All Chapters of Jimat Tali Mayat: Chapter 21 - Chapter 30
33 Chapters
Part (21)
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian (21) ----------------- o0o ----------------- Beberapa bulan sebelum peristiwa pembongkaran kuburan mendiang Sukaesih oleh Basri, Juragan Juanda bersama keluarganya bertandang ke kampung halaman Sumiarsih di Kampung Sindang Astana. Mereka berada di sana hampir sepekan lamanya. Kedatangan orang terkaya di Kampung Sirnagalih tersebut, tentu saja banyak menyita perhatian warga setempat, tidak terkecuali bagi Selasih sendiri. Perempuan berusia tiga puluhan tahun dan menyandang status janda itu tiba-tiba merasa tertarik untuk mengenal lebih dekat dengan keluarga Juragan Juanda. Hal pertama yang dia lakukan pada waktu itu adalah mendekati sosok Sadam, satu-satunya orang kepercayaan lelaki tua tersebut tapi masih terlihat perlente.“Nama saya Selasih, Kang,” ucap Asih memperkenalkan diri pada saat pertama kalinya mereka bertemu
Read more
Part (22)
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 22 ----------------- o0o ----------------- Gemerlap dunia dengan segala keindahan dan godaannya akan terus membutakan mata hati dan pikiran manusia sampai kiamat. Kurangnya rasa syukur serta ketidaksanggupan untuk bersabar dalam menghadapi ujian, seringkali pula menanggalkan keimanan yang ada. Itu akan terus berlanjut, karena sumpah dan janji setan pada Tuhan dulu masih tetap berlaku.Basri, lelaki kurus kering anak semata wayang Mbah Jarwo, calon pewaris tunggal harta kekayaan keluarga, nyata-nyatanya malah memilih jalan pintas untuk mengubah perekonomian keluarga. Menjadi penghamba duniawi dengan bantuan makhlu
Read more
Part (23)
JIMAT TALI MAYAT Written by David Khanz Bagian (23)   ----------------- o0o -----------------   “Uuuhhh ....” Basri membuka matanya perlahan-lahan. Penglihatannya membias untuk beberapa saat di seputar pandangan. Lantas berusaha bangkit dari goleknya di atas sebuah tempat tidur empuk dan harum penuh dengan berbagai taburan rupa bunga-bungaan. “Aahhh,” desah laki-laki bertubuh ceking tersebut kala hendak mengangkat badan. Ngilu dan sakit sekali mengentak persendian pinggang. ‘Di mana aku?’ tanyanya seraya memutar kepala mengitari tempat terasing yang kini sedang dia diami. ‘Ruang apakah ini? Sejak kapan pula aku berada di sini?’ Sebuah ruangan yang begitu luas. Berdinding bebatuan berwarna kuning keemasan, lengkap dengan berbagai hiasan berupa bunga-bunga dan kain warna-warni terbentang dari satu sudut ke sudut lainnya. Beberapa nyala api yang
Read more
Part (24)
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 24 ----------------- o0o ----------------- “Astaghfirullah!” seru Lastri keesokan harinya. Dia menatap sinar terang di balik jendela yang sudah menunjukkan waktu siang. “Jam berapa ini? Ya Allah ... mengapa aku bisa selelap ini tidur semalaman? Dan ini ... ini ....” Ada rasa sakit yang menyertai di hampir ruas persendian begitu mencoba bangkit dari tempat tidur. ’Aahhh, ada apa juga dengan tubuhku? Nyeri ini ... seakan-akan aku baru saja usai mengangkat banyak beban berat. Dan ... uuuhh, sulit sekali kugerakkan kaki ini hendak menuruni ranjang.’Beberapa ka
Read more
Part (25)
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 25 ----------------- o0o ----------------- Entah sudah yang keberapa kali Basri dipinta untuk terus menuruti permintaan Ratu Galimaya. Bergumul memenuhi hasrat gila perempuan cantik tersebut secara berulang-ulang semalaman penuh. Hampir seluruh persendian lelaki bertubuh kurus itu seperti remuk redam, terkuras habis semua tenaga yang ada, hingga terkapar lelah di atas pembaringan empuk besar beraroma wangi bebungaan. Anehnya, walaupun dalam hati berusaha untuk menolak, tapi entakkan syahwat itu kembali muncul begitu cumbu itu kembali menyentuh area pribadinya.Basri tidak sadar sepenuhnya. Dalam penglihatan lelaki tersebut, Ratu Galimaya adalah istri dia sendiri, Lastri. Otaknya sudah dibekukan sejak meminum isi cawan antik yang diberikan perempuan itu tadi. Bahkan baru saja beberapa saat lalu menuntaskan pergumulan hebat di atas pe
Read more
Part (26)
