Semua Bab Pendekar Romantis: Bab 31 - Bab 40
537 Bab
Bab 31: Pertemuan Pertama Dengan Ki Jarong
Malaki kemudian menendang pantat Ki Codet hingga terguling keluar ke halaman rumah makan itu dan melempar potongan lengannya, suasana langsung geger mendengar suara berdebuk dan ada potongan lengan yang di lempar dari dalam rumah makan tersebut.Beberapa centeng yang menjaga arena sabung ayam disebelah rumah makan ini langsung berhamburan dan mendekati Ki Codet, saat melihat rekannya ini mengaduh-aduh kesakitan, karena lengannya sudah putus, beberapa rekannya langsung menotok sana sini, agar darah berhenti mengalir.“Siapa yang gila melakukan ini,” teriak rekan Ki Codet, sambil memandang seluruh pengunjung rumah makan yang juga berhamburan keluar.“Aku yang melakukannya…!” Malaki keluar dari rumah makan itu sambil tersenyum-senyum santuy, seolah-olah nggak ada yang aneh baginya melihat musuhnya kini mengeliat-geliat kesakitan.Lima centeng yang marah langsung mengurung Malaki, tapi pemuda ini tetap tenang-tenang saja.
Baca selengkapnya
Bab 32: Julukan Bertambah Lagi
Keduanya kini duduk di sebuah akar yang menjorok di pinggir sebuah danau yang sangat indah. Jarong menyodorkan sebuah botol arak yang masih baru dan di terima dengan senang hati oleh Malaki.“Malaki, kita sebagai pendekar golongan putih, jangan mencontoh gaya-gaya pendekar golongan hitam yang enteng saja mengambil milik orang lain, kan itu sama dengan merampok!” kata Jarong.“Apa itu pendekar golongan hitam dan putih, aku kurang paham!” kata Malaki polos, Jarong terkaget-kaget, namun dia enggan menertawakan kepolosan Malaki ini. Dugaannya tepat, Malaki pada dasarnya pemuda baik, hanya belum berpengalaman.“Kamu berasal darimana Malaki, kenapa tidak tahu dua istilah ini?” Jarong kini menanya balik, sekedar memancing sekaligu kepo ingin tahu darimana pemuda tampan ini berasal.Merasa bahwa Jarong ini orang baik, dengan jujur Malaki pun menceritakan kalau dia baru saja turun gunung setelah berlatih selama 7 tahun di kaki p
Baca selengkapnya
Bab 33: Bentrokan Dahsyat dengan Musuh Lama
Dengan percaya diri yang tinggi, Malaki sengaja datang tak sembunyi-sembunyi, tapi terang-terangan. Dia menjalankan kudanya dengan santai naik ke lereng bukit itu. Ulahnya itu tentu saja sudah diketahui anak buah Jambrong yang berjaga-jaga di bawah lembah, lalu dengan bunyi rahasia memberi tahu ke atas lembah, kalau ada ‘musuh’ yang datang.Jambrong yang saat itu sedang berkumpul dengan puluhan anak buahnya kaget saat menerima laporan dari penjaganya, kalau Pendekar Tampan Berhati Iblis alias Pendekar Romantis sedang menuju tempat mereka, Jambrong langsung tak enak hati.Sebagai kepala rampok yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia persilatan, dia tentu saja mendengar kemunculan seorang pendekar muda, yang dikatakan sangat kejam terhadap para penjahat baru-baru ini.Anak buahnya sudah menjelaskan secara detil, ciri-ciri orang yang sedang menuju ke perkampungan mereka yang tersembunyi ini.“Sudah pasti, ini pendekar muda yang m
Baca selengkapnya
Bab 34: Malaki Kalah Pengalaman
