All Chapters of Series Hutan Larangan : Chapter 31 - Chapter 40
191 Chapters
Kutukan
    Bagian 1    Kutukan      “Kau!” tunjuk lelaki dengan darah binatang yang mengalir kuat di tubuhnya, “Aku bersumpah, umurmu akan panjang, sama sepertiku. Sepanjang usiamu, kau akan menderita, tak bisa lagi menyentuh wanita. Kau akan tersiksa dengan kutukan abadi dari bangsaku. Rupamu akan terlihat menjijikkan di mata manusia lain. Sumpah ini berlaku selama aku masih hidup. Dan kau tak akan pernah bisa menebusnya, kakimu aku haramkan untuk berpijak di wilayah hutan larangan.”      Kilasan kejadian ratusan tahun silam kembali melintas di malam kelabu lelaki dengan tubuh tinggi besar dan rambut pirang. Bola mata birunya mengisyaratkan dendam panjang yang belum tuntas. Selama ratusan tahun itu pula lelaki bernama Frederick melanglang ke seluruh penjuru dunia untuk mencari cara menghancurkan kutukan bangsa manusia setengah harimau itu padanya. Selama ratusa
Read more
Mata
Bagian 2  Mata    “Heran deh, ini klinik bersalin apa kuburan, ya? Sepi amat, mana pasien cuma Ana sendiri dari tadi?” gumam Mita seorang diri.   Ia memeras celananya yang dipenuhi jejak air hujan. Merasa ada yang aneh, Mita menghampiri dua orang perawat di tempat jaga yang dari tadi hanya diam saja.    “Ehm, Suster, apa nggak ada data pasien yang harus diisi? Terus administrasinya berapa?” tanya Mita pada dua orang wanita berwajah pucat.    Tanpa menjawab, satu orang wanita yang dipanggil suster oleh Mita hanya menyerahkan asal sebuah kertas kosong dengan pena hitam. Mita bingung, data apa yang harus diisi, ingin bertanya lagi tapi dua wanita itu hanya duduk diam saja dengan tatapan kosong. Dan baru Mita sadari kuku dua wanita tersebut panjang dan agak sedikit runc
Read more
Mr Frederick
Bagian 3  Mr. Frederick   Dua tahun kemudian.     Tawa Andra memenuhi ruangan. Anak lelaki Ana kini berusia dua tahun sudah. Namun, sang ayah belum juga kembali bersama mereka. Wanita itu dengan sabar tetap menanti sampai kapan pun.    Mereka berdua kini tinggal satu rumah dengan Mita. Menghindari pertanyaan saudara dan keluarga besar Ana tentang keberadaan ayah bayinya. Juga desakan sebagian dari mereka agar Ana menikah lagi. Tak segan juga terkadang kakek dan nenek Andra membawa lelaki yang akan dijodohkan pada Ana.    Berbeda dengan Mita yang masih betah melajang tanpa memikirkan tentang pernikahan. Wanita itu enggan menjalin hubungan lagi setelah patah hati dengan orang yang menjanjikan masa depan untuknya.    “Baru pulang?
Read more
Galery Lukisan
Bagian 4  Galery Lukisan   Netra Mita terbuka perlahan. Samar-samar ia lihat sendiri sosok seorang lelaki dengan rambut diikat rapi duduk di dekatnya berbaring. Dua tangannya bertumpu pada dagu seolah memikirkan hal yang sangat rumit, ditambah tarikan napas berat yang beberapa kali keluar dari mulutnya.    Arya, pangeran itu lupa untuk kembali ke hutan tempatnya tinggal. Ia malah memikirkan misteri diri Mita yang turut terseret dalam lingkar kutukan yang sahabatnya berikan pada Erick. Arya bahkan tak sadar juga Mita kini tengah menatapnya dengan pandangan penuh ketakutan.    “Ha-han,” ucap Mita dengan terbata-bata.    Arya tersentak menyadari wanita yang tengah tidur sangat lelap tadi telah sadar dan memergoki dirinya. Dengan cepat lelaki itu membekap mulut Mita dengan tanganny
Read more
Invitation
Bagian 5  Invitation    “Sepertinya Mr Erick interestnya sama kamu deh, An.”    “Like i care, kan, yang jelas-jelas diundang ke rumahnya itu kamu, Ta.”    “Iya, tapi dia bilang suka sama lukisannya. Mungkin dia salah kira.”    “Ya, nggak usah datang kalau gitu.”    “Nggak enak, deh. Dia udah borong karya kita berdua. Walau buatanku nggak banyak.”    “Terserah kamu aja. Labil!” umpat Ana.    Hari sabtu malam Ben telah menunggu di depan rumah Mita. Lelaki kepercayaan Erick telah menunggu sejak sejam yang lalu. Perintah tuannya begitu jelas, Mita harus datang ke rumahnya malam itu juga.