JIMAT TALI MAYAT Written by David Khanz Bagian 26   ---------- o0o ----------   “Apa?!” Mata tua Mbah Jarwo kembali membelalak kaget usai mendengar penuturan dari Sarkim perihal Asih. Lelaki muda tersebut menatap tajam sosok tetua di depannya dengan perasaan takut. “Iya, Mbah, Ceu Asih pergi dari rumah Juragan Juanda. Dia gak lagi terlihat di sana sejak pagi kemarin,” tutur kembali Sarkim mengulang ceritanya beberapa saat barusan. Mbah Jarwo mendengkus. Ada gurat kesal tertampak dari bias wajah tua tersebut. Lantas berucap seraya entakkan kaki ke tanah, “Aneh ... kenapa si Juanda gak ngasih tahu saya? Biasanya tiap kali ada sesuatu, dia akan segera memanggil buat datang ke rumahnya.” Berkali-kali dia menggeleng seakan belum sepenuhnya memercayai apa yang baru saja diketahui. “Terus ... dari mana kamu tahu kalau si Asih kabur?” “Bukan kabur, Mbah. Tapi
Read more
Part (27)
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 27 ---------- o0o ---------- Rintik hujan masih turun mengepul di udara. Memberi nuansa dingin menyelimuti di sepanjang langkah Basri menuruni terjal jalanan tanah dari lereng Gunung Halimun. Langit sebelah barat kian mengelabu di antara bentangan sempurna sekumpulan awan di sana menutupi sinar mentari penutup hari. Sejenak lelaki itu melirik jam di tangan. Telah menunjukkan waktu hampir pukul lima petang.‘Sialan,’ rutuk Basri memaki-maki sendiri seraya membetulkan letak ransel di punggung. ‘Kalo sampai kemalaman kayak begini, lebih baik aku menunda kepulanganku ke rumah hingga besok hari saja. Sangat riskan rasanya kalo memaksakan pulang selarut sekarang. Huh! Mana hapeku mati lagi.’Jejak sepatunya dipijak kuat-kuat agar tidak sampai jatuh terpeleset di atas jalanan licin. Sesekali matanya
Read more
Part (28)
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 28 ---------- o0o ---------- “Kita makan dulu ya, Kang,” ujar Lilis sembari menyiapkan pesanan makanan di atas meja kamar. “Habis itu, kita terusin lagi ngobrol-ngobrolnya.”Basri menarik napas dalam-dalam. Rasa penasaran yang sejak tadi tersimpan, untuk sementara terpaksa harus kembali dia jaga. Lantas melirik ke atas meja dimana teronggok bungkusan makanan yang sudah siap dinikmati. ‘Huh, sialan!’ rutuk lelaki itu begitu mengetahui, gerangan menu apa yang tersaji di sana. Ayam goreng. ‘Gua lupa ngasih tahu Lilis, kalo gua gak boleh makan makanan enak-enak.’ Sesaat dia mengelus perut. Lagipula saat itu Basri tidak terlalu merasa lapar. Sajian khusus di bibir jalan menuju tempat kediaman Ki Jarok tadi, rasanya masih cukup mengganjalnya hingga kini.Burung hantu?
Read more
Part (29)
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 29-------------------- o0o --------------------Basri menggeliat layaknya cacing kepanasan. Meluruskan sedikit persendian serta urat di tubuhnya yang terasa kaku. Sejenak dia menguap lebar, lantas perlahan-lahan membuka kelopak mata yang masih dirasa berat.‘Sudah pagikah atau ini siang hari?’ Bertanya lelaki bertubuh kurus kering itu begitu merasakan silau menusuk bola mata dari cahaya terang melalui singkapan jendela terbuka.Masih dengan sisa kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, tangannya bergerak-gerak ke samping hendak menyentuh sosok perempuan semalam. Lilis. Kosong. Tidak tersentuh apa pun di sana, terkecuali sprei putih dan selimut yang masih acak-acakan disertai bantal teronggok kesepian.“Lis?”Basri celingukan memutari sudut kamar. Sama. Tidak tampak siapa pun di dalam sana, terkecuali dirinya sendiri. Dengan kening berkerut, lelaki itu bangkit, menyingkap dekapan selimut tebal yang menutupi sekujur tubuh polosnya.“Lis?
Read more
Part (30)
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 30-------------------- o0o --------------------Di waktu siang hari, Mbah Jarwo pontang-panting keluar-masuk rumah mencari-cari istrinya, Emak Sari. Di dapur tidak ditemukan, di kamar dalam apalagi. Gurat gusar seketika tertampak dari raut wajah tuanya. “Ke mana istriku? Enggak biasanya dia menghilang begitu saja dari rumah,” gumam lelaki tua tersebut sibuk bertanya-tanya sendiri. “Apakah dia ke kebun? Sawah? Ah, rasanya enggak mungkin. Sudah lama istriku itu gak pernah lagi ke sana.”“ ... Atau mungkinkah dia pergi karena perselisihannya denganku tempo hari? Ah, mengapa harus pergi? Tadi pagi dia bersikap biasa-biasa saja. Terus ke mana, dong?”Hampir seharian itu Mbah Jarwo menunggu di depan rumah. Berharap Emak Sari muncul atau pulang. Hingga kemudian deru kendaraan bermotor mengalihkan fokus lelaki tersebut pada asal sumber suara yang ada.Benar saja, Emak Sari pulang ke rumah menaiki kendaraan ojek kampung. Begitu turun, langsung di
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status