Apa yang terjadi di luar sana? “Hah! Hah! Hah!”Aku dapat mendengar suara napas Keenan yang terengah-engah.Setelah agak lama aku dan Keenan hanya diam. Akhirnya Keenan bersuara, “Apa kamu baik-baik saja, Li?”Aku baru sadar kalau tidak merasakan apa pun. Maksudku, aku tidak merasa mobil Keenan ditabrak. Lalu, suara tabrakan tadi … apa itu?Perlahan aku menurunkan kedua tanganku sambil melihat ke sekitar. Benar … tidak terjadi apa-apa. Hanya posisi mobil kami saja yang berada di tengah-tengah perempatan jalan. Untuk saat ini, Keenan tidak bisa melajukan kendaraannya karena di sekitar kami sudah ramai dengan kendaraan yang lain.“A-apa k-kamu ditabrak?” Bukannya menjawab, aku justru balik bertanya.“Tidak. Aku berhasil
Read more
Bab 54. Aku Memaafkan
“Li! Aku dicuekin sih?!” pekik Cheryl kesal.Bukannya menjawab pertanyaan Cheryl, aku justru berjalan keluar untuk memberikan baju pada Keenan.“Aku mungkin perlu menaruh pakaian di sini agar sewaktu-waktu kalau perlu menginap tidak perlu menyusahkanmu,” ujar Keenan.“Sekalian pindah di sini saja, Kee.” Itu suara Cheryl yang ternyata sudah menyusulku.“Itu usul yang bagus. Di sebelah ada unit yang baru saja direnovasi dan sepertinya belum ada yang menyewa,” jawabku.“Aku tidak bisa pindah karena pekerjaanku juga ada di Alexander Apartment,” ujar Keenan.“Ah, benar juga,” gumamku.“Kalau tidak salah, di sebelah akan ditempati oleh pemiliknya sendiri, Li,” celetuk Cheryl.“Oh,” sahutku.“Aku ganti pakaian dulu ya,” pamit Keenan.Aku buru-buru mengangguk.“Aku juga mau ganti pakaian,” ujarku pada Cheryl.“Terus saja menghindar! Aku doain kalian segera menikah,” gerutu Cheryl.Namun, bukannya marah, aku hanya tertawa kecil sebagai respons.Di dalam kamar, aku berjalan perlahan menuju ke j
Read more
Bab 55. Ajakan Danendra
“Li, sudah nangisnya,” ujar Cheryl yang duduk di bangku penumpang bagian belakang.“Belum bisa berhenti. Kalian diam saja!” sahutku masih sesenggukan.“Astaga, Li! Kamu ini ada-ada saja,” jawab Cheryl sambil tertawa geli.“Kamu kenapa tiba-tiba menangis begitu?” tanya Keenan bingung.Masih belum bisa berhenti menangis, akhirnya aku hanya menggeleng pelan.Tidak bisa mengajakku bicara, akhirnya Keenan dan Cheryl hanya diam, membiarkanku sampai puas menangis.“Keenan, kita makan hidangan laut yang ada di Alexander Apartment, yuk!” Cheryl mengajak.“Boleh!” sahut Keenan.Hening seketika.Selama aku masih menangis, mungkin Keenan dan Cheryl tidak akan memiliki bahan pembicaraan.Akhirnya aku pun berusaha untuk kembali tenang dan menahan diri agar berhenti menangis. Namun, baru saja aku hendak bicara, tiba-tiba ponsel milik Cheryl berbunyi.Walaupun tanpa menoleh, aku bisa mendengar dari pergerakan Cheryl yang buru-buru meraih ponsel dan menerima panggilan tersebut.“Halo,” sapa Cheryl.“K
Read more
Bab 56. Kebahagiaan Danendra dan Iva
Apa aku harus mengajak Keenan sesuai permintaan Om Danendra? Ah, entahlah … hati ini masih merasa tidak yakin.“Baik, Om. Nanti Cheryl dan Keenan akan ikut juga,” putusku membuat Cheryl praktis menoleh ke arahku dengan raut wajah bertanya-tanya.Setelah Om Danendra menjawab dan kami sama-sama pamit, aku memutuskan sambungan telepon.“Om Danendra, Li?” tanya Cheryl.“Iya. Kita minggu depan makan burger yang baru buka di dekat apartment Om Danendra itu ya,” jawabku.“Siap,” sahut Cheryl.“Keenan dan Dokter Raffa juga harus ikut,” ujarku.“Baik,” sahut Keenan.“Mau ke mana?” tanya Dokter Raffa bingung.“Om Danendra dan Tante Iva itu orang tua mantan—“Tidak melanjutkan perkataannya, Cheryl justru melirik ke arahku dan Keenan.Aku hanya mengangguk memberi tanda kalau tidak ada masalah seandainya Cheryl mau cerita.“Om Danendra dan Tante Iva itu orang tua mantan kekasih Lilian. Mereka mau mengajak kita makan burger.” Cheryl berkata.“Benarkah? Aku senang dengan orang tua yang berpikiran te
Read more
Bab 57. Tambahan Investasi
“Kerja sama apa, Pa?” tanya Tante Iva.“Keenan memiliki bisnis membuat mainan anak dari kayu dan bekerja di bidang keuangan. Ini peluang bisnis yang bagus. Papa ingin menanamkan modal untuk kedua bisnis Keenan itu,” jawab Om Danendra.Ah, sepertinya sedari tadi Om Danendra dan Keenan membicarakan masalah bisnis.“Boleh, Pa,” sahut Tante Iva sambil membagikan burger pesanan kami.“Mama setuju, ‘kan?” tanya Om Danendra.“Setuju banget,” jawab Tante Iva dengan senyum ramah khasnya.“Baiklah. Minggu depan kita proses ya,” ujar Om Danendra, “berapa nomor teleponmu, Kee?” tanya Om Danendra. Beliau sudah mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan siap memasukkan data Keenan di dalam ponselnya.Keenan lalu menyebutkan nomor teleponnya.“Nanti Om sendiri yang akan menghubungimu,” lanjut Om Danendra.“Wah, terima kasih banyak, Om,” jawab Keenan sambil tersenyum lebar.“Rasanya senang ya, Ma … melihat Cheryl dan Lilian memiliki pendamping seperti ini? Papa sudah punya teman ngobrol,” ujar Om Da
Read more
Bab 58. Aku Tidak Setuju!
