Semua Bab SUAMIKU SEDINGIN GUNUNG ES: Bab 21 - Bab 30
63 Bab
Hari yang Buruk
Jihye memaku, mencoba mencerna silabel yang baru saja menyapa rungu, merasakan seluruh atensi peserta rapat mengarah padanya."Bagaimana? Kau mau menjadi asistenku?" tanya Yuri sekali lagi."Nona Seo itu bekerja denganku, Nona Bae," potong Jimmy tampak tidak setuju.Yuri mengedikkan bahu. "Walau tampak seperti relawan HAM, tetapi aku suka gagasan yang dilontarkannya, mungkin dia bisa memberikan intruksi saat pengembang Glory Tech mengerjakan idenya, tentu jika Shin Sajangnim menyetujuinya," ucap Yuri melirik Yunki dengan binar tidak menerima penolakan."Menurutku itu hanya akan mengganggu kinerja Nona Seo," ucap Yunki."Aku berjanji tidak akan mengganggu waktu kerjanya dengan Jimmy, aku tidak setiap hari ke sini, kan?" tukas Yuri, seperti yang Yunki ketahui bila sudah berkeinginan, wanita itu akan melakukan apa pun untuk mendapatkannya.Diam-diam Jihye menarik sebuah senyuman saat mendapati dirinya menjadi bahan rebutan. "
Baca selengkapnya
Cincin
Jika diibaratkan dengan game jenis MOBA--multiplayer online battle arena--mungkin tingkat pembantaian hati Jihye mencapai titik savage. Pertemuan dengan sang kakak yang sejatinya penuh haru berbanding terbalik dengan ekspektasinya yang terlalu tinggi. Jihye bahkan tidak ingin mengingat apa saja isi dari konversasinya dengan sang kakak sore itu. Terlalu menyakitkan, terlebih kenyataan yang menghantamnya telak pada relung perihal sang suami yang merupakan mantan kekasih dari Seo Eunji. Bila dapat memilih, mungkin Jihye ingin bertransformasi menjadi setangkai dandelion yang terburai tertiup angin dan menghilang. Hari ini terlalu berat dan tampak belum berakhir karena dia masih harus menghadapi suaminya di rumah nanti.  Jihye berdiri tepekur di pagar pembatas yang menghadap ke bentangan sungai Han di depannya, menatap penuh kehampaan pada air yang begitu tenang. Kalau aku menceburkan diri ke sungai past
Baca selengkapnya
Terlalu Takut Jatuh Cinta
Sisa malam itu apakah Yunki dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman? Jawabannya tentu saja tidak. Pria itu terus-menerus berguling ke sisi kanan dan kiri membayangkan Jihye sedang menangis dalam kamarnya. Beberapa kali netra sepekat jelaga itu bergulir pada kotak cincin biru di atas nakas samping tempat tidurnya. Bukankah, seharusnya dia merasakan kelegaan tatkala cincin itu kembali? Kenapa justru rasa perih yang kini mendominasi relungnya terlebih saat melihat jari manis Jihye bengkak dan membiru."Apa yang harus aku lakukan saat dia sepertinya ingin sendiri?" ucapnya lirih pada plafon putih yang terbentang di atasnya. "Apakah Jihye cemburu? Kalau iya, kenapa sikapnya sok tangguh seperti itu?"Lobusnya kini merepetisi kejadian sore tadi. Tatkala Jimmy dan Jeongguk menjadi dua orang terakhir di antara mereka yang keluar dari ruangan rapat, menyisakan dirinya dan Yuri di sana. Pak Ong yang saat itu terpaksa menyembulkan kepalanya di balik pintu berhasil keluar dengan angg
Baca selengkapnya
Kebenaran yang Belum Terungkap
