Semua Bab Aku dan [D]ia: Bab 11 - Bab 20
26 Bab
Chapter 11 Tanpa Dia
Kala itu, LDKM atau kepanjangan dari latihan dasar kepemimpinan mahasiswa dilaksanakan di salah satu tempat perkemahan gunung Papandayan. Gunung yang terkenal dengan keindahan pemandangannya di Garut. Hal itu cukup membuat ku bersemangat ingin segera berada disana.Semua mahasiswa angkatan ku dari semua jurusan mengikuti kegiatan ini dengan menggunakan mobil bak. Bahkan sebagian mahasiswa laki - laki dan panitia menggunakan motor pribadi mereka. Kecuali Dzaqi tentu saja.Saat diperjalanan aku yang duduk paling ujung dapat menikmati pemandangan dengan jelas. Mata ku berkeliling memandang dengan kagum semua pemandangan ciptaan Tuhan yang sangat indah. Hingga tak sengaja aku melihat salah satu kakak tingkat ku yang menjadi panitia mengendarai motornya. Posisi dia tepat dibelakang mobil bak yang ku naiki. Kalau aku tidak salah lihat dia menatap kearah ku, aku tidak tahu arti dari tatapan itu yang pasti bukan jenis tatapan seperti Dzaqi yang ta
Baca selengkapnya
Chapter 12 Mengagumi
Sesuatu yang tak pernah ku bayangkan terjadi pada ku. Semua peserta dan panitia melihat ku, ditambah ejekkan Chandra dan Wardani yang berada disamping ku membuat pipi ku makin merah karena malu. Hal itu berawal karena ucapan salah satu panitia.Saat itu, setelah malam ke dua yang diisi pentas seni, paginya kami semua senam kemudian kami sarapan pagi bersama di aula. Dikarenakan itu adalah sarapan pagi bersama untuk hari terakhir sebelum pulang, panitia membiarkan kami makan dengan kelas masing – masing bukan dengan kelompok. Panitia juga memeriahkan acara dengan menyalakan musik sembari mengajak kami berbincang - bincang. Hingga terjadilah peristiwa yang membuat ku malu. Bukan jenis malu karena melakukan hal memalukan atau aib yang tak sengaja orang lain lihat, tapi malu karena perilaku orang lain sehingga aku menjadi pusat perhatian banyak orang.Jadi ceritanya, Kak Ikmal kirim salam kepada ku pakai mikrofon sampai semua orang disan
Baca selengkapnya
Chapter 13 Setia
Kegiatan ku setelah mengajar jika tidak ada perkuliahan atau libur semester adalah mengobrol dengan guru lain sebelum pulang ke rumah. Biasanya obrolan kami membahas tentang para siswa, topik yang sedang hangat di berita, atau bergosip layaknya seperti ibu – ibu biasa. Namun untuk masalah bergosip aku hanya mendengarkan karena topiknya terlalu dewasa bagi yang belum menikah seperti ku.Kebiasaan kami sebelum berkumpul untuk mengobrol, kami akan memesan makanan terlebih dahulu ke ibu kantin sambil menunggu guru lain yang sedang membersihkan kelas. Kebetulan saat itu aku dan Bu Rika masih ada di kelas. Sebetulnya kelas Bu Rika sudah selesai dibersihkan hanya saja Bu Rika menunggu ku. Oh ya aku belum cerita, Bu Rika adalah kakak tingkat ku di kampus, dia satu kelas dengan Kak Ikmal. Di tempat kerja dia yang paling akrab dengan ku, mungkin karena kami sama – sama masih lajang.“Bu Diza, kalau Ikmal ngedeketin ibu jangan diang
Baca selengkapnya
Chapter 14 Sahabat?
