All Chapters of Suami Pengganti Untuk Wanita yang Kucintai : Chapter 11 - Chapter 20
46 Chapters
Pasar Tradisional
Sampai di rumah, Bik Romlah heran dengan kedatanganku, juga Ibu. Aku mengatakan alasan yang sama dengan apa yang kukatakan pada Hana semalam. Saat Bik Romlah menanyakan sepeda motor, kukatakan kalau sepeda motor kutitip di rumah teman. Beruntung baik Ibu maupun Bik Romlah tidak bertanya lebih jauh, sehingga aku langsung membersihkan diri dan berangkat ke kampus.Sampai di kampus, aku segera menuju ke gedung ekonomi. Ke kelas Hana. Mengendap-endap, aku mengintip dari ujung jendela berkaca bening. Terlihat dari sini Hana duduk di bagian tengah. Wajahnya tampak muram, dan tangan wanita itu berpangku dagu. Aku merogoh saku celana dan memutuskan mengirim pesan, supaya dia tak mengkhawatirkan keadaanku.[Assalamu’alaikum, Han. Maaf, Mas telat datang ke kampus, soalnya nganter teman ke berobat dulu.]Terlihat dia memeriksa tas, lalu seperti mengetik balasan. Tidak berapa lama,gawai dalam genggaman kembali bergetar, segera aku memeriksanya.[Wa’alaikumsalam. Iya, Mas enggak apa-apa.][Jangan
Read more
Belajar Mengatur Keuangan
POV : Hana **Aku memegang uang tiga juta. Hari ini, Mas Hada mengatakan akan mengajakku ke sebuah pasar tradisional untuk belanja mingguan. Kebetulan aku kuliah dari hari Senin sampai Kamis. Sedangkan Mas Hada tidak terlalu aktif, karena dia sudah menyusun skripsi. Malam dia akan ke kampus untuk membersihkan kelas, setelahnya kerja di sebuah kafe.“Mas, hari ini bawa uang berapa belanja ke pasar?”“Kita beli kebutuhan selama seminggu saja, Han. Bawa 300 ribu saja. Insyaallah cukup.”“Tiga ratus ribu, Mas? Dapat apa?”“Bawa saja, nanti Mas ajarin belanjanya.”Aku menurut, mengambil tiga lembar uang berwarna merah dan memasukkannya dalam tas. Setelah itu berganti pakaian, dan tidak lupa memakai masker penutup mulut. Tujuan pakai masker sebenarnya biar wajahku tidak dikenali orang-orang yang mungkin saja akan berpapasan di pasar.“Sudah?” tanyanya sambil menyisir rambut di depan cermin, memperhatikanku dari kaca.“Sudah, Mas. Yuk!” ajakku sambil keluar kamar.Kami pamit pada Ibu dan Bi
Read more
Belajar Masak
Mas Hada memandang lama, lalu bertanya,“Yakin?”“I-iya.”Dia tersenyum, lalu mendekat, kemudian mengucap bismillah sebelum merenggut nyawa si ikan. Mas Hada mengambil pisau dan talenan, dia mengajariku cara membersihkan ikan. Setelah ikan bersih,dia bertanya padaku mau dimasak apa. Aku bingung menjawabnya, jadi aku tanya balik.“Kalau Mas penginnya ikan nila ini diapain?”“Kalau kita panggang saja bagaimana?”“Oke. Bumbunya apa saja?” tanyaku, bersiap menyiapkan bumbu. Melihat itu,dia kembali tertawa. Sementara aku memasang wajah datar.“Bawang merah, bawang putih, ketumbar, jahe, kunyit, garam, sedikit penyedap jamur, terus ditumbuk halus.”Aku menyiapkan semua, kemudian dahi Mas Hada mengernyit melihat semua bumbu yang sudah aku siapkan. “Kenapa, Mas?”“Ini apa namanya?” Dia menunjuk salah satu bumbu.“Jahe, kan?”Tawa pria itu langsung tersembur.“Kenapa?” tanyaku bingung dengan bibir mengerucut.“Ini namanya kencur, Sayang. Bukan jahe,” katanya sambil mengacak hijabku. Dia menjela
Read more
Ikut Mas Hada Bekerja
