All Chapters of Secangkir Kopi Untuk CEO : Chapter 21 - Chapter 30
45 Chapters
Pengganggu (bagian 2)
Dengan motor matic hasil meminjam dari Melodi, Anita meluncur menuju tempatnya dulu bekerja. Bibir Anita menggerutu sebal di sepanjang perjalanan. Semua gerutuan itu isinya tentang Sagara. Ia berpikir bahwa Sagara tak ada henti-hentinya menganggu ketenangannya.   Gerutuan Anita di sepanjang perjalanan membuat mukanya yang cantik, jadi terlihat seperti angsa yang hendak menyerang mangsanya. Bibirnya manyun tanpa henti sambil sesekali mencibirkan Sagara. Beberapa pengendara yang kebetulan menoleh ke arahnya karena penasaran dengan wajahnya jadi tertawa saat melihat bibir manyunnya.   “Mbak? Pagi-pagi kok cemberut. Awas di tilang polisi lho....” kata salah satu pengendara cowok yang sedang berboncengan hendak menuju tempat kerja. Dilihat dari seragam yang di pakai 2 cowok itu, tampaknya mereka bekerja di sebuah pabrik.   
Read more
Meja Panas (bagian 1)
Kafe Jasmine merupakan kafe yang terletak di pinggiran kota Surabaya. Letaknya cukup jauh dari ramainya kota Surabaya yang terkenal akan keramaiannya. Namun, meskipun jauh dari pusat kota, kafe ini tetap ramai oleh pengunjung yang di dominasi oleh pelajar.   Banyak pelajar dan mahasiswa yang datang ke kafe ini setiap harinya. Hal ini dikarenakan, kafe Jasmine menaruh konsep kafe pelajar. Jadi setiap pelajar yang datang, baik itu murid SMP, SMA atau pun Mahasiswa, akan mendapatkan diskon di setiap pembelian menu. Sehingga sangat ramah di dompet para pelajar.   Kafe ini juga menyediakan layanan Wi-Fi yang sangat stabil. Sehingga para pelajar yang ingin mengerjakan soal atau sekedar melepas jenuh di kafe ini. Bisa merasa nyaman dan betah.  
Read more
Meja Panas (bagian 2)
Suasana kafe jadi sepi sejak para pegawai bergerak untuk menutup aktivitas kafe hari ini. Semua bagian kafe yang digunakan untuk menarik pelanggan untuk datang sudah terlebih dahulu di bereskan. Sehingga tak ada satu pun pelanggan yang datang usai plakat menu promo dibawa masuk. Terlebih lagi, Melodi juga sudah membalik tulisan open menjadi close. Para pengunjung yang sebelumnya masih duduk bersantai juga berangsur-angsur pulang. Meski pak Bena mengatakan kepada mereka untuk tidak terburu-buru, namun tetap saja para pelanggan jadi pulang lebih cepat. Tapi untungnya, makanan yang mereka pesan habis semua. Hanya menyisakan noda makanan pada alat makan mereka. 15 menit berlalu, akhirnya kafe benar-benar tutup. Tepat di saat itu juga, pesanan Cecilia telah selesai di masak. Dan kini sedang di sajikan ole
Read more
Cinta Yang Pernah Pergi
  “Anita?! Kamu mau ikut makan malam di depot Pojok tidak? Pak Niko yang traktir...” teriak Cika, asisten Chef Niko. Ia meneriaki Anita yang lagi fokus mengetik sesuatu di layar handphone-nya.       “Maaf, lain kali saja. Aku masih ada urusan soalnya,” sahut Anita dari kejauhan.       Anita sebenarnya sudah terlebih dahulu pulangnya karena tidak ikut menunggu Chef Niko selesai beres-beres dapur. Namun karena ada pesan singkat masuk dan isinya cukup penting, membuat Anita berhenti sejenak untuk membalas pesan singkat tersebut.       “Ya sudah. Kamu hati-hati di jalan, kami duluan.” seru teman-teman sekerjanya yang akhirnya pergi duluan meninggalkan Anita
Read more
Sang Penghibur (bagian 1)
Kelinting!!! Bel lonceng kafe berbunyi. Anita memasuki kafe dengan wajah lesu. “Pagi semua...” sapanya pada semua pegawai yang sudah terlebih dahulu datang. Pak Karim, Cika dan Melodi yang sedang sibuk menurunkan kursi-kursi dari atas meja menyambut kedatangan Anita. Melodi yang menyempatkan diri menoleh ke arah Anita menangkap sesuatu yang aneh di wajah Anita. “Kamu habis dipukuli orang, Ant?” tanya Melodi menemukan lingkaran hitam di kedua kantung mata Anita. Ditambah, ia merasa jika kelopak Anita terlihat sedikit membengkak. “Enggak kok Kak,” jawab Anita. “Lah itu? Mata kamu kok bengkak begitu?” Melodi menuding mata Anita. Cika yang mendengar ikutan nimbrung. Ia juga ikutan mengecek mata Anita. Dan ia setuju dengan apa yang disampaikan Melodi. Mata Anita memang terlihat b
Read more
Sang Penghibur (bagian 2)
