All Chapters of Perfect Love: Chapter 11 - Chapter 20
113 Chapters
Part 11: Party Night
Bel berbunyi pada pukul 14:00 WIB. Tak tunggu lama semua siswa-siswi SMA Angkasa bergegas pulang dari sekolah. "Rai, Ren. Saatnya kita berangkat menuju ke rumah Eva." Cici memasukkan bukunya ke dalam tas. "Aku akan ikut kalian." Jeremi dan Citra meminta ikut ke rumah Eva. "Kalian mau ikut?" tanya Raisa. "Iya," jawab mereka serentak. Rena ingin menolak permintaan mereka, "Tapi, kami..." Potong Jeremi, "Kalian nggak boleh tolak." "Kalau kalian tolak, aku akan paksain masuk ke rumah Eva tanpa sepengatuan kalian semua," sahut Citra memaksa. Cici, Raisa, dan Rena terlihat kesal kepada Jeremi dan Citra yang memaksa ikut. Sedangkan hubungan mereka dengan Eva sedang tidak baik. Namun, mereka terpaksa menurutinya karena Jeremi dan Citra adalah orang yang sangat nekat. *** Di sisi lain, Rendra meninggalkan sekolah dengan mobil pribadinya yaitu Honda Civic Type R. Ia mengemudi dengan kecepatan tinggi, lalu, ia berhenti di sebuah super market untuk membeli air mineral botol sebanyak dua
Read more
Part 12: Masa Lalu
Eva mengakhiri hubungannya dengan Jeremi. Jeremi terpaksa menuruti keputusan Eva yang tak ingin bersamanya lagi. Ia pergi meninggalkan rumah Eva dengan rasa kecewa dan penyesalan. Tiada gunanya Jeremi memohon pada Eva untuk memaafkannya. Rasa cinta Eva telah sirna, bahkan hatinya tak pernah lagi berdebar untuknya. Eva memeluk ketiga sahabatnya itu seraya menghela nafas lega. "Aku yakin kamu pasti kuat, Ev," ucap Rena menepuk lembut bahu Eva. Mereka saling melepaskan pelukan. "Aku nggak papa." Eva hanya tersenyum. Cici, Raisa, dan Rena saling menatap dengan rasa khawatir. "Benaran kamu nggak papa?" tanya Raisa. "Kalau kamu mau nangis, nangis saja. Kami ngerti kok, Ev, gimana rasanya putus cinta?" tambah Cici. "Hadeh. Aku baik-baik saja. Jeremi sudah jadi masa laluku. Aku ingin melupakan dia dan menemukan cinta sejati yang sesungguhnya," jelas Eva tersenyum. *** Di sisi lain Citra ingin membuktikan rasa keraguannya terhadap isu pernikahan Erik. Ia mencari foto pernikahan Erik d
Read more
Part 13: Kembali Ke Sekolah
Dengan beraninya Eva membuat Rendra jadi serba salah di depan karsir toko kelontong itu. Rendra sangat kesal melihat tingkah Eva. Tanpa ragu, Rendra membalas perbuatan Eva dengan kejam. "Maaf Pak, ini bayarannya lima belas ribu. Perlu Bapak tau ...," ucap Rendra namun terpotong dan melepaskan tangan Eva dari tangannya. "Saya ini bukan pacar dia. Saya bukan pelit, tapi saya memang nggak kenal sama ini cewek." Rendra menatap Eva tajam. "Ka... Kamu," "Kalau mau jadi penipu, bukan dengan saya," ujar Rendra cuek. Rendra ingin segera pergi. "Otak miring, ngaku-ngaku jadi pacar orang," gumam Rendra menyindir Eva. Rendra mengambil minumannya dan pergi meninggalkan toko itu. "O... Otak miring? Hei, dasar cowok sombong!" kesal Eva. Eva kembali ke rumah dan menelpon Pamannya dengan penuh kemarahan. "Paman!" panggilnya dengan suara keras. Kemarahan Eva terhadap Rendra masih terasa. Ia mondar-mandir di ruangan tamu sambil memukul-mukul sofa. "Kamu kenapa lagi?" tanya Erik dari seberang po
Read more
Part 14: Saling Bersaing