Sudah seminggu perkuliahan semester 3 dimulai dan sudah seminggu juga perkuliahan tanpa ada Dzaqi. Namun, hari itu ada yang berbeda. Aku yang baru masuk kelas karena terlambat kaget melihat sosok Dzaqi yang sedang duduk dibangku ke dua di ujung kanan. Ini halusinasi kah? Batin ku saat itu.Tapi ternyata itu sungguh Dzaqi bukan halusinasi ku. Aku bertanya pada Furi yang duduk disebelah ku. “Dia masih kuliah disini tapi cuman beberapa sks yang diambil.” jelas Furi saat itu.“Jadi maksudnya dia kuliah di dua tempat?”“Heueuh keren ya nanti gelarnya langsung dapat dua.”Aku tidak menanggapi ucapan Furi yang terakhir saking tidak tahu harus bersikap bagaimana. Aku senang tapi aku juga bingung. Entah bingung kenapa. Mungkin aku terlalu terkejut.***Beberapa bulan berlalu, masih tidak ada perubahan hubungan ku dan Dzaqi. Meskipun berpapasan pun kita tak pernah saling sapa ataupun senyum
Baca selengkapnya
Chapter 15 Kuat
Dunia ku runtuh, tidak, lebih tepatnya hati ku hancur berkeping - keping. Perkiraan ku benar dia semakin jauh, jauh untuk ku gapai. Baru saja aku masuk kelas, tiba – tiba mendapat kabar dari Furi kalau Dzaqi telah memiliki seorang pacar. Furi bahkan memperlihatkan photo pacarnya Dzaqi. Dia terlihat cukup cantik. Bahkan dia salah satu selebgram. Sangat berbeda dengan ku.Tanpa mengetahui perasaan ku, Furi terus memperlihatkan photo Dzaqi dengan pacarnya itu, sembari bercerita tentang kisah mereka. Kata Furi, pacarnya Dzaqi satu kelas dengan Dzaqi di kampusnya. Katanya juga, untuk pertama kalinya Dzaqi yang mendekati perempuan terlebih dahulu karena biasanya dia yang dikejar perempuan. “Kayaknya Dzaqi suka banget sama pacarnya yang sekarang” ujar Furi.Bagai ditusuk pisau tumpul tepat di jantung, sakit rasanya mendengar hal itu. Kamu tega Dza. Bagaimana dengan hati ku, Dza? Bagaimana aku tanpa kamu, Dza? Bagaimana aku melepaskan kamu, Dza?
Baca selengkapnya
Chapter 16 Cuek
Februari 2018, kampus ku mengadakan study tour ke Yogyakarta. Semua mahasiswa dari tiga angkatan jurusan sastra bahasa Inggris wajib mengikuti, termasuk angkatan ku. Pada kegiatan ini setiap mahasiswa melakukan percakapan minimal dengan tiga turis yang merupakan native speaker dari bahasa Inggris. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai pelatihan speaking para mahasiswa. Namun itu bukan inti dari cerita ini, tentu saja. Sebab yang menjadi inti dari cerita ini adalah tentang kisah percintaan ku yang menghiasi perjalanan kegiatan study tour.Salah satunya, ketika aku, Airin, Furi dan Aulia harus pindah sementara ke bus 2. Alasan kami pindah karena bus 1 yang kami naiki sebelumnya diisi para dosen memiliki tujuan yang berbeda. Kata Pak Bagus tempat pertama yang akan dikunjungi bus 1 berbeda dengan bus para mahasiswa. Namun masalahnya bus 2 sudah penuh diisi para mahasiswa dari angkatan ku dan kakak tingkat ku. Sehingga ke
Baca selengkapnya
Chapter 17 Sakit
Setelah kegiatan study tour tidak ada hal yang berarti, Dzaqi masih sama cueknya apalagi kami tidak sering bertemu karena dia hanya masuk perkuliahan sesuai SKS yang dia ambil. Hingga tak terasa tiba waktunya untuk kami melaksanakan kerja lapangan dan pengabdian pada masyarakat atau disebut juga KKN (kuliah kerja nyata). Di kegiatan ini banyak sekali rasa sakit yang ku rasakan karena Dzaqi. Entah takdir atau apalah, kelompok ku dan kelompoknya melakukan KKN pada desa yang sama, hanya beda kampung. Sehingga terkadang kami melakukan acara bersama.Selain itu, kelompok kami juga sangat sering saling mengunjungi, entah itu untuk main atau untuk berdiskusi. Seperti saat diskusi acara tabligh akbar yang akan dilaksanakan di aula kantor kepala desa, sebagian anggota kelompok Dzaqi termasuk dia datang mengunjungi posko ku. Saat itu yang mengikuti diskusi hanya para laki - laki dan itu dilakukan di ruang tamu.Mengetahui keberadaa