“Loh Bapak kok ada di sini?” celetuk Anita terkejut. Ia bahkan sampai menghentikan aktivitasnya karena terpaku dengan kemunculan Sagara yang tak diduganya.   “Bisakah kau bersikap biasa saja saat melihatku?”   “Se-sebentar, tunggu. Jangan-jangan yang pesan semua makanan ini, Bapak?”   Sagara memasang wajah kesal. “Bisakah kau memanggilku dengan nama? Kamu pikir aku Bapakmu? Lagi pula kita sudah bukan rekan kerja lagi. Jadi bersikaplah biasa saja. Tidak perlu formal.”   “Mana bisa. Aku sudah biasa memanggil seperti itu,” telak Anita.   “Sudah biasa? Waktu kamu kerja di tempatku, kamu sering memanggil diriku kau, kamu, sambil berteriak. Bahkan kamu mengumpat di belakangku. Apa kamu lupa de
Read more
Sang Penghibur (bagian 2)
Sesuai janjinya, Sagara menunggu Anita di depan kafe hingga jam kerjanya selesai. Mulai dari pukul setengah 6 sore, sampai sekarang pukul 9 kurang 15 menit, Sagara tetap setia menanti. Sebagai seorang pria yang merasa memiliki kehormatan dan martabat yang tinggi, janji yang sudah terlanjur keluar dari mulutnya, harus di tepatinya meski nyawa taruhannya. Entah dari mana munculnya moto itu. Namun yang pasti Sagara tidak akan melanggar janji atau ucapannya sendiri. Pukul 9 kurang 5 menit, tepat. Kafe Jasmine sudah terlihat siap-siap tutup setelah 2 orang wanita keluar dari dalam kafe. Pak karim yang tahu bahwa dia wanita itu merupakan pelanggan terakhir untuk hari ini, langsung bergerak membereskan meja-meja dan kursi yang ada di depan. Serta membawa masuk papan menu promosi. Sagara yang tahu bahwa sebentar lagi Anita akan pulang, langsung menyiapkan dirinya. Ia merapikan baju serta rambutnya yang sedikit berantakan. Tak lupa ia kembali menggun
Read more
Masa Kelam Sagara
Pada sebuah bangku panjang yang berada tak jauh dari tempat komedi putar berada. Anita duduk sambil memangku kepala Sagara, yang masih tak sadarkan diri di atas pangkuannya. Sambil memangku, tangan lentik Anita juga membelai lembut rambut kepala Sagara. Dirinya membelai rambut itu dengan sangat berhati-hati. Seolah tak ingin Sagara sampai terbangun karena terganggu akan belaian tangannya. “Bukan kah, Bapak terlalu tampan untuk menjadi orang yang menyebalkan?” kata Anita sembari memandang dalam wajah Sagara. Senyumnya tercurah, tipis. Ada keraguan di balik senyum itu. Terlihat seperti senang. Namun juga terlihat seperti takut. Angin malam mendadak berembus menerpa lembut tubuh Anita. Angin malam yang dingin memaksa Anita untuk memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya. Mata yang telah sedikit memerah karena letih dengan aktivitas yang sudah ia lalui seharian, mendongak ke arah langit. Matanya mengedar, m
Read more
Surat Kontrak Baru Dan Hari Terakhir
Pukul 8 tepat, Anita sudah berada di lobi gedung DA.crop. Sambutan hangat dari beberapa karyawan dan security yang ia kenal masih di dapatkannya. Membuat Anita begitu senang seakan ia tak pernah meninggalkan tempat ini. Anita menuju meja administrasi. Sebagai tamu, ia wajib melaporkan maksud kedatangannya. Penjaga meja administrasi yang kenal baik dengan Anita, melayani dengan baik dan ramah. Percakapan mereka seperti teman dekat. Dan Anita, masih di panggil Ibu oleh 3 orang Admin yang ada di meja itu. “Pak Braham baru saja datang, Bu. Sebentar biar saya hubungi dulu beliau,” kata salah satu Admin. Tak lama, Admin yang menelepon ruang pak Braham memberi arahan untuk Anita menuju ke ruangannya. “Pak Braham sudah menanti Ibu. Silakan menuju lantai 30,” ucap Admin itu ramah. Anita tersenyum dan mengangguk. “Oh iya, terima kasih,” ucapnya kemudian
Read more
Surat Kontrak Baru Dan Hari Terakhir (bagian 2)
Dalam bus kota yang melaju cepat membawanya menuju kafe Jasmine. Anita tak henti tersenyum memikirkan tentang tanda tangan kontrak yang tadi ia lakukan. Sampai detik ini, dirinya masih tak menduga, bahwa dirinya akan kembali ke meja asisten maneger. Rasanya begitu senang dan melegakan. Namun, di balik rasa senang yang besar itu. Perasaan cemas dan tak enak perlahan mulai menghampiri. Bagai malam yang menelan siang secara perlahan, rasa cemas itu menelan senyumnya perlahan juga. Masalah tanda tangan kontrak, memang sudah teratasi dengan baik. Namun, masih ada satu hal yang harus ia selesaikan terlebih dahulu sebelum ia bisa bernafas lega saat menduduki meja asisten manajer. Satu hal itu adalah bagaimana ia harus menghadapi pak Bena untuk mengatakan jika dirinya akan resign. Meski malam kemarin Sagara sudah mengatakan jika dirinya sudah berbicara langsung dengan pak Bena perihal hal ini. Namun, tetap saja Anita merasa ragu dan sungkan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status