Semua siswa-siswi kembali tenang saat seorang guru perempuan memasuki ruang kelas dan memulai pengajaran. "Citra,"panggil guru itu mengabsen nama-nama siswa. Namun, Citra tidak hadir ke sekolah. "Dimana Citra?" tanya guru itu. "Kami tidak tau, Bu," jawab siswa-siswi. Disisi lain, Eva sedikit melirik ke arah kursi Citra yang kosong. "Apa Paman sudah menegurnya? Bodoh amat, ah, untuk apa aku peduli sama dia. Sama sekali tidak tau diri," lirih Eva dalam hati. Eva masih sangat kesal pada Citra karena sembarangan memasuki rumah Pamannya. Cici berbalik badan ke arah Eva. "Ev, kamu tau Citra dimana?" tanya Cici. "Aku nggak tau," jawab Eva tak peduli. "Oke, kita lanjut saja. Rendra Pratama," panggil guru itu lagi. Rendra mengangkat tangannya kepada guru itu. "Jadi, kamu siswa pindahan luar negeri?" tanya guru itu pada Rendra. "Iya Bu," jawab Rendra singkat. Eva sekidit memalingkan wajahnya kearah Rendra. "Rendra? Nama yang buruk," lirih Eva lagi dalam hati seraya tersenyum di u
Read more
Part 15: Sarapan Bersama Keluarga
Saat akhir pekan tiba, Eva memilih untuk tidur sampai siang. Menurutnya, akhir pekan adalah hal yang sangat penting baginya, karena bisa tidur tanpa bangun di waktu pagi. Namun, akhir pekan kali ini berbeda, kepulangan orang tua Eva tanpa sepengatahuannya membuat suatu kejutan untuknya tanpa ia sangka. Suara bel rumah berbunyi berkali-kali dan menganggu tidurnya. "Aduh! Siapa sih yang bunyikan bel pagi-pagi. Paman jangan iseng!!!" jeritnya seraya menutup telinganya dengan bantal. "Dia pasti masih tidur, Pa," ujar Mama Nia. "Coba tekan belnya lagi," suruh Papa Eva. Kedua orang tuanya terus menekan bel agar Eva membuka pintu. "Ah. Bikin kesal aja deh, pagi-pagi begini," ujar Eva seraya bangun dari tidurnya dan pergi membuka pintu. "Surprise!" ucap kedua orang tua Eva. Lalu, Mama Nia melebarkan tangannya untuk memberikan pelukan hangat kepada Eva. "Mama! Papa!" sapa Eva segera memeluk Mama Nia dengan penuh kegembiraan. "Sayang Mama," ucap Mama Nia menepuk bahu Eva lembut. Eva me
Read more
Part 16: Perdebatan Sengit
Rendra berjalan menuju perpustakaan untuk meminjam beberapa buku. Ia memberikan kartu perpustakannya pada guru pustakawan. "Kamu hanya bisa mengambil tiga buku saja, ya," ucap guru itu. "Baik, Bu," jawab Rendra dan bergegas pergi menuju buku yang hendak di pinjamnya. "Tampan sekali siswa itu. Seandainya saja aku masih muda," ujar guru itu dengan suara rendah sambil tersenyum. Tiba-tiba, Rendra melihat Eva menyembunyikan sebuah buku di rak paling bawah. "Pencuri!" teriak Rendra. Sontak Eva terkejut mendengar teriakan Rendra yang menuduhnya mencuri. "Ka... Kau! Siapa yang mencuri?" bantah Eva kesal. "Itu, kau mau sembunyikan apa?" tanya Rendra balik. "I... Ini... Buku aku," "Buku kau..." "Siapa yang mencuri?" tanya Guru perpustakaan menghampiri Eva dan Rendra. "Sa... saya tidak mencuri loh, Bu. Saya hanya ingin menyusun buku-buku di bawah itu. Ibu, jangan termakan omongan siswa pindahan ini, sembarangan saja kalau ngomong!" cetus Eva. Tak peduli ocehan Eva, Rendra pergi ke s
Read more
Part 17: Bakti Sosial Bersamanya
Keesokan harinya, siswa-siswi SMA Angkasa mengadakan bakti sosial dengan anak-anak panti asuhan. Sebagai panitia, Erik membagikan beberapa kelompok untuk mengunjungi panti-panti asuhan tersebut. "Hari ini, kita akan mengunjungi panti asuhan sebanyak lima panti. Jadi, Bapak akan membagikan beberapa kelompok yang berjumlah lima orang tiap panti asuhan. Apa kalian siap?!" tanya Erik dengan suara lantang. "Siap Pak!" seru siswa-siswi kelas 12 MIPA Satu. "Oke. Bapak sudah memilih kelompoknya. Jadi, kalian boleh lihat di dinding sekolah. Bergerak maju, sekarang!" perintah Erik untuk segera bergegas mempersiapkan diri. Siswa-siswi berlari menuju dinding pengumuman untuk melihat anggota kelompok mereka. Begitu pula Eva dan Rendra, walaupun secara terpisah. "Apa?! Aku satu kelompok dengan mereka? Paman!" teriak Eva sangat geram saat ia melihat namanya satu kelompok dengan Rendra dan Jeremi. Cici, Raisa, dan Rena berada di kelompok lain. Di sisi lain, Rendra tersenyum di ujung sudut mulut
Read more
Part 18: Setelah Selesai Ujian?
