Semua Bab SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES: Bab 51 - Bab 60
63 Bab
Apa kabar Kamu
Awal musim gugur selalu mendatangkan kesenduan tersendiri di hati Jihyekarena masa itu datang bersamaan dengan statusnya yang berubah menjadi seorang ibu. Tangisan keras sang bayi yang membahana memenuhi ruangan persalinan itu jelas melecut emosi terdalamnya. Kini, netranya menilik si bayi yang tertidur pulas dengan memasrahkan satu pipi gembilnya terbenam di pundak sang paman, kelelahan.Shin Jiyoon, ralat, Seo Jiyoon tumbuh menjadi anak lincah nan menggemaskan. Siapa pun akan luluh tatkala manik pekat dengan denyar-denyar bintang bersemayam pada irisnya itu menatap lugu. Dia baru saja merayakan ulang tahunnya yang pertama, perayaan sederhana yang disiapkan Hobi dengan mengundang seluruh pegawai Hobi Tour and Travel untuk makan malam bersama di sebuah restoran mewah."Padahal Oppa tidak usah repot-repot merayakan ulang tahun Jiyoon. Dia belum mengerti," ucap Jihye sesaat setelah mereka tiba di rumah. Kedua tangannya menenteng dua kresek besar yang b
Baca selengkapnya
Obrolan Kecil
Hari itu, Yunki baru saja tiba di rumahnya. Berjalan gontai tanpa asa seperti biasa. Kesan dingin yang selalu menguar dalam auranya kini berganti kesan sad man yang begitu kentara. Ya, Yunki seorang duda kesepian yang nyaris gila. Hampir saja malam itu dirinya tenggelam dalam kubangan alkohol jika saja tidak ada sebuah panggilan dari Pak Ong yang membuat binar dalam obsidian pekatnya kembali bersinar."Tuan, kami mendapat temuan baru, sebuah tiket ke Santorini telah dipesan oleh seseorang bernama Seo Jihye, kami akan menindaklanjuti penemuan tersebut. Semoga kali ini benar-benar nyonya."Well, hasil dari penemuan tersebut sudah dapat ditebak seperti apa. Saat ini tubuhnya bergetar menumpahkan segala rindu dan rasa bersalah yang membuatnya berkali-kali ingin mati.Kelegaan mengikuti bersama terangkatnya beban yang selama ini menggelayuti relung. Kedua tangan itu mendekap Jihye erat, benar-benar takut kehilangan lagi. Satu hal yang past
Baca selengkapnya
Honey Eks-Moon
Santorini, tempat indah itu telah berhasil memikat Jihye sejak pertama kali melihatnya pada sebuah postcard yang dibawa sang ayah sepulang kerja. Sejak saat itu dia selalu berkata, bahwa suatu hari nanti dirinya akan menginjakkan kaki di sana bersama orang yang dia cintai.Well, barangkali Jihye ingin menghapus ingatan tersebut karena kenyataannya, kini dia terjebak selama lima hari ke depan dengan orang yang bahkan sangat ingin dia hilangkan dari memorinya.Udara Oia di pagi hari cukup dingin. Bentangan desa ikonik yang didominasi warna putih dan biru itu tampak begitu tenang. Di ufuk Timur semburat sinar mulai menyembul. Sebenarnya saat seperti ini sangat cocok untuk memulai serangan fajar bagi insan-insan yang sedang dimabuk cinta. Ya, bagaimana tidak, Oia terkenal dengan wisata bulan madunya, bukan?Ah, berbeda dengan Jihye. Lupakan cinta, lupakan bulan madu. Cinta wanita itu nyaris dikuras habis oleh seorang makhluk mungil bernam
Baca selengkapnya
Cinta dan Perjuangan