Baca selengkapnya
Chapter 18 Tingkah Dzaqi
Mencintai secara sepihak itu menyakitkan. Rasa bahagianya memang sederhana, cukup melihatnya sudah membuat hati berbunga. Namun intensitas rasa berduka lebih sering dirasakan. Duka melihat dia dengan wanita lain, duka melihat dia tersenyum untuk wanita lain, dan duka mengetahui dia tidak memiliki perasaan yang sama. Kejadian Dzaqi memperlihatkan kebahagiaannya dengan pacarnya waktu itu, bagi ku sangat menampar hati ku. Mereka terlihat seperti couple goal. Aku pikir sudah waktunya aku harus berani melangkah. Melangkah untuk mengikhlaskan dia pergi, dan mengubur perasaan cinta ku untuknya. Aku tak boleh takut menjalani hidup ku tanpa dia. Sudah saatnya aku menghilangkan rasa takut ku itu.  Kalaupun dia memang jodoh ku Tuhan pasti mempersatukan kita suatu hari nanti. Tapi bukan berarti aku harus berharap, cukup bersabar dan ikhlaskan saja. Lucu sekali, aku sering lupa dengan kekuasaaan Tuhan, padahal aku yakin Tuhan pasti membantu ku.
Baca selengkapnya
Chapter 19 Tanpa Dia
Ketika aku mengerjakan laporan harian kegiatan KKN di posko, tidak sengaja aku mendengar obrolan anggota lain bahwa Dzaqi pulang lebih awal dari jadwal seharusnya. Kata mereka, dia memiliki kepentingan di kampus satunya lagi, jadinya dia tidak bisa mengikuti KKN sampai selesai. Aku pikir saat itu ya dia memang memiliki suatu hal yang sangat penting dan darurat. Namun perkiraan ku salah, sampai perkuliahan di semester baru tiba, dia tidak lagi hadir. Bahkan hingga semester akhir dimana mahasiswa angkatan ku melakukan penyusunan skripsi, dia tetap tidak kembali. Sepertinya Dzaqi memang benar – benar telah berhenti kuliah di kampus ayahnya. Furi yang biasanya suka bercerita tentang Dzaqi juga tidak lagi membahasnya. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi.Aku sangat kehilangan sosoknya. Aku merindukan kehadirannya. Hal itu membuat ku menjadi sering melamun baik di kampus maupun di tempat kerja. Meskipun aku selalu memperlihatkan wajah yang ceria ketika bersama orang lain da
Baca selengkapnya
Chapter 20 Obsesi
Seminggu setelah operasi, hasil laboratorium keluar. Dari hasil laboratorium tersebut dinyatakan bahwa kanker yang ku derita termasuk kanker jinak. Dokter bilang aku tidak perlu khawatir lagi karena benjolannya pun sudah diangkat semua ketika operasi, aku hanya perlu beristirahat selama masa pemulihan setelah operasi dan meminum obat secara teratur. Tentu saja aku melakukan semua yang dikatakan dokter. Bahkan aku cuti kerja selama dua bulan, sementara kuliah kebetulan sekali operasi dilakukan ketika libur semester jadi ketika masuk perkuliahan aku sudah cukup kuat.Masa – masa  pemulihan operasi pun telah ku lewati, aku sudah sehat seperti biasanya. Namun ternyata hati ku belum pulih. Sebab hati ku masih saja hancur kala mendapatkan kabar tentangnya dari Furi. Kabar bahwa Dzaqi meminta izin kepada orang tuanya untuk menikahi pacarnya. Ketika mendengar berita itu, aku hanya bisa menangis di kamar ku. Keesokan harinya aku pergi kuliah, aku mencoba mengua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status