“Diam kamu Jerangkong dan kamu Gambol, kamu tidak tau dia selain berguru padaku juga telah berguru pada Pendekar Sapu Jagat!” cetus Ki Sunu, si Kurus ini langsung kaget, termasuk kawannya yang berperawakan gendut.“Apaaaa…pantesss…!” sahut Jerangkong, sahabat Ki Sunu ini kaget.“Wahhh yang benar Ki Sunu, hmmmm lawan tangguh ini!” sahut kawan Ki Sunu dan berperawakan gendut serta berbaju mirip pertapa dan di panggil Gambol ini, namun dia terlihat tak gentar malah suka.Malaki menatap ketiga orang ini, dia mulai waspada, sebab dia tahu Ki Sunu sendiri sangat tangguh, dia belum tau seberapa tangguh dua kawan si Jubah Tengkorak ini.Kini empat orang ini mulai saling berhadapan, seluruh anak buah Ki Jambrong sudah menyingkir, sebagian ada yang mengangkat rekan-rekannya yang tewas.“Ki Sunu, tunggu apa lagi, kamu langsung lawan muridmu ini, jangan sampai kamu kalah, bikin malu saja!” kata si k
Baca selengkapnya
Bab 35: Malaki dan Rani Terjungkal Ke Jurang
Pertarungan sudah berlangsung sangat lama, yakni lebih dari 2 jam, belum ada kelihatan tanda-tanda siapa yang kalah.Malaki mulai mengeluh dalam hati, tenaganya mulai terkuras banyak, sementara ke tiga musuhnya juga tak terlihat kelelahan.Tiga pentolan golongan hitam ini sangat cerdik, kalau mereka maju satu satu, sama saja dengan bunuh diri. Kini mereka bahkan saling melengkapi, bila Ki Sunu menyerang, maka Ki gambol dan Jerangkong akan melindungi tubuh Ki Sunu dari serangan balasan Malaki. Begitu juga sebaliknya, kalau Ki Gambol dan Jerangkong bergantian menyerang, dua lainnya melindungi rekannya.Malaki tak mungkin dapat menghindarkan diri dari serangan yang bertubi-tubi itu, dia hanya dapat mengelak dan menangkis, melindungi dirinya di bagian-bagian yang berbahaya dan membiarkan bagian-bagian yang dapat menahan pukulan untuk menerima pukulan-pukulan dahsyat dari ketiga lawannya ini.Keadaan Malaki sudah sangat berbahaya, agaknya dalam hitungan menit
Baca selengkapnya
Bab 36: Kembali Terjebak Di Dalam Gua
Soal hidup mati merupakan hak prioregatif Tuhan, kalau belum saatnya mati, apapun yang menimpa seseorang, nyawanya tetap bertahan di raganya. Sebaliknya, kalau kontraknya di dunia sudah habis, apapun langkah untuk menghindari kematian, tak akan bisa, malaikat maut tetap akan mengambil nyawa siapapun manusia yang masih hidup, dimanapun manusia itu berada.Saat melayang itu, Malaki yang masih sadar langsung mengejar tubuh Rani yang ikut melayang, begitu dia dapat menangkap tubuh saudara seperguruannya saat masih berstatus murid Ki Sunu, dia mendekapnya dengan erat menggunakan tangan kirinya.Saat melayang deras kebawah itu, Malaki kini menatap tajam akar-akar yang berseleweran di dinding tebing jurang. Luncuran tubuh keduanya sangat deras menuju dasar jurang, tapi Malaki tak gugup sama sekali, walaupun badannya masih sakit-sakit akibat pukulan tiga musuhnya, namun kesadarannya masih terjaga.Dia melihat ada akar yang bisa dia jangkau, dengan menggunakan sisa tenag
Baca selengkapnya
Bab 37: Daun Ajaib
Sampai malam keduanya kini terpaksa menahan lapar, Malaki kasian melihat Rani yang mulai kelaparan, sementara dirinya juga tak bisa semedhi, karena iba melihat Rani yang hanya berbaring- baring saja di gua itu dengan alas dedaunan yang tadi di petiknya di depan gua, sehingga pakaiannya tidak kotor kena tanah dan debu gua.Malaki ingat saat dulu mereka terjebak di dalam gua ketika masih anak-anak, keduanya menemukan sarang burung walet dan memakan telornya. Tapi saat ini tidak ada sarang walet sehingga Malaki bingung harus makan apa di saat lapar begini.Ketika menatap ke dalam gua yang gelap, Malaki kaget ketika melihat ada daun yang berwarna kekuningan, Malaki menowel tangan Rani dan menunjuk daun kecil berwarna kuning itu.Malaki lalu mendekati daun itu, saat dia mencium, daun itu berbau harum, Malaki memetik satu daun dan coba memakannya.“Enak rasanya…coba deh!” kata Malaki tanpa ragu sambil menyodorkan daun itu ke Rani.&ldq