Sudah Yunki duga bahwa tidak akan mudah meluluhkan hati Jihye. Ucapan menohok sore kemarin tatkala dirinya memberanikan diri melingkarkan tangan di tubuh wanita itu jelas merontokkan hatinya.Apa sebegitu rendahnya aku di matamu hingga kau berani memelukku seperti ini? Cerita kita sudah tamat Tuan Shin, kau bukan siapa-siapa aku lagi.Suasana yang digadang-gadang akan mengundang desir serta kroma merah muda itu kandas begitu saja.Lantas, Yunki harus memutar otak kembali lantaran bukannya semakin dekat, Jihye malah semakin menjaga jaraknya. Jangan lupakan panggilan telepon dari seseorang yang Jihye panggil sebagai oppa, jelas membuat hatinya gelisah setengah mati.Sementara itu di sisi lain, Jihye bahkan dibuat pening atas gempuran sikap semanis gula sang mantan suami terhadapnya. Hasrat hati ingin menolak habis-habisan, tetapi di sudut hati masih ada desir yang selalu muncul dengan tidak elitnya. Bahkan saat ini
Baca selengkapnya
Jiyoon
Jihye sempat stagnan tatkala mendengar pertanyaan yang terlontar dari bilah Yunki sementara tangan mungil Jiyoon terus saja menggapai-gapai udara dengan badan yang terus dicondongkan seolah ingin di pangku sang ayah. Kalau sudah begini, Jihye yang dibuat pening. Seharusnya pertanyaan itu bersifat retoris saja. Apa Yunki tidak bisa melihat kalau anak itu sangat mirip dengannya? Apa dia ingin mendengar kalau Jiyoon adalah anak Hobi? Gila, Yunki sudah gila."Sayang, mau ke mana, sih? Tidak boleh sok akrab dengan orang asing," ucap Jihye memilih mengabaikan pertanyaan Yunki dan berusaha menjauhkan sang anak dari ayahnya.Netranya melirik Hobi meminta pertolongan, mungkin saatnya berlakon bak keluarga kecil nan bahagia kali ini, sedangkan diam-diam Yunki menatap pria itu tajam seolah membangun benteng permusuhan. Ah, Yunki tetaplah Yunki, seorang pribadi impulsif yang masih harus belajar mengendalikan diri dari sikap meledak-ledaknya."Jung Hobi," ucap Hobi meng
Baca selengkapnya
Pelukan
Barang kali, Jihye dapat melabeli dirinya sendiri dengan kata tidak professional. Sikap jual mahal yang mati-matian dipertahankannya kini luluh lantak jika menyangkut sang buah hati. Demamnya sangat tinggi, mencapai angka 40 derajat dan sempat mengalami kejang.Dalam sengguk pilunya wanita itu dapat mendengar sang pria mengalunkan kalimat penenang dalam silabel begitu lembut. Jihye terbuai, rasa sakitnya seolah luntur tatkala digempur afeksi yang memang sangat dia rindukan selama ini, terlebih dekapan Yunki tetaplah terasa nyaman. "Aku takut kehilangannya, aku bukan ibu yang baik. Dia terus memanggilmu dan a-aku--" Jihye tidak mampu melanjutkan perkataannya dan malah menangis semakin kencang. Seandainya Yunki tidak datang, barang kali dirinya hanya akan berusaha tegar dan membenamkan diri dalam rasa bersalah tatkala melihat sang buat hati yang masih saja mengucapkan kata ppa ppa dalam igaunya. "Aku ada di sini, kau tidak perlu khaw
Baca selengkapnya
Sebuah Fakta
Pelukan itu berlangsung lama dan Jihye tidak segan-segan membenamkan tubuhnya pada dekapan Hobi yang senyaman rumah, mencoba membaurkan kelesah dengan afeksi yang selalu tercurah dari pria menyenangkan itu."Nyonya Janda, sepertinya ada yang sedang memperhatian kita,” bisi Hobi.“Siapa?” tanya Jihye mendongakkan kepalanya,“Mantan suamimu dari tadi melihat kita. Mau bersenang-senang sedikit?" bisik Hobi yang sudah menangkap presensi Yunki dengan visusnya di depan sana.Jihye tertawa samar lantas menjawab, "Seru sepertinya."Maka, seperti itulah. Saudara persepupuan ini saling mencubit pucuk hidung yang diiringi bentangan senyum dan tatapan sendu penuh afeksi. Siapa pun akan menyangka mereka adalah pasangan romantis yang sedang beradegan mesra, dan pria di ujung sana terlihat stagnan dengan kepalan tangan dan rahang mengerat sempurna. Astaga, cemburu menguras hati tampaknya.Ah, tentu saja Yunki tidak akan membiarkan p