Hari itu, mungkin seharusnya Jihye sangat bahagia karena salah satu poin dalam daftar impiannya terwujud yaitu bertemu kembali dengan sang kakak. Terlebih, bila menilik penampilan Yuri yang begitu glamor, dapat dipastikan jika gadis itu hidup dengan layak selama ini dan sudah sepatutnya Jihye bernapas lega akan hal tersebut. Namun, bagaimana jadinya bila kehadiran sang kakak justru menimbulkan friksi baru dalam kelesahnya?Yuri membentangkan senyum tatkala mendapati presensi Jihye berdiri di hadapannya, menilik penampilan Jihye dari atas ke bawah seolah tengah menilai berapa uang yang dihabiskan sang adik dalam penampilannya."Hai duduklah ... aku bersyukur kau tampak tumbuh dengan baik walau hidup dalam kemiskinan."Mendengar kalimat sarkasme itu, Jihye hanya mengulas senyum. Sejak dulu sang kakak memang mempunyai kecenderungan berbicara menyebalkan seperti itu dan hal demikian mengingatkannya pada Yunki. "Aku bangga dengan hidupku karena appa&nbs
Baca selengkapnya
Mendadak Terobsesi
Jihye masih disibukkan dengan segala macam berkas hingga nyaris melupakan makan siang, jika saja Hyunwoo tidak menyodorkan rice bowl ke padanya."Nona Seo, kau harus makan.""Astaga ... Hyunwoo-ssi gomawo, kau pahlawan penolongku. Cacing di perutku memang sudah demo, tapi aku tanggung dengan laporan ini," Jihye berseru senang dan tanpa dia sadari ucapannya itu diam-diam menimbulkan rona merah di kedua pipi Hyunwoo."Jangan sungkan, Nona Seo. Kalau kau membutuhkan apa pun aku siap membantumu." Hyunwoo girang bukan main melihat Jihye tampak senang dengan pemberiannya."Nae, gomawo."Hyunwoo tersenyum malu-malu, melangkah mundur dan tanpa sengaja menabrak tumpukan kertas di atas meja di dekatnya. Well ... yang terjadi sesudahnya tentu adegan saling bantu dalam menumpuk berkas-berkas yang tercecer tersebut. Tidak ada yang istimewa, tidak ada adegan tak sengaja menggengg
Baca selengkapnya
Mari Bercinta
Gelenyar itu masih saja terasa sampai Jihye membuka mata. Silir angin yang merangsek masuk ke bukaan kecil jendela yang sengaja dia dorong ke luar tadi malam memberikan sensasi cukup dingin pada tubuh bagian atasnya yang polos. Tunggu dulu ... polos? Maksudnya polos yang bagaimana? Seperti mendapatkan gelombang kejut yang membuat kesadaran Jihye terbangun seratus persen, gadis itu terduduk, menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya lantas menatap nanar Yunki yang masih mengatupkan mata dengan selimut menutupi tubuh sampai leher. Bisa tolong Jihye tidak? Saat ini degup jantungnya bertalu sangat cepat, bahkan terlalu cepat. Dengan getaran-getaran kecil yang kini mendominasi setiap inci tubuhnya. Jihye membenamkan diri di balik selimut mencoba mencari tahu, apa pria yang tertidur di sebelahnya itu sama polos bagian atas seperti dia. Tengkuknya meremang, getaran-getaran itu berubah menjadi rasa merinding yang membuat sirkuit otaknya terasa macet, te
Baca selengkapnya
Cinta Mulai Bersemi
Akhir pekan berlalu dengan tingkat ke-uwu-an naik drastis di antara sepasang suami istri tersebut. Yunki dapat dengan mudah melingkarkan tangannya di pinggang Jihye, menghilangkan guling yang menjadi pembatas tidur mereka kendati Jihye selalu membahas penalti yang akan Yunki dapatkan dan pria itu hanya menjawab, "Ya, ya berikanlah penalti sebanyak yang kau mau, dengan senang hati aku akan menerimanya." Jihye sampai kehabisan kata-kata menanggapinya.Jihye sebenarnya sangat penasaran bagaimana cara takdir membawa hubungan mereka sampai ke tahap ini. Gelenyar merah muda yang sering kali hinggap memenuhi relungnya kini kian intens. Rasanya cukup asing karena di sini dia merasa mulai terikat, terikat secara emosional dengan sang Kucing Salju.Bongkahan es besar yang biasanya menjulang tinggi di antara mereka perlahan mencair. Apakah Jihye akhirnya menyerah dengan ketakutannya dan jatuh cinta?Jihye tidak mengerti apa yang dia rasakan, terlalu takut untuk ja