Baca selengkapnya
Bab 38: Menemukan Pedang Bengkok
Mereka berdua melakukan perbuatan itu tanpa sadar, di tambah lagi memang dari dulu sudah sama-sama menyukai dan selama bertahun-tahun saling merindukan, maka kloplah!Berjam-jam keduanya terus saling diam. Rani duduk termangu di bibir gua, Malaki yang bingung harus berkata apa, kini berjalan-jalan hilir mudik di dalam gua, ada rasa sesal dalam hatinya, karena perbuatannya tadi malam terhadap Rani.Rani tentu paham, tadi malam dia telah kehilangan sesuatu yang paling berharga bagi seorang wanita dan orang yang telah mengambilnya Malaki, kakak seperguruannya, yang diam-diam sejak dulu memang dia sukai.Ada rasa sesal, tapi di sisi lain ada rasa bahagia, ketika dia melirik ke arah Malaki yang terlihat mondar-mandir di depan gua, kadang masuk lagi ke dalam, tapi tak berani mendekatinya, Rani tersenyum sendiri, tapi saat Malaki menoleh kepadanya, Rani cepat-cepat melengus…malu!Diam-diam rasa cintanya pada kakak seperguruannya ini makin membuncah, kini
Baca selengkapnya
Bab 39: Bertemu Tokoh Dewa Persilatan
Bukan hal yang sulit bagi sepasang kekasih yang memiliki kesaktian tinggi ini berpegangan pada akar-akar yang menonjol di dinding tebing.Awalnya Rani ragu menuruni tebing jurang yang sangat tinggi ini, Malaki sampai tertawa menyakinkan kekasihnya ini, kalau kini mereka berdua bukan Malaki dan Rani 7 atau 8 tahun yang lalu.“Sayang, ikuti aku yaa…!” tiba-tiba Malaki meloncat ke bawah, Rani sampai terpekik kaget melihat ulah Malaki, dipikirnya Malaki akan jatuh ke bawa.Namun sejurus kemudian, Rani geleng-geleng kepala melihat Malaki kadang bersalto lalu melesat dengan kecepatan luar biasa meluncur ke bawah.“Ayooo sayangggg…cepat turun, emank kamu mau jadi penghuni gua selamanya…!” terdengar suara melengking Malaki yang sudah jauh di bawah meluncur.Rani akhirnya nekat, ia pun terjun seperti gaya Malaki tadi, Rani ternyata tak mau kalah, semangatnya bangkit, diapun mengikuti gaya kekasihnya, tapi tentu s
Baca selengkapnya
Bab 40: Kakek Misterius Menghilang
Ketika Malaki kembali secara ajaib dapat petunjuk untuk memainkan jurus Elang Mematuk Mangsa, tubuhnya langsung berputar sangat cepat seperti gasing, sampai-sampai Rani tidak bisa melihat lagi tubuh Malaki, saking cepatnya tubuh kekasihnya ini berputar.Jurus inilah yang dulu membuat Ki Sunu, Ki Jerangkong dan Ki Gambol hampir kalah, karena saat tubuh Malaki berpusing begitu, semua pukulan mereka mental, tapi pukulan balasan Malaki juga lebih dahsyat, sayangnya saat itu Malaki belum berpengalaman.Kini jurus itu di sempurnakan Malaki berkat petunjuk kakek aneh yang sakti ini, sehingga andaikata saat ini ia bertarung kembali, sudah pasti 3 pendekar golongan hitam itu itu akan keok.“Sekarang kamu gunakan jurus harimau menerkam mangsa, fokuskan kekuatan pada kedua lengan kamu, lepaskan pedang itu dan gunakan cakar-cakar lengan kamu!” Malaki kembali patuh, dia menancapkan pedang bengkok ke tanah.Lalu dengan pengerahan tenaga dalam dia memukul da
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
54
DMCA.com Protection Status