Read more
Terancam
Bagian 6  Terancam   Sosok yang tak bisa dilhat Mita semakin menyeret langkah beratnya. Sedikit lagi menyambar wanita itu dari balik jeruji besi. Keringat dingin mulai membasahi dahi Mita. Rasa penasaran semakin menghentak jantungnya. Ia masih memandang lurus ketika ....   “Is, kenapa kamu ikutin aku, ha?” sukma Arya menampakkan diri di depan Mita.    Lelaki setengah harimau itu sengaja berdiri tegak di depan Mita, menghalau wanita yang tak akan tahan melihat wujud sosok yang terkurung di dalam penjara.    Mita bergerak ke kiri, diikuti dengan langkah Arya, begitu pula ketika bergeser ke kanan tetap diikuti sang manusia harimau. Rasa penasaran Mita tak terpenuhi.    “Kalian tinggal di kuburan aja kenapa, sih?” Mita melangkah in
Read more
Penculikan
Bagian 7 Penculikan Mita membuka ponselnya, chat masuk beruntun berasal dari Erick. Lelaki Belanda itu telah berkali-kali mengulang pesan yang sama. Meminta Mita kembali datang memuhi undangannya, tetapi wanita itu selalu menghindar. Bahkan menolak pesanan lukisan Erick atas permintaan Ana.  Rasa curiga yang hadir melalui firasat Ana yang disampaikan pada Mita, serta beberapa keanehan yang ia jumpai membuatnya lebih memilih jalan aman. Lagi pula ia tak tertarik sama sekali dengan Erick.  Malam itu sebuah buket bunga dengan kiriman cokelat mahal seharga puluhan juta sampai di rumah Mita. Masih dari pengirim yang sama.  “Apa kita perlu pindah rumah?” Ana menggendong anaknya yang mulai tertidur.  “Ke mana?”  “Rumah lamaku, di tengah hutan.&rd
Read more
Pergi
Bagian 8  Pergi   Kini di hadapan Mita, seorang lelaki dengan kepala hitam, urat-urat tak beraturan tergambar di hadapannya dengan bau lebih busuk daripada bangkai. Senyumnya membuat Mita berdiri lalu terjatuh lagi. Wanita itu memilih menyeret tubuhnya dengan kedua tangannya, kakinya telah lemas.    “Kau mau kemana, Sayang.” Erick menarik kaki Mita, “Kau harus belajar menerimaku apa adanya. Setelah kutukanku lepas, kau akan melayaniku terlebih dahulu.”    “You bastard, Erick! Jiji aku lihat kamu!” Lagi Mita muntah melihat darah hitam yang terus menetes dari wajah lelaki Belanda itu.    Frederick kesal, ia berdiri, mengambil kursi lalu melemparnya ke dinding. Ujung kursi yang tak beraturan dan tajam ia arahkan ke leher Mita.  &nb
Read more
Self Defense
Bagian 9  Self Defence   “Mita, Sayang. Akhirnya kamu mau juga ketemu sama aku.” Seorang lelaki bernama Yoga nyaris memeluk wanita berambut ikal itu, tetapi Mita berhasil menghindar.    “Aku sibuk. Aku pakai jasa kamu nggak gratis.” Mita menyodorkan amplop pada sang mantan tak tau diri.     “Aku nggak butuh uang ini. Aku cuma perlu kamu balik lagi sama aku. Mungkin kita bisa mulai lagi semuanya dari awal, kamu bebas mau melukis atau kegiatan apa aja, aku nggak akan melarang.”    “Basa-basimu terlalu basi.” Mita mengambil uangnya dan berniat pergi meninggalkan Yoga, “Aku bisa cari orang lain buat ajarin aku.”    “Ok.” Yoga mencekal tangan Mita, “Aku ajarin kamu dan
Read more
Bunuh Diri
Bagian 10  Bunuh Diri    “Ben!” teriak Erick, pelayan setianya sudah terbiasa dipanggil dengan cara seperti itu.    “Iya, Sir, ada apa?”    “Kau masih terus mengawasi Mita?”   “Ya, Sir. Gadismu itu telah menguasai senjata api. Dia bahkan tak terlihat pergi memasuki hutan tempatmu dikutuk, Sir.”    “Kau benar-benar tak tahu diuntung, Nona. Kau sama saja dengan Emery, mengkhianati semua kepercayaanku. Emery lebih memilih hidup bersama keparat bergelar raden itu.”    “Apa yang harus kita lakukan, Sir?”    “Ikuti permainannya. Aku ingin tahu gadis kecil itu bisa apa melawan aku yang abad
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status