Eva sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian akhir semester, tiga hari lagi. Ia sedang mengerjakan soal matematika dengan serius di meja belajarnya. Tiupan angin lewat jendela kamarnya tak membuatnya kedinginan. Malam yang semakin gelap dan sunyi, ia tetap melanjutkan belajarnya demi mengembalikan prestasi dan statusnya di sekolah. "Ini, ini, ini..." ucap Eva memecahkan soal matematika dengan cepat. Walaupun rambut Eva sudah acak-acakan, Eva tetap tidak menyerah untuk menyelesaikan tugasnya. Di sisi lain, Rendra yang sudah tertidur pulas, tidak merasa terbebani dengan ujian yang akan di hadapinya pertama kali di Indonesia. Melihat lampu kamar Eva masih menyala, Erik menghampiri Eva ke kamar. "Ev?" panggil Erik dengan suara pelan seraya mengetok pintu kamar. "Iya Paman, masuk saja. Nggak ke kunci kok," jawab Eva masih fokus dengan tugasnya. Erik membuka pintunya dan melihat Eva masih duduk di depan lampu belajar dengan wajah yang lelah. Erik mendekat seraya menutup buku Eva
Read more
Part 19: Mempertahankan Diri
Erik terlihat khawatir pada Eva yang keluar tanpa memberitahukannya. Ia menelpon Eva berkali-kali, namun, nomornya tidak dapat di hubungi. "Kemana anak ini? Kenapa belum pulang juga," resahnya sambil mondar-mandir di depan teras. Eva, Cici, Raisa, dan Rena bergegas pergi dari karoke. Belum cukup untuk meredakan kekesalannya, ia mengajak ketiga sahabatnya itu untuk bermain game. "Kita lanjut main game," ajak Eva. "Main game?" tanya Raisa merasa heran dengan kelakuan aneh Eva. "Iya. Aku nggak mau pulang malam ini." Eva menolak untuk kembali ke rumah. Erik semakin gelisah dan khawatir terhadap Eva. "Oh ya, aku tanya sama Rendra saja, mungkin dia tahu Eva ada di mana," lanjut Erik menemui Rendra di rumahnya. Hanya berjalan beberapa langkah, Erik tiba di rumah Rendra. Rendra sedang menerima panggilan dari Pati. "Tuan Muda, saya sudah menemukan ID baru," ujar Pati di seberang ponsel. "Oke. Saya akan temui kamu besok," jawab Rendra mematikan panggilannya. Erik yang sudah tiba di
Read more
Part 20: Aku Ingin Menggoda!
Dengan rasa kesal, Rendra menurunkan Eva dan Erik di depan pagar rumah setelah mengemudi dengan kecepatan tinggi. "Huh, Paman! Apa dia gila?" "Kamu yang gila!" balas Erik membela Rendra. "Kok Eva? Emang Eva salah apa?" elaknya berpura-pura tidak mengerti. "Eu!" Erik mengacak tanganya untuk memukul Eva. Namun, hanay sekedar candaan. Erik geram melihat tingkah genit Eva saat menggoda Rendra. "Masuk sekarang!" suruh Erik seraya berjalan memasuki rumah. "Iya,iya!" jawab Eva. "Dasar cewek gila!" cetus Rendra seraya menutup pintu mobilnya. Eva tertawa puas sambil melirik ke arah rumah Rendra. "Boleh juga aktingku. Dia terlihat sangat kesal. Lihat saja nanti, kamu akan jatuh kepelukanku, Rendra Pratama." ucap Eva. Namun, ia tersadar bahsawanya ia hanyalah berpura-pura menyukai Rendra. "Eh, eh, eh. Amit-amit! Ogah aku sama dia." Keesokan harinya, saat langit begitu cerah, sesampai di sekolah, Eva membawa dua botol minuman ke ruang kelas. Ia terus berjalan menuju kursinya seraya mena
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status