All Chapters of Sad Boy: Chapter 31 - Chapter 40
101 Chapters
31. Terbongkar Lagi
"Aku benci kakakmu yang sejak tadi menyindir masa laluku," tegur Nalan setelah Seon pulang. Amarahnya diluapkan pada istrinya. "Kenapa kamu mikir seperti itu? Kakakku bukan orang yang suka menyindir, emang kamu kembali sama Serra?" tanya Mayra membela kakaknya karena marah sang suami dianggapnya tidak masuk akal.  Nalan terhenyak, ia diam kala mendapat pertanyaan yang hampir terjebak didalamnya sendiri. "Bu-bukan berarti aku tersindir karena kembali sama Serra, tapi ia terus mengungkit masa lalu yang jelas tahu aku masih terbayang kesana," kilah Nalan gagap.  "Tapi, kakakku tidak berniat menyinggung kamu. Dia cerita soal masa lalunya, semua orang punya masa lalu, Nalan. Bukan cuma kamu," bantah Mayra yang tidak terima Seon di tuduh. Dia sangat tahu kakaknya itu seperti apa! Terlebih lagi, sikap mereka berdua tadi bisa membuat Seon tidak curiga. 
Read more
32. Memasang CCTV
"Yan, aku keluar dulu ya. Ada urusan sama teman, biasa soal bisnis," pamit Serra pada Bryan yang tengah menikmati sarapan buatannya sendiri. Sejak tahu ada sesuatu dalam minuman, ia jadi mawas diri.  "Sepagi ini?" tanya Bryan melirik jam di dinding pukul 06.30 pagi. Ia masih pura-pura seperti biasa, setelah semalam pengakuannya tetap melakukan peran suaminya. Eden yang sudah keluar sejak pagi buta ketika mereka belum bangun.  "Hum, lebih cepat lebih baik dan aku tidak akan pulang dalam 2 hari." "Oh, baiklah," ucap Bryan santai sembari meneguk habis kopinya. Serra pun pergi meninggalkan sang suami seorang diri di meja makan. Pagi ini jadwalnya untuk melayani Arback selama 3 jam, sesuai kesepakatan kemarin sebelum janjian dengan Nalan. Ia berangkat dengan hati senang, karena akan memuaskan langsung 2 laki-laki.  Setelah memastikan Serra perg
Read more
33. Rencana Bryan
"Marco benar-benar membuatku marah, bisa-bisanya ia menyuruhku menusuk Nalan lagi. Waktu Serra saja, aku penuh rasa bersalah karena memisahkan mereka. Namun, setelah tahu banyak tentang wanita itu, aku ingin membantunya keluar dari bayang-bayang Serra," gumam Bryan kesal. Baru kali ini selama menjalin persahabatan, tak pernah sekalipun ia marah bahkan kesal seperti ini.  "Aduh! Siapa yang bisa aku mintai tolong?" pikirnya kebingungan. Dia mondar mandir di depan kantor Marco seorang diri. Orang-orang berlalu lalang melihatnya dengan tatapan aneh tapi Bryan sama sekali tidak peduli. Ia berpikir keras siapa yang bisa dimintai tolong agar mereka tidak bertemu. Namun, pikirannya kembali pada Atras. Sepupunya yang menjadi kakak ipar Nalan, mereka masih sering berkomunikasi. Atras tidak pernah menyalahkan Bryan atas perjodohan yang dilakukan Bibinya itu, begitu juga dengan Nami. Mereka berpikir luas, tak sempit seperti adiknya.
Read more
34. Atras Menggagalkan
Nalan membuka pintu dan terkejut dengan kedatangan Atras yang mendadak. "Kak, sama siapa?" tanya Nalan matanya mencari-cari Nami tapi tak ditemukan. Atras memperhatikan dari atas ke bawah, pakaian Nalan begitu rapi tapi bukan seperti orang kantoran melainkan memakai kaos hitam polos dan jeans abu serta sepatu kets putih. "Benar saja, pasti mau menemui Serra," tebak Atras dalam hati. "Kak, ada apa?" tanya Nalan sekali lagi membuyarkan lamunan Atras. "Tidak ada! Hanya lewat saja, aku lama tidak melihatmu." "Ayo masuk!" silah Nalan dan mengikuti Atras dari belakang. "Ya, ampun kak Atras pakai datang segala lagi, semoga saja dia cepat pulang," gumamnya cemas.  "Oh, ya mana Mayra?" tanya Atras melihat sekitar rumah tapi sepi bahkan suaranya pun tak terdengar.  "
Read more
35. Hubungan Yang Dekat
Setelah Serra memutuskan sambungan telepon secara sepihak karena amarah yang memuncak, Nalan mulai stres memikirkan semuanya. Di saat bersamaan keluarga kakaknya datang, ia tak tahu harus bagaimana membuat Serra mengerti dan membujuknya. Entah mengapa Nalan merasa, Serra yang dulu telah berubah. Wanita itu semakin emosian dan tak mau tahu, jika dulu sewaktu pacaran dia sangat memahami dirinya bahkan tak sampai berbicara keras apalagi marah. Dia pun kembali ke ruang tamu, di mana mereka berkumpul. Wajahnya terlibat sedih dan itu sangat susah ia sembunyikan di depan keluarganya.  Hingga matanya melirik ke arah Mayra yang sedang bermain dengan Zena, kejadian tadi membuatnya teringat dan terperanjat. Nalan memperhatikan bibir yang tadi disentuhnya berharap gadis itu tak menyadari perbuatannya yang spontan. "Kenapa kamu, Nalan?" tanya Nami yang memperhatikan gerak gerik adikny
Read more
36. Kejadian Di Luar Dugaan