Baca selengkapnya
Morning Love
Segala kelesah yang bercampur aduk dalam tempurung kepala, seolah hilang saat penghidunya dihadapkan pada raksi seseorang yang selalu berhasil menenangkan hati. Kalau boleh, Jihye tidak ingin bangun terlebih ungkapan cinta samar-samar yang dia dengar tadi malam berhasil menumbuhkan jutaan bunga pada taman hatinya. Mari kita tunggu jutaan kupu-kupu hinggap di sana.Bias pertama sang fajar kini telah muncul, memaksa bintang-bintang untuk kembali ke peraduan. Jihye membuka mata saat merasakan seseorang mengusap lembut pipi seraya mengaitkan anak rambutnya ke belakang telinga. Mata besarnya menatap wajah Yunki yang saat ini tersenyum teduh."Maaf jadi membangunkanmu," ucapnya lembut.Jihye mengerjap lantas menelentangkan tubuhnya menatap langit-langit, luasan kamar Yunki yang selalu terasa dingin, kali ini tampak beribu-ribu lebih hangat. "Kenapa aku ada di kamarmu?""Kamar kita," ucap Yunki mengoreksi, "seharusnya kamarmu memang di sini, 'kan?""Apa J
Baca selengkapnya
Permainan Dimulai
Rasanya sirkuit otak Jihye mendadak macet oleh benang-benang kusut, jika dia harus kembali memikirkan bagaimana dirinya berakhir sibuk mengimbangi pagutan yang diberikan sang suami di atas ranjang. Pemanasan sebelum berkembang biak yang sesungguhnya, itu yang selalu Yunki katakan dalam seringai nakalnya. Sepertinya kesibukan kantor yang nyaris menghabiskan energi itu tidak serta-merta membuat si pria kucing itu kehabisan energi jika menyangkut romansa.Jihye terus tersenyum membayangkan bisikkan sang suami pagi tadi. "Kita makan malam di luar nanti, aku sudah menyiapkan pakaian cantik untukmu." Ah, tentu saja Jihye tidak akan menyia-nyiakan ajakan tersebut, dia bahkan bertanya-tanya dress secantik apa yang Yunki siapkan untuknya.Dominasi Yuri padanya hari ini bahkan tidak terlalu berdampak buruk pada nasib jadwal kencannya itu karena Jeongguk berhasil menjauhkan Jihye dari Yuri sesaat sebelum jam kerja berakhir. Keta
Baca selengkapnya
Khawatir
Yunki nyaris tidak mempunyai waktu untuk istirahat. Setibanya di hotel, Pak Ong langsung membacakan serangkaian jadwal hingga waktu makan siang nanti. Yunki mengangguk-angguk tanda mengerti seiring tungkai yang melangkah ke arah ruang rapat di hotel tersebut. Lelah? Tentu saja. Namun, kini dia memiliki seseorang untuk diperjuangkan yang dapat dipastikan akan menjadi ibu dari mini-mininya.Astaga, mini-mini. Yunki bahkan mengulum senyum saat membayangkannya--lebih tepatnya, membayangkan proses perkembangbiakan mini-mini. Ya Tuhan, tolong sadarkan Yunki, saat ini bahkan masih terlalu pagi untuk berfantasi."Sajangnim, apa Anda mendengarkan?" tanya Pak Ong dengan satu alis terangkat, jelas sedikit kesal karena pertanyaannya sejak tadi tidak digubris atasannya itu.Masih dengan senyum yang terkulum diam-diam Yunki mendongak. "Apa?" Lalu berdeham tatkala dilihatnya alis Pak Ong tampak mengkerut semakin dalam."Apa Anda akan makan siang di hotel ini at
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status