“Aku pulang malam loh.”“Biarin.”Tiba-tiba, gawai Mas Hada berdering. Dia segera mengangkatnya. Ternyata itu dari salah satu dosen yang masih lembur di bawah.“Kamu tunggu di sini bentar, ya! Ibu Arin minta belikan makanan. Mas ambil uangnya dulu.”“Oke,” sahutku singkat.Sementara Mas Hada turun, aku lupa kalau kami belum menjalankan salat Isya. Akan kuajak dia salat Isya dulu, sebelum pergi dari kampus ini untuk membeli makanan. Aku duduk di salah satu tangga, menunggu kedatangan suamiku. Tiba-tiba ingat, dulu ditangga ini Mas Prio pernah membawa rangkaian bunga untukku, sekaligus melamar. Rumah kami memang berseberangan, tapi kami tidak terlalu dekat. Bertemu hanya pagi saat aku akan pergi ke kampus, dan saat itu dia akan berangkat ke kantor. Pernah suatu ketika, saat dia menawarkan mengantar sekolah, dan aku menyanggupinya.Saat itu kami sudah bertunangan. Saat sampai di depan kampus, mobilnya berhenti. Aku yang akan keluar ditarik lagi sampai tubuhku terjatuh tepat di hadapannya
Read more
Merayu Suami
Dia mengembuskan napas berat, lalu menghapus sisa air mata yang masih berjejak di bawah mataku. “Ya sudah, jangan nangis lagi. Mas enggak tenang kerjanya, kalau wajah kamu cemberut terus kayak begini.”Aku mengangguk, dan memaksa sedikit tersenyum.Mas Hada beranjak. Sebelum pergi, dia mengusap pucuk kepalaku sesaat. Kemudian meninggalkanku untuk kembali bekerja. Di sini, aku duduk diam, memperhatikannya. Sesekali dia menoleh ke arahku hanya untuk melempar senyum, kemudian kembali sibuk melayani para pengunjung bersama pelayan lain.Pria itu, andai aku tahu dari dulu kalau ada pria selembut dia, mungkin aku tidak akan begitu peduli dengan materi dan tampang semata. Bahkan, wanita seperti Maria rela melakukan hal seperti itu hanya untuk menarik perhatian Mas Hada. Kini aku sadar, kalau materi itu tidak bisa membeli sebuah kebahagiaan dan kenyamanan. Karena kini meskipun kami hidup sederhana dengan segala keterbatasan, rasa bahagia dan nyaman itu lebih terasa. Itu semua karena kami hidu
Read more
Belajar Menjemur Pakaian
Sesuatu yang tak pernah kuduga sebelumnya. Hana keluar kamar mandi tanpa mengenakan penutup kepala. Tubuhnya terlihat indah dengan dress selutut berwarna cokelat. Rambutnya yang berwarna pekat, dibiarkan tergerai. Hana tersenyum tipis, lalu berjalan mendekat. Aku berusaha mengendalikan diri supaya tak terpancing, karena belum saatnya kami melakukan hal tersebut.“Mas, apa boleh aku tidur dengan pakaian yang seperti ini?”Aku diam seraya menatap wajah yang sudah tampak segar itu lekat. Kusentuh pipinya yang bersemu merah, kemudian mengusapnya pelan. Aku lebih mendekatkan wajah ke arah Hana. Matanya terpejam kuat dengan wajah sedikit menjauh, saat aku mencium kecil daun telinganya. Jujur, aku ingin melakukan hal yang lebih dari ini, mengingat dia telah halal buatku. Namun, ini masih belum waktunya, karena aku belum jujur pada Prio tentang semua. Setelah aku mengatakan segala sesuatunya, baru aku akan mengambil hakku sebagai seorang suami pada Hana.“Cantik,” bisikku yang berhasil membua
Read more
Salah Faham
Bisik-bisik terdengar nyaring, saat aku menuruni anak tangga menuju gedung ekonomi di kampus. Setiap kali ada orang yang berpapasan denganku akan berbisik dengan temannya, dan memperhatikanku dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Aku berusaha bersikap biasa saja dan masa bodo dengan apa yang mereka katakan. Apa Kiki, Isna, dan Maria sudah mengatakan kalau aku menikah dengan seorang office boy di universitas ini?Seseorang menarik lengan dan mengajakku ke suatu tempat. Aku menoleh dan mendapati Isna yang menyeretku di sana.“Na, bukan aku! Demi Tuhan.”“Apa?”Isna memperlihatkan sebuah video di YouTube yang sedang viral. Di sana video pernikahanku tersebar dengan judul Pernikahan Paling Fenomenal. Aku terdiam lama, mencoba memahami apa yang baru saja aku alami. Di video itu terlihat jelas bagaimana hancurnya riasanku saat mencoba mengejar Mas Irwan yang seperti kesetanan membawa sebilah parang. Video berakhir, saat Mas Hada maju ke depan. Hanya saja, di sana tak terlihat wajahnya kare
Read more
Dia, Suamiku ...