Ketika pagi menjelang, keduanya belum bangun. Namun, ada hal yang dirasakan Mayra seperti tubuhnya tertindih sesuatu dan ada memegang gundukannya. Ketika bangun, Mayra perlahan mengerjap. Matanya melihat ke arah yang menimpanya, betapa terkejutnya Nalan memeluk dari belakang sembari memegangi gundukan. Sontak membuatnya berbalik dan Nalan masih tertidur pulas, artinya lelaki itu tak menyadari tangannya sudah menyentuh bagian sensitifnya.  "Astaga! Aku ingin teriak, tapi Zena masih tidur. Aku takut membangunkannya," gumam Mayra melepaskan perlahan tangan Nalan tapi dirasakannya hingga terbangun dan dalam sekejap matanya melebar mendapati pemandangan mengejutkan. "Mayra, a-aku...," lirih Nalan gugup. "Singkirkan!" titah Mayra. Dengan cepat Nalan mengambil tangannya, ia tak menyangka dalam keadaan tidur tangannya kemana-mana. "
Read more
37. Malam Ke-2
Deg!Deg!Malam berganti begitu cepat, seharian mengurus Zena berdua waktu tak terasa. Bahkan, adanya gadis balita itu di tengah mereka mempererat hubungan yang selama beberapa hari renggang.  Nalan juga sedikit tak memikirkan Serra, karena Zena selalu ingin bersamanya. Hingga malam mulai muncul di langit, mereka tersadar akan kejadian tadi pagi. Detak jantung terus berirama kala mereka kembali seranjang. Mayra tetap sama memunggungi Nalan, karena merasa canggung jika saling berhadapan. Sedangkan Nalan mulai tak karuan lagi, ia semakin tak bisa menahan gejolak di dalam dadanya. Ingin sekali memeluk, bahkan mencumbui istrinya. Namun, sadar akan hal yang sudah ditekankannya. Tidak akan menyentuh Mayra. Waktu terasa lama menjelang pagi, kali kedua Nalan tak bisa tidur. Dia juga tidak bisa pindah dari kamar ini, karena Zena sedang mengawasinya. Bocah
Read more
38. Mengetahui Tentang Serra
Paginya saat tiba di ruang kerja, Bryan mendapati amplop coklat di atas meja kerjanya. "Jangan-jangan ini dari kak Atras," kata Bryan menebak, ia pun duduk dan mendahului semua kerjaan yang menumpuk di atas meja.  Bryan penasaran dengan isinya, akhirnya membuka amplop coklat itu. Betapa terkejutnya, Bryan. Hal pertama didapatkan adalah foto Serra sedang melayani laki-laki yang tak diketahuinya siapa. Bahkan bukan cuma satu, ada beberapa dengan lelaki berbeda. Dari usia 20 hingga 50 tahun, hal mengejutkan lagi ternyata Serra sedari kecil seorang yatim piatu. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan maut kereta api. Ibunya berasal dari Rusia yang datang ke desanya untuk berkunjung sebagai wisatawan. Tak disangka ia jatuh cinta dengan ayahnya yang asli dari desa itu.  Meski hidup susah, ibu Serra tak pernah menuntut bahkan ia rela meninggalkan keluarganya di Rusia d
Read more
39. Bertemu (Pov Nalan)
Aku berhasil pergi dari apartemen tanpa harus memberi alasan pada Mayra. Perasaan yang menggebu membela jalanan yang padat, karena jam sibuk. Sangat tidak sabar, aku akan bertemu dengan orang yang paling kucintai di dunia ini. Entah, kenapa perasaan semakin gila sejak memulai hubungan kembali dengan Serra? Aku tahu ini salah, tapi hati tak bisa melawan keinginan yang sudah terpendam sejak lama. Hubungan terlarang yang harusnya tidak kumulai dengan status yang berbeda.  Aku merebut cintaku dari Bryan, ia telah mengambil sepenuhnya dariku. Ini pembalasan baginya, karena mengambil Serra dariku. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu dengan Serra. Wanita yang selalu bisa membuatku gila bahkan tak dapat mengontrol diri ketika berhadapan dengannya. Sejam kemudian, mobil yang kukendarai akhirnya tiba di parkiran hotel. Dengan langkah yang begitu antusias s
Read more
40. Pertengkaran (Pov Nalan 2)
"Sayang, ini bukan masalah besar. Perjanjian itu hanya hitam di atas putih saja, kenapa kamu jadi membesar-besarkannya?" tanyaku berusaha menjelaskan agar ia tenang. Pertemuan kali ini ingin bermesraan dengannya bukan bertengkar.  "Bukan masalah besar katamu? Pokoknya aku ngga mau tahu, kamu harus menceraikan istrimu bersamaan aku dan Bryan berpisah. Jika tidak, kau tak akan pernah melihatku lagi," ancam Serra penuh ketegasan.  "Aku tak bisa melakukan itu sebelum masanya habis, jika aku melanggar sebelum waktunya semua harta akan jatuh padanya," jelasku mencoba terus meyakinkan, terlebih lagi Nami pasti akan meninggalkanku. Belum sanggup ditinggalkan olehnya, mengingat hanya dia dan Zena keluargaku.  "Aku tidak mau tahu, kalau kamu tidak mengikuti mauku, ancamanku akan berlaku mulai sekarang." "Kenapa kau jadi seperti ini sekarang?" tanyaku bingung.
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status