Baca selengkapnya
Koalisi di Antara Mereka
Sebuah ikatan darah, seberapa kuat dia menggenggam keyakinan bahwa Jiyoon tidak membutuhkan sosok Yunki, kenyataan yang ada menampar Jihye begitu kuat dan apa yang dikatakan Hobi benar adanya. Wanita itu menapak pada permukaan lantai keramik putih di sepanjang koridor rumah sakit, berkali-kali tatapannya ia layangkan pada dua entitas di depannya yang tentu saja menumbuhkan sensasi ganjil pada relungnya. Lega, kesal, gemas, marah atau apa pun itu yang pasti rasa cemburu yang sejak kemarin bercokol di hatinya terasa kian berat.Bagaimana tidak, itu mini-mini yang bernama Jiyoon sampai saat ini menempel bak perangko pada sang ayah. Bahkan saat Jihye akan mengambil alih kala Yunki mengurusi biaya administrasi rumah sakit, makhluk mungil yang sejak tadi tertidur itu tiba-tiba terbangun dengan rengekan tidak mau berpisah.Akhirnya Jihye memutuskan untuk mengerucutkan bibir, berjalan malas di belakang mereka dengan otak berdesing memikirkan berbagai macam ide unt
Baca selengkapnya
Janji
Setelah mengatakan bahwa Yunki akan menetap di Gwangju, sekelumit ruang di sudut hati Jihye sempat bersorak dengan debaran yang sukses menggelitik perut. Namun, sosok imajiner Jihye yang mengulas kurva senyum itu kini pudar berganti sosok berawai yang kembali menggenggam sendu. Bagaimana tidak? Sudah satu minggu berlalu setelah Yunki mengatakan akan menetap di sana, pria itu tidak lagi menampakkan batang hidungnya. Kecemasan Jihye semakin menjadi tatkala Jiyoon kembali rewel mencari sang ayah.Bagaimana mungkin Jihye harus merendahkan diri untuk menghubungi pria yang bahkan hanya memberikan harapan semu bagi dirinya dan Jiyoon? Jihye tidak akan membiarkan mereka kembali menyesap pahit, getir dan jatuh pada kubangan lara yang diakibatkan orang yang sama. Bukankah sejak awal Jihye sudah menolak sedemikian rupa?Jihye menarik sudut bibirnya miris, menatap sendu Jiyoon yang baru saja tertidur pulas setelah lama berkutat dengan rewelnya. “Sabar ya, Sayang. Lebih baik
Baca selengkapnya
Mungkin Cemburu
Jihye cukup kerepotan mengusir Yunki tadi malam karena tanpa diduga Jiyoon terbangun dan berakhir bermanja-manja ria dengan sang ayah sampai pukul dua dini hari. Hasilnya Jihye harus mengumpat tatkala lingkaran mata panda tersemat begitu apik di wajahnya kini.“Astaga Jiyoon kenapa dekat sekali dengan pria itu, sih? Wajah eomma jadi kusut begini karena ikut bergadang,” monolog Jihye sembari menatap Jiyoon yang masih tertidur lelap. Bagaimanapun menatap wajah sang buah hati yang tertidur lelap seperti itu menghangatkan relungnya.Pukul 07.30 Jihye sudah bersiap untuk kerja, menyahut tas setelah melontarkan beberapa pesan pada Bu Kim mengenai ASI yang sedang dia hangatkan jika Jiyoon terbangun dan ingin menyusu. Sungguh menjadi seorang ibu pekerja itu kadang melelahkan juga terlebih saat kau harus berpisah dengan anak yang sedang melalui masa emasnya.Jihye menutup pintunya dan tanpa sadar menatap bilah kayu dengan besi kromium bertuliskan 506
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status