"Aku kecewa sama kamu, Ki,” kataku sambil sesekali menyeka air mata.“Maaf, Han. Tolong jangan masukkan aku ke penjara. Kasihan bapakku yang sudah bersusah payah menguliahkanku. Kamu tahu keadaan keluargaku itu seperti apa. Bapakku hanya pensiunan PNS. Harapannya besar padaku, jangan sampai aku terjerat kasus hukum yang membuatnya pusing, Han.”Isna mendekat, lalu memegang tanganku. “Han, aku tahu Kiki. Kita tahu dia seperti apa. Dia pasti dihasut oleh Maria sampai tega memberikan video itu.”“Kalian bahkan percaya, kan saat Maria bilang aku menamparnya? Padahal, cerita sebenarnya enggak seperti itu. Dia memberi Mas Hada makanan, dan aku ada di sana. Kalian tahu pukul berapa dia menemui Mas Suhada di kampus ini?”Mereka berdua menggeleng. “Hampir pukul 22.00, dan dia nekat mencium Mas Hada. Bagaimana aku enggak marah? Kalaupun aku bukan istrinya Mas Hada, aku pasti akan memperingatkan. Alasannya, karena dia teman kita.”Isna dan Kiki saling berpandangan. “Kami benar-benar dihasut Mar
Read more
Kedatangan Orangtua Maria
POV : Hana***Bu Wiwin memegang bahuku, lalu mengajak duduk.“Nak Hana, kamu apa kabar?” tanyanya sambil memegang sebelah tanganku.“Baik, Bu.”Tiba-tiba gawai papa Maria berdering. Segera dia menjauh, dan mengangkatnya. Setelah beberapa saat, pria itu kembali dan pamit ada urusan penting. Tinggallah di depan kelas ini kami bertiga. Aku, ibunya Maria, dan seseorang yang sepertinya seorang pengacara.“Langsung saja. Sebelumnya Ibu minta maaf atas ulah kekanak-kanakannya Maria. Dia itu belum terlalu dewasa, jadi tolong kita selesaikan ini dengan cara kekeluargaan saja.”Aku melirik pria di sebelahnya. “Dia siapa, Bu?”“Dia pengacara keluarga kami. Dia selalu menang menangani kasus apa saja. Dia hanya menemani Ibu ke sini, untuk berjaga-jaga.”“Oh.”“Hana, kamu itu sudah seperti anak Ibu sendiri. Berapa kali kamu tidur di rumah kami—”Belum selesai Bu Wiwin bicara, gawai bergetar. Aku mengeluarkannya dari tas, terlihat nama Mas Irwan di layar. Kugeser tombol hijau, dan menempelkannya ke
Read more
Galau
Bicara dengan Ibu tak ada habisnya. Selesai menceritakan masalah video, aku menceritakan masalah Maria, lalu tentang kebaikan Ibu dan Mbok Romlah di rumah. Tidak ketinggalan, cerita keseharianku di kampus yang beberapa hari ini cukup menguras hati dan pikiran. Hingga tibalah kami di depan halaman rumah. Aku segera memarkir mobil di garasi dan turun dari sana. Setelahnya, masuk beriringan dengan Ibu yang dibukakan pintu oleh Mbok di rumah.“Sudah lama enggak setor pakaian kotor, Non Hana?” tanya Mbok, saat aku dan Ibu berjalan ke arah belakang.“Libur dulu, Mbok. Entah nanti.” Kami terkekeh secara bersamaan.Tak lama setelah kami sampai di rumah, Mas Irwan juga sampai. Dia menceritakan pertemuannya dan ibu Maria, juga pengacaranya. Akhirnya setelah diberi tahu alasan mengapa kami ingin Maria dihukum, ibu wanita itu bisa menerima. Bahkan, sekarang mendukung penuh dengan apa pun yang akan kami lakukan, dengan harapan anaknya bisa benar-benar berubah. Puas bercerita soal ibu Maria, aku me
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status