“Dina, apa kamu bisa bersikap lebih baik?” tanya Om Danendra pelan. Namun, suaranya masih bisa terdengar oleh kita semua.“Sebaiknya kamu melanjutkan acaramu sendiri, Di,” lanjut Tante Iva. Dari raut wajahnya, aku bisa merasakan kalau Tante Iva tidak suka dengan ucapan Dina.“Aku hanya mengungkapkan isi hatiku mewakili Finn. Aku rasa … aku tidak melakukan kesalahan apa pun,” ujar Dina. Gayanya begitu angkuh dan sangat mengintimidasi aku.Ingin rasanya aku menangis. Pun aku tidak berani melihat ke arah Keenan karena di sini dia juga tersudut. Apa ada yang salah dengan cinta?“Dina ….” Tante Iva berusaha menarik tangan Dina, tetapi tampaknya dia tetap bertahan pada posisinya.“Aku tidak setuju kalau Lilian jatuh cinta dengan pria lain!” seru Dina marah.“Dina, apa kamu mau Om memarahimu di sini … di depan banyak orang?” tanya Om Danendra. Ini pertama kalinya aku melihat Om Danendra terlihat begitu geram.Dina menatap tajam ke arahku. Sedangkan aku sendiri hanya bisa diam, menahan air ma
Read more
Bab 59. Mematangkan Rencana
“Om dan Tante pulang dulu, Di,” pamit Tante Iva ketika melewati Dina.“Iya,” sahut Dina. Netranya sempat menatap tajam ke arahku. Namun, aku hanya tersenyum dan mengangguk untuk pamit.“Belum tahu rasanya diterbangin pakai baling-baling bambu tuh orang ya,” gumam Cheryl sangat pelan. Aku yakin tidak ada yang mendengar perkataan Cheryl ini. Akan tetapi, aku yang berada di sebelah Cheryl persis tentu bisa mendengarnya.“Sshhh …!” Aku memberi tanda agar Cheryl menjaga ucapannya. Bisa gawat kalau Cheryl bicara kasar pada Dina.“Biarin!” kesal Cheryl.Kalau sudah jengkel dengan seseorang dan merasa tidak melakukan kesalahan, Cheryl memang sangat nekad.Sikap Cheryl ini benar-benar membuatku khawatir. Pasalnya, aku tidak ingin membuat masalah dengan anggota keluarga Finn.Urung naik Singapura River Cruise, Om Danendra dan Tante Iva mengajak kami mampir ke unit apartment milik mereka. Di sana memang tempat paling aman untuk membicarakan sebuah strategi tanpa merasa khawatir pembicaraan akan
Read more
Bab 60. Seperti Ada yang Melihat
Berkali-kali Keenan melihat ke arah kaca spion tengah dan dia melajukan kendaraan menuju ke arah pusat kota.Beruntung malam ini jalanan masih terlihat ramai sehingga aku merasa lebih tenang.Beruntungnya lagi, tadi Om Danendra sudah langsung menyuruh kami menggunakan mobilnya. Besok, orang kepercayaan Om Danendra sendiri yang akan mengantarkan mobil milik Keenan ke Alexander Apartment.“Bagaimana kamu tahu kalau kita sedang diikuti?” tanyaku hati-hati.Sejujurnya, aku tidak berani melihat ke belakang atau ke sekitar. Aku hanya duduk diam dan melihat lurus ke depan.“Sejak kita keluar dari gedung apartment tempat Om Danendra tinggal, ada satu mobil SUV berwarna hitam terus mengikuti kita,” jawab Keenan.“Sampai sekarang?” tanyaku.“Iya. Nanti di depan itu ada belokan. Kamu bersiap dengan segala pergerakanku, ya!” Keenan memberi tahu.“Hm, apa aku perlu menghubungi Om Danendra?” tanyaku. Aku tidak terlalu menanggapi perkataan Keenan karena aku sudah pasti akan bersiap.“Boleh. Telepon
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status